Sumber : 
Kompas.Com<http://www.facebook.com/note_redirect.php?note_id=117221238345&h=524ff2fb8195e798bcdf4aa786036cd5&url=http%3A%2F%2Fedukasi.kompas.com%2Fread%2Fxml%2F2009%2F08%2F17%2F19371910%2Fwaspadai.masuknya.garis.keras.melalui.sekolah>
Senin, 17 Agustus 2009 | 19:37 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com- Ajaran agama Islam garis keras disinyalir telah
disebarkan ke generasi muda melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
Ajaran ini ditanamkan oleh organisasi-organisasi Islam tertentu kepada para
siswa melalui berbagai kegiatan agama yang diselenggarakannya.

KH Yusuf Chudlori yang juga akrab disapa Gus Yusuf, ulama dari Pondok
Pesantren Asrama Perguruan Islam (API), Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, menyatakan, tidak hanya memberikan ajaran agama yang
salah, organisasi-organisasi itu juga mencoba mencuci otak para siswa dengan
membenturkan antara agama dengan masalah nasionalisme.

Hal ini, menurut dia, bahkan sudah terjadi di beberapa sekolah negeri di
Kota Magelang. Dalam satu kasus di sebuah sekolah, para penyebar ajaran
agama Islam yang keliru ini *bahkan mencoba mempengaruhi sekolah untuk
mengingkari pemerintahan sekarang.*

Hal ini ditunjukkan dengan upaya dari mereka untuk *mencopot gambar presiden
dan wakil presiden dari ruang kelas*, ketika sedang melaksanakan acara
pengarahan.

"Organisasi yang menganut Islam garis keras itu hanya mengakui satu
pemerintah, yaitu pemerintahan Islam, khilafah Islamiyah," ujarnya saat
ditemui Senin (17/8).

Hal serupa, menurut Gus Yusuf, juga rawan terjadi di kampus. Dalam hal ini,
kelompok yang paling rawan disusupi paham yang salah ini adalah kelompok
mahasiswa dari ilmu-ilmu eksak, yang terbiasa berpikir logis dan simpel.

Ketika NKRI dirasa tidak lagi memberikan kesejahteraan, Gus Yusuf
mencontohkan, kelompok mahasiswa ini akan dengan mudah menerima masuknya
berbagai pemahaman lain, yang dirasanya akan memberikan lebih banyak dampak
positif bagi dia dan keluarganya.

"Ditambah *dengan iming-iming keluarganya akan disejahterakan dan janji akan
masuk surga dengan disambut bidadari, mereka pun tidak keberatan melakoni
segala persyaratan, termasuk menjadi pelaku bom bunuh diri*," ujarnya.

Gus Yusuf menilai, bulan Ramadhan juga berpotensi dimanfaatkan sebagai
peluang masuknya ajaran-ajaran yang keliru semacam itu. Banyak organisasi
dikhawatirkan akan masuk ke sekolah dan kampus untuk menyebarkan pemahaman
Islam garis keras melalui program pelatihan agama ataupun semacam pesantren
kilat.

Mengacu kepada kondisi tersebut, dia meminta sekolah dan kampus benar-benar
selektif memilih organisasi yang ingin masuk.

Di sisi lain, dinas pendidikan di daerah juga harus mengawasi lembaga
pendidikan lebih dalam. "Jangan hanya sekedar memperhatikan masalah
intelektualitasnya saja," ujarnya.

Gus Yusuf mengatakan, kaum muda sekarang memang sedang berada dalam masa
sulit. Di satu sisi, mereka dicoba dipengaruhi paham liberalisme dari
Amerika dan Eropa, dan di sisi lain mereka harus meghadapi radikalisme
agama.

Kirim email ke