membuat kita harus merenung...


Buat teman2 yg sdg menjalankan ibadah puasa, semoga bermanfaat...


Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia
mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda
anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang
kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda denganberjalan kesana
kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat
menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan 
tetesan
air dan butiran-butiran es yang  melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya
bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan
puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa
dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama 
tiga
hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari
biasanya. Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah
itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan
memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti 
isi
daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur 
ketakutan
sekaligus keheranan. Setiap  dilarang, bocah itu akan mendengus dan 
matanya
akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang
akan melarangnya.

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung,
belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius.
Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari
kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang 
sama
juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia
menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas 
membuat
orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga.

Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu
malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.
"Bismillah..  ." ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu.
Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah 
jadi-jadian,
ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu 
"bocah
beneran" pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana 
sesungguhnya
bocah itu.

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan 
tangan
Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu,
dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda
tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya 
meminum
es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?"
tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman
akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada
Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan
halus,"apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu
bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan
tingkahmu itu.."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak 
itu.
Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman
lebih tajam lagi. "Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua!
Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?!
Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis
kemiskinanpada sebelas bulan diluar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan  kami yang kelaparan, dengan
menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga
yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah 
kalian
yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara
kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan  hingga kematian menjemput
ajal..?!

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian
untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan
maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian...!?"  Bocah itu
terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.
Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas 
dan
terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

"Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa 
berpuasa
meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang 
bisa
kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah 
yang
menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu
kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan 
yang
luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian 
menyebutnya
dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?  Tuan.., sebelas bulan
kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun
hanya ada kepedulian yang seadanya pula.

Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua
belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang 
telah
saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang  kecil
seperti  kami...!  Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan..,
sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan 
tertawa
sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan,
berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada
penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan 
adanya
azab Tuhan yang akan menimpa?

Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi.
Tuan...,jangan  merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan
pangan 'tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah 
menyatu
dengan bumi kelak...."

Wuahh..., entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi
kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan.
Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! 
Hal
ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan.
Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu  pergi begitu saja
meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu
sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya
kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa
dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Ditengah deru nafasnya yang
memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng
bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun
mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman
tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil
sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional,  tidak 
masuk
akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul
adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan
pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang 
seharusnya
kita ingat.. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, 
dan
mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang
sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan
sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan 
membusungkan
dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.

Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus
menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk
menahan lapar. Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah 
memberikannya
hikmah yang  luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut
mati  mata hatinya.

Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau
tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu
sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang
dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang 
menghendaki
bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak 
itu
Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu
kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya.

Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani 
menunjuk
hidungnya ketika ia salah. (M.S.Balda)

Kirim email ke