http://www.sinarharapan.co.id/berita/0809/16/sh01.html



Belum Ada Tersangka 
Zakat Maut, Tragedi Kemiskinan 
Oleh
Eka Susanti 


Pasuruan - Tragedi pembagian zakat di Kota Pasuruan, Senin (15/9), yang 
merenggut 21 korban meninggal dan puluhan korban luka-luka sangat 
memprihatinkan. 

Kejadian itu terkait erat dengan soal kemiskinan dan kesulitan hidup yang 
dihadapi masyarakat. Sejumlah narasumber yang dihubungi SH mengemukakan hal 
itu, Selasa (16/9). "Kemiskinanlah yang membuat orang berebut. Tak pandang 
berapa nominal uang yang diperebutkan, bahkan orang sampai tak memperhatikan 
keselamatannya. Kejadian ini sungguh sangat mengeneskan," kata Ketua Muslimat 
Nahdatul Ulama, Khofifah Indar Parawansa seusai menjenguk para korban di RSUD 
Dr R Soedarsono Pasuruan, Selasa (16/9).

Seandainya warga mau antre untuk memperoleh zakat, kemungkinan tak akan membuat 
korban berjatuhan. Namun, budaya berebut dan ketidakdisiplinan juga terbentuk 
karena kemiskinan. "Jadi, enggak mau antre atau berebut, karena mereka miskin," 
katanya. Oleh karena itu, jika masyarakat masih hidup dalam kesulitan, budaya 
berebut akan tetap ada. "Problem kemiskinan ini menjadi tanggung jawab 
pemerintah dan kita bersama," katanya.

Tradisi berzakat di bulan puasa, lanjutnya, telah ada sejak zaman dahulu kala, 
namun niat baik itu bisa berubah jadi masalah, jika cara pembagiannya tidak 
bagus. "Saya bersama Muslimat tiap tahun juga membagi zakat, tapi cara 
membaginya tertib dengan melibatkan aparat," katanya. Sekjen Departemen Sosial, 
Chazali Situmorang, juga berpendapat tragedi Pasuruan bukan sekadar masalah 
mekanisme pembagian zakat, tetapi merupakan cermin meningkatnya kemiskinan. 

"Kalau dulu mungkin yang antre hanya 500 orang, tahun berikutnya menjadi 3.000 
orang, dan tahun ini mungkin membeludak di luar perkiraan pemberi zakat. Ini 
bukan sekadar masalah teknis, tetapi secara jujur harus diakui dilatarbelakangi 
kondisi sosial ekonomi rakyat yang semakin berat," katanya kepada SH.
Menurutnya, zakat adalah kewajiban rukun Islam yang harus dijalankan. Pemberi 
zakat mungkin tidak menyangka membeludaknya jumlah orang yang membutuhkan 
sedekah. "Namun, jika kondisi ekonomi terus seperti ini dan terus memburuk, 
harus ada jalan keluar yang menyeluruh untuk mengatasi kesulitan hidup," lanjut 
Chazali.

Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Paulus Wirutomo ketika SH diminta 
pendapatnya mengatakan, kasus pembagian zakat yang mengakibatkan tewasnya 21 
warga Pasuruan, Jawa Timur, menunjukkan bahwa pemerintah tidak menjunjung 
martabat manusia, apalagi terhadap warga miskin dan kelas bawah. Demikian pula 
polisi, kurang tanggap karena sudah melihat ribuan orang berkumpul tetapi tidak 
melakukan pengamanan. Diminta atau tidak, polisi harus sigap mengantisipasi 
kemungkinan negatif yang bisa terjadi. 

"Mengapa begitu banyak orang berkumpul, polisi tidak datang? Kalau setiap 
polisi harus diberi tahu dulu, wah...ini menunjukkan bahwa martabat manusia 
tidak diutamakan. Pemerintah juga bertindak minimalis, kalau ada yang mati baru 
ribut, tapi kalau tidak ada yang mati dibiarin saja," tegas Paulus Wirutomo, 
yang dihubungi SH, Selasa (16/9).

