At Tuesday, 13 February 2001, you wrote:
>>Saya ingin tahu plastik jenis apakah yang digantikan
>oleh Plastik Biodegradabel ini, bukankah ada jenis
>plastik yang dapat didaur ulang?.
>>Kira-kira akan dibutuhkan berapa banyak tanaman
>penghasil pati untuk secara signifikan dapat
>mengurangi pemakaian plastik konvensional ?
>Jangan-jangan kita nanti kelaparan.
>
Terima kasih atas pertanyaannya dan saya akan mencoba menjawabnya.
(1) Jenis plastik konvensional yang dapat digantikan oleh plastik
biodegradabel
Dilihat daripada titik lelehnya, plastik biodegradabel jenis poli
butilena suksinat (PBS ; titik leleh sekitar 113C) mempunyai titik
leleh yang hampir sama dengan polietilen, maka diharapkan dapat menggantikan
plastik polietilen. Selain daripada itu, karena kemajuan processing
technology, PBS dapat dibentuk foaming dan dapat menggantikan plastik
konvensional jenis polistirena.
Sedangkan PLA karena titik lelehnya yang tinggi (sekitar 175-180C)
dan karena kemudahannya dibentuk menjadi film dan fiber, maka diharapkan
PLA dapat digunakan sebagai pengganti poli etilen tereftalet atau
nylon.
(2) Daur ulang plastik
Dalam melakukan daur ulang plastik terdapat kesulitan dalam memisahkan
bahan plastik dengan bahan non-plastik yang menyertainya (seperti
bahan organik). Dan juga karena dalam produk plastik itu sendiri
bukan hanya mengandung polimer plastik saja tetapi juga bahan aditif,
sangat sulit untuk me-recover bahan polimernya saja. Dan juga ada
kecenderungan bahwa harga bahan plastik asli (virgin) jauh lebih
murah daripada bahan plastik daur ulang, merupakan masalah dalam
daur ulang.
(3) Jenis pati yang diharapkan dapat dipakai sebagai bahan baku plastik
biodegradabel
Memang benar masalah dalam memanfaatkan pati untuk plastik biodegradabel
adalah masalah harus bersaing dengan pemanfaatan pati sebagai pangan.
Salah satu cara pemecahannya adalah dengan memilih sumberdaya pati
yang pemanfaatannya untuk pangan masih relatif sedikit. Indonesia
kaya akan sumberdaya pati-patian, salah satunya adalah pati sagu
dimana potensi kita sangat terbesar. Namun demikian pembudidayaan
tanaman sagu di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan negara
tatangga Malaysia. Banyak tanaman sagu dalam hutan sagu yang masih
belum dapat kita manfaatkan. Pemanfaatan pati sagu untuk pangan relatif
sedikit dibandingkan dengan pati sagu yang dibiarkan tidak termanfaatkan
dalam hutan tanaman sagu di wilayah Indonesia Timur. Kami berharap
bahwa penelitian kami tentang pemanfaatan sagu sebagai bahan plastik
biodegradabel dapat membuka peluang pemanfaatan pati sagu dengan
lebih efektif.
Terima kasih.
HARDANING PRANAMUDA