salah satu bukti lain bahwa alam indonesia mungkin jadi surga prasejarah untuk evolusi awal manusia. kalo gak salah, ada mitos yang mengatakan bahwa adam pertama kali turun di daerah toraja juga kan?
terlepas dari semua itu, wilayah sulawesi di jaman prasejarah, adalah tempat yang secara ekologis terisolasi dari tempat lain, sampai sekarang hal ini belum terbantahkan. dengan adanya sekian banyak satwa endemik di sini, mungkin saja ada spesies manusia purba endemik di sini. berbeda dengan manusia modern yang cenderung seenaknya saja mengubah ekosistem, manusia purba berevolusi untuk mengisi ruang hidup yang tersedia di ekosistem dan memanfaatkannya sampai batas maksimum perkembangan spesies. habis itu, kalo nggak punah, ya mereka akan terus eksis di sana sampai saatnya kepunahan menjemput, atau berevolusi untuk menghadapi perubahan ekosistem. lurino /tukangmikir --- On Wed, 7/30/08, mediacare <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: mediacare <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [zamanku] Tulang Raksasa Ditemukan di 'Hutan Purba' Sangihe To: [EMAIL PROTECTED], "zamanku" <zamanku@yahoogroups.com>, "media sulawesi" <[EMAIL PROTECTED]>, "media intim" <[EMAIL PROTECTED]>, "aci" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wednesday, July 30, 2008, 10:06 PM Harian Komentar 29 Juli 2008 Tulang Raksasa Ditemukan di ‘Hutan Purba’ Sangihe Temuan adanya lokasi ‘hutan purba’ di seputaran kawasan lindung Sahanderumang, Kampung Lelipang Kecamatan Tamako Kabupaten Sangihe, oleh wisatawan asing asal Jer-man 27 Desember 2007 lalu, seakan semakin diperjelas dengan ditemukannya tulang belulang berukuran raksasa oleh warga Kampung Pinta-reng, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara (Tabselteng) . Konon tulang belulang yang diyakini merupakan fosil dari manusia purba tersebut, ditemukan warga pada tahun 1997 silam. Tokoh masyarakat yang juga merupakan Ketua Jemaat GMIST Salurang Pdt Tapa-dongko STh menjelaskan, dari lokasi kawasan lindung Sa-handerumang yang berde-katan dengan spot hutan purba tersebut, terdapat sejumlah titik aluran sungai yang mengalir ke beberapa kampung. Dan salah satunya mengalir ke Sungai Busu yang berada di Pintareng. “Kalau dikaitkan, ada kebe-narannya juga bila di kawas-an lindung Sahanderumang ada spot hutan purba. Karena tahun 1997 lalu warga pernah menemukan tulang berukur-an raksasa di Sungai Busu. Sungai Busu ini muaranya dari Sahanderumang,” jelas Tapa-dongko ketika ditemui warta-wan di kediamannya di Kam-pung Salurang, Kecamatan Tabselteng, (28/07) kemarin. Bahkan Camat Tabsel E Malendes, Camat Tabselteng JH Lomboh SSos dan Kapi-talaung Salurang AM Lumiu yang ada saat itu, memper-silakan wartawan untuk ber-kunjung langsung ke Kam-pung Pintareng, kurang lebih delapan kilometer dari Kam-pung Salurang untuk mem-buktikan temuan tersebut. “Sisa-sisa tulang yang dite-mukan masih tersimpan di salah satu rumah warga di Pintareng,” ujar Malendes. Wartawan pun kemudian ditawari jasa untuk dibonceng oleh Pdt Tapadongko dengan sepeda motornya ke Kampung Pintareng. Sesampainya di sana, tulang belulang tersebut ternyata masih disimpan oleh Ny VH Limpong, istri dari JB Habibi, mantan Opo Lao Pin-tareng. Ketika diperlihatkan, tulang belulang yang tersisa tujuh bagian tersebut memi-liki bobot rata-rata di atas lima kilogram (kg). “Ini de pe tulang kaki, de pe tulang bagian belakang deng gigi,” ujar wanita 60 tahun itu sambil mengeluarkannya dari dalam karung. “Dulu ada tiga karung lebih, tapi ada bule-bule (warga asing) yang datang ambil dan bawa,” tambahnya. Mantan Kepsek SD GMIST Sion Pin-tareng ini kemudian bercerita asal muasal ditemukannya tulang yang kini berwarna cokelat dan keabu-abuan tersebut. “Tahun 97 banyak warga yang mendulang emas di Kali Busu. Saat penggalian mencapai kedalaman lima meter, warga menemukan benda yang awalnya dikira bebatuan yang mengandung mineral emas. Tapi ternyata itu adalah tulang yang menu-rut kami adalah tulang betis kaki dan tulang belakang manusia raksasa zaman da-hulu. Ada juga giginya dite-mukan,” ulas pensiunan guru ini seraya menambahkan, untuk tulang kakinya saja hampir mencapai 10 meter serta giginya nyaris berukur-an seperti bola voli. “Selain itu ditemukan taring berukuran satu meter lebih yang masih utuh. Namun telah diambil bule dari Prancis dan Jerman.” Oleh warga yang menemukan tulang belulang itu mem-percayakan untuk disimpan di rumahnya, karena di masa itu suaminya merupakan Opo Lao (kepala kampung) Pinta-reng. “Namun tinggal ini yang tersisa. Lainnya sudah diambil bule yang kerja di perusahaan tam-bang. Ada juga yang telah diam-bil oleh Kantor Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi yang kata-nya untuk diteliti,” tandas Oma Limpong yang memperkenankan wartawan untuk mengabadikan tulang belulang tersebut. Oma Limpong mengaku tidak pernah merasakan hal-hal aneh atau pun mistis selama menyimpan tulang tersebut di rumah sederhananya itu. Me-nariknya, nama Sungai Busu yang ada di Kampung Pintareng itu sendiri, menurut Oma Lim-pong, dijuluki warga karena di sepanjang sungai tersebut menyebarkan aroma tak sedap atau bau busuk. Namun sejak ditemukannya fosil tulang manusia purba pada 1997, bau busuk tersebut berangsur-ang- sur hilang kendati namanya tetap saja Sungai Busuk hingga saat ini.(yha