Ia mengingatkan persoalan ini tidak bisa dibiar-kan terus karena masyarakat 
sedang dalam keadaan sangat tersudut sehingga bisa melakukan apa pun meski 
bertentangan dengan etika dan moral. "Saya melihat tidak ada penghargaan kepada 
manusia," lanjutnya.  Paulus juga mempertanyakan mengapa masyarakat masih 
membagikan zakat secara individual, padahal sudah ada lembaga zakat. Ini pasti 
ada masalah, biasanya menyangkut soal kepercayaan terhadap lembaga-lembaga itu. 
Jadi, harus dicari tahu apa alasan orang tidak percaya pada lembaga zakat. Maka 
Paulus berpesan agar semua pihak berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa haram 
dalam pembagian zakat, karena ini bisa membuat orang takut membagikan zakat. 

Belum Tersangka 
Polresta Pasuruan masih mengembangkan penyelidikan tragedi pembagian zakat yang 
menewaskan 21 orang serta 16 orang luka-luka, di rumah pengusaha H Syaikon 
(55), Jl Dr Wahidin Sudirohusodo RT 3 RW 4 Kelurahan Pututrejo Kecamatan 
Purworejo Kota Pasuruan, Senin (15/9). Sebanyak 12 orang termasuk H Syaikon 
telah dimintai keterangan sebagai saksi.  Mulai hari ini polisi akan memintai 
keterangan dari saksi korban. "Ada 11 orang dari keluarga H Syaikon yang sudah 
kami mintai keterangan. Namun sejauh ini kami belum menetapkan tersangka yang 
bertanggung jawab atas tragedi kemarin, karena kami masih harus melengkapi 
barang bukti dan meminta keterangan dari saksi-saksi korban," jelas Kasat 
Reskrim Polresta Pasuruan Adi Sunarto yang dihubungi SH, Selasa (16/9) pagi. 
Kendati belum menetapkan tersangka, lanjut Adi, polisi sudah melihat indikasi 
sangkaan berupa perbuatan lalai yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa meninggal 
dan luka-luka. Sesuai Pasal 359 KUHP, perbuatan lalai itu ancaman hukuman tujuh 
tahun penjara.

Melihat dari kronologis kejadian, memang jelas ada kesalahan Syaikon, yakni 
menyelenggarakan kegiatan sosial yang melibatkan ribuan orang tanpa izin untuk 
minta pengamanan dari aparat kepolisian "Kami berupaya secepat mungkin 
memeriksa keterangan seluruh saksi korban, sehingga kasus ini bisa segera 
dituntaskan,'' sambungnya.

Markas Besar Kepolisian RI meminta segera mengusut tuntas kasus tewasnnya 21 
orang pada saat adanya pembagian zakat di Pasuruan, Jawa Timur. "Dari hasil 
pemeriksaan sementara, ke-12 orang yang diperiksa itu statusnya dapat berubah 
menjadi tersangka," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira. 
Untuk diketahui, pembagian zakat oleh H Syaichon seperti ini telah berlangsung 
selama 15 tahun dan dilakukan setiap tanggal 15 bulan Ramadan. Tahun ini 
pembagian sebenarnya dilakukan di halaman Masjid Roudlotul Jannah, 10 meter 
dari rumah pengusaha sukses itu. Untuk mendapatkan zakat Rp 30.000 per orang 
atau naik Rp 5.000 dari tahun lalu, ribuan warga sudah mengantre sejak subuh.

Dari poster yang ditempel tertulis, pembagian zakat dimulai pukul 09.30 WIB 
sampai pukul 12.00 WIB. Mereka yang datang di luar jam tersebut tidak dilayani. 
Tak ingin kehilangan kesempatan mendapat uang Rp 30.000, warga yang datang dari 
berbagai tempat di Kota/Kabupaten Pasuruan,  rela ditampung di gang dan 
dipagari. Dengan demikian begitu masuk gang, sulit untuk keluar. Karena pintu 
gang langsung ditutup pukul 10.00 WIB. Peristiwa nahas kemarin terjadi 15 menit 
setelah pembagian zakat dimulai pada pukul 10.00 WIB. Satu per satu warga 
berdesakan masuk ke halaman masjid melalui satu pintu selebar satu orang. 
Ribuan warga di gang sontak berdesak-desakan, saling dorong, karena khawatir 
tidak kebagian. Korban pun mulai berjatuhan akibat pingsan kekurangan oksigen, 
kepanasan, dan terinjak-injak. Satu per satu korban tewas karena terjepit dan 
terinjak, namun tak satu pun korban mendapat pertolongan.

Evakuasi besar-besaran baru bisa dilakukan setelah para petugas dari Polresta 
Pasuruan datang sekitar 11.00 WIB. Sebanyak dua SST (60 personel) diterjunkan 
untuk menghentikan kegiatan dan mengevakuasi para korban tewas maupun 
luka-luka. Para korban langsung dilarikan ke RS 
Soedarsono Pasuruan untuk mendapat pertolongan dan diidentifikasi.

Petugas bertindak cepat. Sore harinya dilakukan olah TKP dipimpin langsung 
Kapolwil Malang Kombes Rusli Nasution, didampingi Kapolresta Pasuruan AKBP 
Herri Sitompul. Setelah memasang police line, dari TKP polisi mengidentifikasi 
10 titik lokasi yang diperkirakan menjadi tempat meninggalnya para korban. 
Lokasi tewasnya 21 warga itu berjarak sekitar 150 meter dari rumah H Syaikon. 
Selain itu, petugas juga menemukan barang bukti untuk identifikasi korban, 
antara lain berupa kerudung, rambut palsu, sandal jepit, dan ikat rambut.

Di bagian lain, Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni mengimbau agar para 
muzaki, atau orang-orang yang berzakat untuk menyerahkan zakat mereka melalui 
badan-badan lembaga amil zakat yang ada. Hal ini untuk mencegah terulangnya 
insiden rebutan zakat yang terjadi di Pasuruan, hingga menewaskan 21 orang.
Meski demikian, Maftuh juga menyadari sebagian warga masyarakat memang masih 
ada yang belum percaya sepenuhnya pada badan-badan lembaga amil zakat yang ada. 
Itu sebabnya, badan-badan ini harus menyalurkan zakat secara transparan agar 
dipercaya masyarakat.

"Dari pihak kami sendiri menganjurkan untuk dengan hati-hati. Anjuran kita 
untuk diserahkan kepada lembaga-lembaga amil zakat itu. Kalau masih belum mau, 
ya harus ada koordinasi dari pihak keamanan," tegas Maftuh yang ditemui di 
sela-sela acara buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/9).
Menurut Maftuh, dengan adanya insiden ini maka yang harus bertanggung jawab 
adalah pihak yang membagi-bagikan zakat. Sekarang ini yang bersangkutan sendiri 
kan sudah diamankan polisi," cetusnya.

Kapolri Jenderal Sutanto mengusulkan, jika ada warga masyarakat yang ingin 
menyalurkan zakatnya secara pribadi, lebih baik mendatangi warga atau 
memberikan undangan secara khusus. Ini dilakukan untuk mencegah masyarakat luas 
berdatangan sehingga akan sulit diantisipasi. 
"Tidak perlu mengumumkan rencananya. Kalau diumumkan nanti tidak terkendali," 
sahut Sutanto. 
(wahyu dramastuti/
web warouw/chusnun hadi/maya handhini/
dina sasti damayanti)


Korban Tewas seluruhnya warga Pasuruan:
1. Suliatin warga Kepel
2. Ngatemi warga Gading
3. Wasiati warga Imam Bonjol IV
4. Farida warga Tambaan
5. Yanti warga Kebon JAya
6. Suminah warga Kepel
7. Salamah warga Tambaan
8. Chotijah warga Paserpan
9. Khotijah warga Jl Hangtuah
10. Satuk warga Ngemplak
11. Asiah warga Gading
12. Maknik warga Halmahera
13. Sumiati warga Pateguran
14. Aminah warga Wonoredjo
15. Syafaat warga Wonojati
16. Sumirah warga Ngemplak
17. Mak Ti warga Ngemplak
18. Sumiarsih warga Krapyak
19. Masrah warga GAding Lor
20. Tumiati warga Tosari
21. Kayuni warga Bend. Kalimas Kraton

Korban Luka-luka, antara lain:
1. Supriyati (20) warga Kepel
2. Sukarni (70) warga Purutrejo
3. Waginah (50) warga Dung GAmbir
4. Maria Ulfa (26) warga Jogorejo
5. Liana (38) warga Sekar GAdung
6. Lina (20) warga Pengkol
7. Sayunah (40) warga Ngemplakrejo
8. Sumirah (52) warga Ngemplak Gang 10
9. Mbok SU (70) warga Paserpan
10. Amfani (50) warga Gadingrejo
11. Lusiana (30) warga Mandaran
12. Muinah (47) warga Dung Gambir
13. Koyumi (49)
14. Endang (50) warga Jl erlangga 
Gang 16 RT IV RW VIII
Sumber RSUD Dr R. Soedarsono Pasuruan
 

Kirim email ke