Nah kalau teori ini saya sangat setuju sekali, dana terutama yang dilakukan 
door to door, sangat mungkin dimanfaatkan oleh kelompok islam radikal untuk 
membiayai kegiatan mereka. asumsi ini tentu tidak tidak beralasan, coba 
bayangkan apakah memang sebenarnya orang islam suka membuat masjid yang megah, 
meski dengan keterpaksaan hingga mengajarkan umatnya untuk berkeliaran dijalan 
jalan meminta sumbangan pada siapapun???? tentu ini sangat mencurigakan, jika 
pun ada orang islam ingin membangun masjid tentunya disesuaikanlah dengan 
kemampuan warga setempat. 
dana teroris memang sepertinya diperoleh dengan cara yang halus yaitu salah 
satu jalan dengan meminta minta, ini adalah cara yang paling aman, sebab tidak 
perlu dilakukan pencatatan.


----- Pesan Asli ----
Dari: mediacare <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; zamanku 
<zamanku@yahoogroups.com>; media jakarta <[EMAIL PROTECTED]>; media jabar 
<[EMAIL PROTECTED]>; media jatim <[EMAIL PROTECTED]>; media jogja <[EMAIL 
PROTECTED]>
Terkirim: Sabtu, 5 Juli, 2008 16:46:23
Topik: [zamanku] Dana Teroris Dicurigai Masuk Lewat Infak dan Zakat


 
Pengamat Intelijen: 
Dana Teroris Dicurigai Masuk Lewat Infak dan 
Zakat
Oleh
Rafael Sebayang


Jakarta – Pengamat intelijen Wawan Purwanto 
mensinyalir dana teroris masuk melalui infak dan zakat. Untuk itu diperlukan 
pengawasan terhadap sumbangan-sumbangan dalam bentuk infak dan zakat 
itu..

”Yang sangat kita khawatirkan adalah pengawasan terhadap 
sumbangan-sumbangan dalam bentuk infak dan zakat menjadi sumber dana baru 
mereka. Dana-dana tersebut sebenarnya halal namun digunakan oleh 
kelompok-kelompok mereka yang berkamuflase atas nama agama untuk melanggar 
hukum. Bagi teroris itu, dana itu ibarat darah. Kalau darahnya dibekukan, 
aktivitas-aktivitas mereka secara otomatis juga akan berhenti,” katanya ketika 
dihubungi SH, Sabtu (5/7) siang ini. Dia menyebutkan, terungkapnya kasus bom 
rakitan di Palembang, Sumatera Selatan, mengindikasikan adanya sumber pendanaan 
baru dalam upaya aksi teror di Indonesia. 

Tertangkapnya sejumlah 
bendahara Jemaah Islamiyah (JI) di berbagai negara menjadikan sumber dana yang 
datang di bawah tangan dalam bentuk infak dan zakat memberikan darah segar bagi 
pelaku terorisme dalam menjalankan aksinya.Dia menyatakan keberadaan 
peluru-peluru tajam yang menjadi satu kesatuan dalam satu rakitan bom merupakan 
hal yang baru dalam teknik perakitan bom anggota JI, khususnya bom-bom rakitan 
yang selama ini ditemukan atau meledak di wilayah Indonesia. Terkait pendanaan, 
Wawan juga mengindikasikan adanya keterkaitan aksi-aksi perampokan, khususnya 
perampokan toko-toko emas yang terjadi di beberapa tempat akhir-akhir ini 
mengarah pada kelompok-kelompok terorisme. ”Itu memang arahnya ke sana,” 
katanya. 

Menanggapi fakta baru di luar penangkapan 
sepuluh tersangka teroris di Sumatera Selatan yang menyangkut pelarian salah 
satu petinggi JI berkewarganegaraan Singapura, Mas Slamet Kastari, yang 
diinformasikan saat ini berada di Indonesia, Wawan masih mempertanyakan 
validitas informasi tersebut. Pasalnya, Kastari yang saat itu ditahan di 
penjara 
Singapura dalam kondisi diborgol tangan dan kakinya. 
Di samping itu, ketika 
itu Kastari tidak mungkin meloloskan diri dari penjara yang ketat tersebut, 
karena mengalami patah kaki pada saat melarikan diri dari Polda Riau beberapa 
waktu lalu. ”Fakta-fakta ini memunculkan pertanyaan apakah Kastari benar sudah 
melarikan diri ke wilayah Indonesia atau mungkin masih berada di penjara 
Singapura atau bahkan sudah mati di sana,” katanya.
Pada kesempatan ini pula, 
Wawan mengingatkan agar masyarakat maupun penegak hukum, khususnya Polri, 
mewaspadai adanya politisasi dalam kasus ini. 

