Re: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah
--- In zamanku@yahoogroups.com, Mamat Suryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Roslan Salleh, "Kemurniaan akidah adalah perkara utama dalam Islam. Tiada mempersekutukan Allah samasekali." > Tapi Awloh Islam bilang, bagiku agamaku dan bagimu agamamu, bagiku Tuhanku dan bagimu Tuhanmu, jadi ada lebih dari satu Tuhan dong di dunia ini, Tuhanku kata orang Ismam dan Tuhanmu untuk orang kafir, minimal ada dua Tuhan. Awloh Islam itu cuma beraninya ngurus orang Islam tapi orang diluar Islam Awloh angkat tangan engga berani ngurus. Lucu ye >  >  Allah itu bisa dibuktikan cuma angan2 yang diciptakan masing2 umatnya meskipun sesama Islam tidak mungkin angan2nya bisa sama, tidak mungkin memaksakan keseragaman angan2. Jadi angan2 itu bisa dianggap sebagai cerita bohong, bisa dianggap kebohongan, bisa dianggap berbohong. Itulah sebabnya, nabi Muhammad mengatakan bahwa "agamaku bagi aku, dan agamamu bagimu" Artinya, KEBOHONGAN-MU ITU UNTUK MEMBOHONGIMU SAJA, DAN KEBOHONGANKU ITU UNTUK MEMBOHONGI-KU SAJA. Demikianlah ajaran nabi Muhammad yang sebenarnya, namun karena salah dipahami umat maka seringkali justru sebaliknya, umat Islam lebih sering bukan cuma membohongi dirinya sendiri tapi juga membohongi orang lain. Padahal nabi Muhammad sebenarnya melarang umat Islam untuk membohongi orang lain cukup bohongi saja diri sendiri karena kalo membohongi orang bisa mencelakakan baik mencelakakan orang lain dan juga mencelakakan dirinya sendiri. Ny. Muslim binti Muskitawati. > --- On Mon, 11/24/08, Ketut <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Ketut <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah > To: zamanku@yahoogroups.com > Date: Monday, November 24, 2008, 1:48 AM > > > > > > >  > Roslan Salleh : > Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia. >  > >  > udah terbukti belum ? >  > Roslan Salleh : > Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung >  > > Ini termasuk penistaan agama nggak ? > mau sembah patung kek, mau tunggang tungging kek, ngapain lu sibuk ngurusin ? gw kan ngga koar2 bikin ribut menganggu elu ? >  > he.. he.. ayo kita tunggu jawaban si roslan yang menurut gw samasekali ngga soleh ini. >  >  > > - Original Message - > From: Roslan Salleh > To: [EMAIL PROTECTED] .com ; islamkristen@ yahoogroups. com > Sent: Saturday, November 22, 2008 2:05 PM > Subject: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah > > > > >  > Salam. >  > Ibadah hanya diterima Allah apabila tiada syirik atau unsur syirik. Kemurniaan akidah adalah perkara utama dalam Islam. Tiada mempersekutukan Allah samasekali. Manusia walau sebaik mana atau kuat kebajikan, jika akidah bermasalah, kebaikannya tidak membawa erti pada Allah. Kebajikannya ibarat debu-debu berterbangan, tiada mendatang menafaat dan tertolak oleh Allah. >  > Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung (samada disembah atau konon sebagai pihak tengah), tiada Tuhan (atheism), percaya Allah namun tiada ingin mematuhi perintah Allah) atau sengaja engkar, dll yg serupa. > Semoga dgn menuruti ajaran Islam yg sebenar...kita akan menjadi manusia yg terbaik, menyeru manusia kembali mengabdikan diri pada Allah..serta menjauhi dosa. Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia.. >  > Sekian. > > Lusy Anita <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: > > > > > > > > Syarat Diterimanya Ibadah > > Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariâatkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyariâatkan berarti bidâah mardudah (bidâah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam.. > âArtinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.â [6] > > Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: > [a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. > [b]. Ittibaâ, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu âalaihi wa sallam > Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syariâatnya dan meninggal-kan bidâah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. > > Allah Subhanahu wa Taâala berfirman. > âArtinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebaj
Re: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah
Roslan Salleh, "Kemurniaan akidah adalah perkara utama dalam Islam. Tiada mempersekutukan Allah samasekali." Tapi Awloh Islam bilang, bagiku agamaku dan bagimu agamamu, bagiku Tuhanku dan bagimu Tuhanmu, jadi ada lebih dari satu Tuhan dong di dunia ini, Tuhanku kata orang Ismam dan Tuhanmu untuk orang kafir, minimal ada dua Tuhan. Awloh Islam itu cuma beraninya ngurus orang Islam tapi orang diluar Islam Awloh angkat tangan engga berani ngurus. Lucu ye --- On Mon, 11/24/08, Ketut <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Ketut <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah To: zamanku@yahoogroups.com Date: Monday, November 24, 2008, 1:48 AM Roslan Salleh : Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia. udah terbukti belum ? Roslan Salleh : Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung Ini termasuk penistaan agama nggak ? mau sembah patung kek, mau tunggang tungging kek, ngapain lu sibuk ngurusin ? gw kan ngga koar2 bikin ribut menganggu elu ? he.. he.. ayo kita tunggu jawaban si roslan yang menurut gw samasekali ngga soleh ini. - Original Message - From: Roslan Salleh To: [EMAIL PROTECTED] .com ; islamkristen@ yahoogroups. com Sent: Saturday, November 22, 2008 2:05 PM Subject: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah Salam. Ibadah hanya diterima Allah apabila tiada syirik atau unsur syirik. Kemurniaan akidah adalah perkara utama dalam Islam. Tiada mempersekutukan Allah samasekali. Manusia walau sebaik mana atau kuat kebajikan, jika akidah bermasalah, kebaikannya tidak membawa erti pada Allah. Kebajikannya ibarat debu-debu berterbangan, tiada mendatang menafaat dan tertolak oleh Allah. Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung (samada disembah atau konon sebagai pihak tengah), tiada Tuhan (atheism), percaya Allah namun tiada ingin mematuhi perintah Allah) atau sengaja engkar, dll yg serupa. Semoga dgn menuruti ajaran Islam yg sebenar...kita akan menjadi manusia yg terbaik, menyeru manusia kembali mengabdikan diri pada Allah..serta menjauhi dosa. Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia.. Sekian. Lusy Anita <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Syarat Diterimanya Ibadah Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.. “Artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [6] Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: [a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. [b]. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112] Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’at-kan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah berfirman. “Artinya : Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam ber-ibadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110] Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah. Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagai-mana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat. [7] Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di ba
Re: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah
Roslan Salleh : Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia. udah terbukti belum ? Roslan Salleh : Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung Ini termasuk penistaan agama nggak ? mau sembah patung kek, mau tunggang tungging kek, ngapain lu sibuk ngurusin ? gw kan ngga koar2 bikin ribut menganggu elu ? he.. he.. ayo kita tunggu jawaban si roslan yang menurut gw samasekali ngga soleh ini. - Original Message - From: Roslan Salleh To: zamanku@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, November 22, 2008 2:05 PM Subject: Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah Salam. Ibadah hanya diterima Allah apabila tiada syirik atau unsur syirik. Kemurniaan akidah adalah perkara utama dalam Islam. Tiada mempersekutukan Allah samasekali. Manusia walau sebaik mana atau kuat kebajikan, jika akidah bermasalah, kebaikannya tidak membawa erti pada Allah. Kebajikannya ibarat debu-debu berterbangan, tiada mendatang menafaat dan tertolak oleh Allah. Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung (samada disembah atau konon sebagai pihak tengah), tiada Tuhan (atheism), percaya Allah namun tiada ingin mematuhi perintah Allah) atau sengaja engkar, dll yg serupa. Semoga dgn menuruti ajaran Islam yg sebenar...kita akan menjadi manusia yg terbaik, menyeru manusia kembali mengabdikan diri pada Allah..serta menjauhi dosa. Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia. Sekian. Lusy Anita <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Syarat Diterimanya Ibadah Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [6] Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: [a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. [b]. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112] Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’at-kan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah berfirman. “Artinya : Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam ber-ibadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110] Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah. Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagai-mana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat. [7] Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?” Jawabnya adalah sebagai berikut: [1]. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar: 2] [2]. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa ber
Balasan: [zamanku] Syarat Diterimanya Ibadah
Salam. Ibadah hanya diterima Allah apabila tiada syirik atau unsur syirik. Kemurniaan akidah adalah perkara utama dalam Islam. Tiada mempersekutukan Allah samasekali. Manusia walau sebaik mana atau kuat kebajikan, jika akidah bermasalah, kebaikannya tidak membawa erti pada Allah. Kebajikannya ibarat debu-debu berterbangan, tiada mendatang menafaat dan tertolak oleh Allah. Syirik cth: tuhan lebih dari satu, Tuhan ada anak?, ada patung atau unsur patung (samada disembah atau konon sebagai pihak tengah), tiada Tuhan (atheism), percaya Allah namun tiada ingin mematuhi perintah Allah) atau sengaja engkar, dll yg serupa. Semoga dgn menuruti ajaran Islam yg sebenar...kita akan menjadi manusia yg terbaik, menyeru manusia kembali mengabdikan diri pada Allah..serta menjauhi dosa. Kita akan menjadi manusia yg menafaat pada seluruh umat manusia. Sekian. Lusy Anita <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Syarat Diterimanya Ibadah Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [6] Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: [a]. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. [b]. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112] Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’at-kan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah berfirman. “Artinya : Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam ber-ibadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110] Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah. Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagai-mana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat. [7] Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?” Jawabnya adalah sebagai berikut: [1]. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar: 2] [2]. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’. [3]. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita[8] Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan). [4]. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam ke-hidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi ke-hidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.