hadits, dalam segala pengertiannya, memang merupakan kitab tafsir dan berisikan 
berbagai narasi bla bla bla di sekitar islam. mungkin anda menganggap nilai 
kebenaran hadits adalah nol. sayangnya dunia teologis mengakui validitas 
hadits. dan tentunya saya lebih mempercayai omongan mereka daripada anda.

hadits, textbooks, pornografi, dan semua narasi umat manusia dibangun atas 
imajinasi dan sebangsanya. apakah itu berarti kebenaran mereka dipertanyakan? 
kalau memang begitu, maka apa yang anda percayai? hukum fisika? saya yakin anda 
tidak memahaminya sebaik saya.

kalo anda merasa bahwa fisika dan matematika kebenarannya tidak dipertanyakan 
karena ada pembuktian yang valid, maka ingatlah kalau validitas yang ada dalam 
hukum2 positif itu adalah validitas sementara, bukan validitas mutlak yang anda 
cari. hanya karena hadits dan sebangsanya memiliki validitas yang 
temporarity-nya lebih jelas terlihat daripada hukum fisika dan matematika, 
bukan berarti mereka tidak valid.

dan, kalo anda ngomongin soal hukum logika, kok kayaknya ada yang salah dengan 
logika anda ya. mungkin anda salah buka buku, atau salah buka otak. mungkin 
sebaiknya anda pastikan dulu kalau otak yang anda pakai terletak di ujung yang 
benar, bukan di ujung lain tulang belakang anda.

gini ya bu, A benar, B benar, C adalah kesimpulan dari A dan B. C benar jika 
dan hanya jika: A memiliki hubungan yang relevan, signifikan dengan B,  dan 
tidak terpengaruhi faktor luar. nah, dengan adanya nilai nilai lain yang anda 
pakai dalam pemikiran anda, maka nilai nilai tersebut harus bisa dihitung 
korelasinya dulu sebelum anda memutuskan bahwa ketika A benar, B benar, maka C 
pasti benar.

--- On Fri, 8/1/08, Hafsah Salim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Hafsah Salim <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [zamanku] Re: Allah Semua Agama Itu Ternyata Sama Saja!
To: zamanku@yahoogroups.com
Date: Friday, August 1, 2008, 11:19 AM










    
            > Lurino <[EMAIL PROTECTED] > wrote:

> hadits yang anda kutip memang benar dan shahih,

> dalam cakupan terbatas, yang saya angkat di sini

> adalah hukum logika. misalnya gini: pernyataan A

> benar, dan pernyataan B benar, hubungan A dan B

> masih dipertanyakan, apakah itu berarti A dan B

> pasti merujuk pada satu hal yang sama? analisis

> teks, sayangnya, gak seawam itu bung.

> 



Hadist itu bukanlah buku ilmu pengetahuan apalagi buku logika!!

Hadist itu cuma berisi kepercayaan manusia Arab dulu, dan 

kepercayaan itu merupakan bagian aktivitas otak dalam ber-

angan2.  Jadi Logika itu sama sekali bukanlah kepercayaan'

melainkan merupakan metode untuk menyimpulkan secara analisis

melalui urut2an yang valid apakah suatu pernyataan itu benar

atau salah, contohnya:



Semua yang ada hanya bisa "ADA" kalo ada penciptanya.

Allah itu tidak ada penciptanya.

Kesimpulannya: Allah itu "TIDAK ADA".



Pernyataan A benar, pernyataan B benar, dan pernyataan C juga sebagai

kesimpulan yang benar karena pernyataan A dan B saling berhubungan

yang mengikat pernyataan C sebagai kesimpulan yang VALID ATAU SHAHIH.



Demikianlah metode dalam logika dalam menemukan kebenaran yang hakiki

yang tidak mungkin bisa dibohongi dengan kata2 dalam kitab2 suci yang

banyak ataupun dengan pernyataan2 panjang yang penuh berlika-liku

dalam menyesatkan umatnya.



Dengan cara atau metode logika inilah ilmu pengetahuan berkembang

pesat sehingga anda bisa mengendarai mobil, pesawat terbang, menikmati

TV, DVD, dll yang kesemuanya tidak tercatat dalam Quran maupun Hadist2nya.



Ny. Muslim binti Muskitawati.




      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke