ayat revisi ya aneh juga kok Allah bisa enggak konsisten ya ????/ 2008/9/26 Hati Nurani <[EMAIL PROTECTED]>
> > Nikah Mut'ah pernah diijinkan oleh Nabi, tetapi lantas di haramkan untuk > selamanya : > > Dalil hadits yang mengaramkan antara lain adalah: > *Dari Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Wahai manusia, dahulu aku > mengizinkan kamu nikah mut'ah. Ketahuilah bahwa Allah SWT telah > mengharamkannya sampai hari kiamat." *(HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah). > > *Dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW telah mengharamkan nikah > mut'ah dengan wanita pada perang Khaibar dan makan himar ahliyah*. (HR > Bukhari dan Muslim). > > Hadits ini diriwayatkan oleh dua tokoh besar dalam dunia hadits, yaitu > Al-Bukhari dan Muslim. Mereka yang mengingkari keshahihahn riwayat dua tokoh > ini tentu harus berhadapan dengan seluruh umat Islam. > > Bahkan sanad pertamanya langsung dari Ali bin Abi Thalib sendiri. Sehingga > kalau ada kelompok yang mengaku menjadi pengikut Ali ra tapi > menghalalkannya, maka dia telah menginjak-injak hadits Ali bin Abi Thalib. > > Al-Baihaqi menukil riwayat dari Ja'far bin Muhammad bahwa beliau ditanya > tentang nikah Mut'ah. Jawabannya adalah bahwa nikah Mut'ah itu adalah zina. > > Tujuan nikah mut'ah bukan membangun rumah tangga sakinah, melainkan > semata-mata mengumbar hawa nafsu dengan imbalan uang. > > Apalagi bila dikaitkan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan > keturunan yang shalih dan shalihat. Semua itu jelas tidak akan tercapai > lantararan nikah mut'ah memang tidak pernah bertujuan untuk mendapatkan > keturunan. Tetapi untuk sekedar kenikmatan seksual sesaat. > > Tidak pernah terbersit dalam benak pelaku nikah untuk nantinya punya > keturunan daripernikahan seperti itu. Bahkan ketika dahulu sempat dihalalkan > di masa Nabi yang kemudian segera diharamkan, para shahabat pun tidak pernah > berniat membentuk rumah tangga dari pernikahan itu. > ** > Ungkapan bahwa nikah mut'ah itu adalah zina dibenarkan oleh Ibnu Umar. Dan > sebagai sebuah kemungkaran, pelaku nikah mut'ah diancam dengan hukum rajam, > karena tidak ada bedanya dengan zina. > > Salam, > > > --- On *Tue, 9/23/08, ttbnice <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: ttbnice <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [zamanku] Re: Pelacuran yang islami > To: zamanku@yahoogroups.com > Date: Tuesday, September 23, 2008, 5:17 AM > > Rekan2 Islam kudu nerangin, apa bener sinyalir di bawah? Kalo bener > maka ini merupakan penipuan berkedok agama. Jika resmi dari agama, > artinya ini adalah agama yang palsu. > > --- In [EMAIL PROTECTED] .com <zamanku%40yahoogroups.com>, "Ibrahim Y. > Syihab" <dakwah_umat@ ...> > wrote: > > > > > > > > Menurut rekan-rekan islam, ajaran berikut ini kira-kira berasal > > dari Tuhan atau setan? > > > > > > > > Nikah mutĀ¢ah = Pelacuran yang dihalalkan oleh islam > > > > > > > > Dalam nikah mut'ah tidak ada batas minimal mengenai kesepakatan > > waktu berlangsungnya mut'ah. Jadi boleh saja bersepakat nikah mut'ah > dalam > > jangka waktu satu malam, satu hari, satu minggu, satu bulan, atau > satu tahun. > > > > > > > > Dari Khalaf bin Hammad dia berkata aku mengutus seseorang untuk > > bertanya pada Abu Hasan tentang batas minimal jangka waktu mut'ah? > Apakah > > diperbolehkan mut'ah dengan kesepakatan jangka waktu satu kali > hubungan suami > > istri? Jawabnya : ya. > > > > > > > > Orang yang melakukan nikah mut'ah diperbolehkan melakukan apa saja > > layaknya suami istri dalam pernikahan yang lazim dikenal dalam > Islam, sampai > > habis waktu yang disepakati. Jika waktu yang disepakati telah habis, > mereka > > berdua tidak menjadi suami istri lagi, alias bukan mahram yang haram > dipandang, > > disentuh dan lain sebagainya. Bagaimana jika terjadi kesepakatan > mut'ah atas > > sekali hubungan suami istri? Yang mana setelah berhubungan layaknya > suami istri > > mereka sudah bukan suami istri lagi, yang mana berlaku hukum > hubungan pria > > wanita yang bukan mahram? Tentunya diperlukan waktu untuk berbenah > sebelum > > keduanya pergi. > > > > > > > > Dari Abu Abdillah, ditanya tentang orang nikah mut'ah dengan > > jangka waktu sekali hubungan suami istri. Jawabnya : " tidak mengapa, > > tetapi jika selesai berhubungan hendaknya memalingkan wajahnya dan tidak > > melihat pasangannya" . > > > > > > > > Nikah mut'ah berkali-kali tanpa batas = Ngelonte berkali-kali yang > > dihalalkan auloh setan. > > > > > > > > Diperbolehkan nikah mut'ah dengan seorang wanita berkali-kali > > tanpa batas, tidak seperti pernikahan yang lazim, yang mana jika > seorang wanita > > telah ditalak tiga maka harus menikah dengan laki-laki lain dulu sebelum > > dibolehkan menikah kembali dengan suami pertama. Hal ini seperti > diterangkan > > oleh Abu Ja'far, Imam Syiah yang ke empat, karena wanita mut'ah > bukannya istri, > > tapi wanita sewaan. Disini dipergunakan analogi sewaan, yang mana > seseorang > > diperbolehkan menyewa sesuatu dan mengembalikannya lalu menyewa lagi dan > > mengembalikannya berulang kali tanpa batas.. > > > > > > > > Dari Zurarah, bahwa dia bertanya pada Abu Ja'far, seorang > > laki-laki nikah mut'ah dengan seorang wanita dan habis masa > mut'ahnya lalu dia > > dinikahi oleh orang lain hingga selesai masa mut'ahnya, lalu nikah > mut'ah lagi > > dengan laki-laki yang pertama hingga selesai masa mut'ahnya tiga > kali dan nikah > > mut'ah lagi dengan 3 lakii-laki apakah masih boleh menikah dengan > laki-laki > > pertama? Jawab Abu Ja'far : ya dibolehkan menikah mut'ah berapa kali > sekehendaknya, > > karena wanita ini bukan seperti wanita merdeka, wanita mut'ah adalah > wanita > > sewaan, seperti budak sahaya. > > > > > > > > Wanita mut'ah diberi mahar sesuai jumlah hari yang disepakati = > > bayaran ngelonte yang dihalalkan auloh setan. > > > > > > > > Wanita yang dinikah mut'ah mendapatkan bagian maharnya sesuai > > dengan hari yang disepakati. Jika ternyata wanita itu pergi maka > boleh menahan > > maharnya. > > > > > > > > Dari Umar bin Handholah dia bertanya pada Abu Abdullah : aku nikah > > mut'ah dengan seorang wanita selama sebulan lalu aku tidak > memberinya sebagian > > dari mahar, jawabnya : ya, ambillah mahar bagian yang dia tidak > datang, jika > > setengah bulan maka ambillah setengah mahar, jika sepertiga bulan > maka ambillah > > sepertiga maharnya. > > > > > > > > Jika ternyata wanita yang dimut'ah telah bersuami ataupun seorang > > pelacur, maka mut'ah tidak terputus dengan sendirinya. > > > > > > > > Jika seorang pria hendak melamar seorang wanita untuk menikah > > mut'ah dan bertanya tentang statusnya, maka harus percaya pada > pengakuan wanita > > itu. Jika ternyata wanita itu berbohong, dengan mengatakan bahwa dia > adalah > > gadis tapi ternyata telah bersuami maka menjadi tanggung jawab > wanita tadi. > > > > > > > > Dari Aban bin Taghlab berkata: aku bertanya pada Abu Abdullah, aku > > sedang berada di jalan lalu aku melihat seorang wanita cantik dan > aku takut > > jangan-jangan dia telah bersuami atau pelacur. Jawabnya: ini bukan > urusanmu, > > percayalah pada pengakuannya. > > > > > > > > Ayatollah Ali Al Sistani berkata : > > > > > > > > Masalah 260 : dianjurkan nikah mut'ah dengan wanita beriman yang > > baik-baik dan bertanya tentang statusnya, apakah dia bersuami > ataukah tidak. > > Tapi setelah menikah maka tidak dianjurkan bertanya tentang statusnya. > > Mengetahui status seorang wanita dalam nikah mut'ah bukanlah syarat > sahnya > > nikah mut'ah[79]. > > > > > > > > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- - > > > > > > ---- Ibrahim Yohannes Syihab ---- > > Saya meninggalkan ajaran setan yang nyaru bernama auloh, karena > terbukti auloh itu adalah setannya orang arab. > > > > Kunjungi: www.indonesia. faithfreedom. org > > > > http://mail. promotions.. yahoo.com/ newdomains/ > > aa/<http://mail.promotions.yahoo..com/newdomains/aa/> > > > > > >