Pindahkan Basis 
Jaringan

Kapolri Jenderal Sutanto di Mabes Polri, Jumat 
(4/7) siang, mengatakan fakta pengungkapan jaringan teroris di Malaysia 
mengindikasikan bahwa buron teroris nomor satu Noordin M Top telah memindahkan 
baris jaringannya dari Jawa ke Sumatera. Di samping itu, ada pengembangan 
teknik 
perakitan bom dari kelompok JI yang saat ini mengembangkan teknik perakitan bom 
dengan menggunakan peluru-peluru tajam.
Tentang keberadaan Slamet Kastari, 
Sutanto mengatakan pihaknya saat ini telah menyebar foto-foto Kastari ke 
seluruh 
Polda di Indonesia. ”Tujuannya agar masyarakat mengenali dan mengetahui 
ciri-ciri fisik yang bersangkutan,” katanya. Pihaknya telah memperketat 
penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan di seluruh Indonesia khususnya wilayah 
Sumatera yang saat ini diduga menjadi salah satu basis pergerakan pelaku 
teror.

Wawan Purwanto juga mengingatkan, sasaran teroris 
saat ini sudah bergeser dari perjuangan demi jihad, beralih pada kehancuran 
ekonomi dan ideologi kekerasan. Indikasi ini terlihat dari penangkapan sepuluh 
tersangka teroris di Sumatera Selatan baru-baru ini yang mengaku akan 
meledakkan 
Kafe Bedudel di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, karena banyak dikunjungi turis 
asing.
Hal ini sangat disayangkan, apalagi kondisi perekonomian dunia saat 
ini sedang kacau, harga minyak mentah dunia terus melonjak sehingga semua harga 
kebutuhan pokok ikut terkerek naik. ”Jadi dimana letak jihadnya? Sasaran mereka 
sudah bukan lagi jihad, tapi kehancuran ekonomi negara,” ungkap pengamat 
intelijen itu. Para teroris itu hanya ingin mengesankan bahwa mereka tetap 
eksis, sehingga tidak memperhitungkan korbannya, yang penting menyerang, kata 
Wawan. Bukit Tinggi, terutama di kawasan jam gadang, memang menjadi tempat 
turis 
dan terdapat kafe yang banyak orang bulenya. Meskipun kelompok teroris yang 
ditangkap Densus 88 Antiteror di Palembang baru-baru ini mengaku batal 
meledakkan bom di Kafe Bedudel, Bukit Tinggi, karena belakangan menyadari bahwa 
para calon korban adalah warga setempat yang umumnya muslim dan bukan orang 
asing.  Menurut seorang perwira Polri yang menolak disebut namanya, di 
tempat itu sudah sempat dipasang tiga buah bom waktu, tetapi kemudian 
dibatalkan 
pada detik-detik terakhir dan teroris memutuskan akan memindahkan serangan ke 
Ibu Kota Jakarta. Namun menurut Wawan Purwanto, sepuluh tersangka itu ditangkap 
sekitar 20 Juni lalu, namun baru dipublikasikan Polri pada HUT ke-62 Polri, 
sebab untuk keperluan penyidikan.

Wawan mengingatkan pula bahwa dalam kondisi 
kemiskinan, teroris mudah masuk. ”Daripada melarat, sengsara, ya mendingan 
sahid 
saja,” lanjutnya sambil mengingatkan, masyarakat harus peduli pada 
lingkungannya 
agar tak mudah disusupi teroris. Wawan juga menjelaskan, para teroris itu 
pindah 
ke Sumatera setelah diuber dari Poso, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Mereka 
membutuhkan rumah tempat pengamanan sehingga hidup berpindah-pindah. Penyamaran 
yang paling efektif menjadi guru dan santri, sambil melakukan perekrutan baru 
pada pemuda berusia rata-rata 20 tahun, tapi masih dari kelompok yang bisa 
dialihkan ke jihad. 

Bali Dijaga Ketat
Aparat kepolisian di jajaran 
Polda Bali juga memperketat penjagaan di sejumlah pintu masuk Bali, seperti 
pelabuhan penyeberangan Gilimanuk, Padangbai, dan Bandara Ngurah Rai, guna 
mencegah masuknya kelompok teroris. Berdasarkan pemantauan SH, petugas dari 
Gegana, Densus 88/Antiteror Polda Bali dan Reskrim, serta Intel Polres Jembrana 
diterjunkan untuk pengamanan pelabuhan Gilimanuk yang menghubungkan Jawa-Bali 
ini. (wahyu dramastuti/cinta malem ginting) 
 http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0807/ 05/sh01.html
      


      
___________________________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke