Precedence: bulk ZACKY DAN SJAFRIE SAMPAI DI SINI JAKARTA, (TNI Watch!, 21/9/99). Korps Baret Merah benar-benar babak belur. Saat-saat sekarang ini bisa disebut sebagai periode gelap bagi Kopassus, nama resmi pasukan tersebut. Sejak Suharto lengser, sudah beberapa kali kehormatan kesatuan itu diobok-obok. Mulai dari terbongkarnya kasus penculikan oleh Tim Mawar (tim khusus dari Grup 4/Anti Teror), sampai mantan Komandannya yang dulu seolah-olah tak tersentuh, Letjen TNI Prabowo, juga kebagian jatah dipermalukan, dengan dipecat sebagai Pangkostrad. Kini yang bakal mendapat "jatah" dipermalukan adalah dua perwira kebanggaan Korps Baret Merah: Mayjen TNI Zacky Anwar Makarim dan Mayjen TNI Sjafrie Syamsudin. Kebetulan keduanya adalah sahabat dari Letjen TNI Prabowo. Santer terdengar mereka berdua akan dijadikan pesakitan di hadapan lembaga semacam DKP (Dewan Kehormatan Perwira), sebuah lembaga yang sering menjadi "predator" bagi perwira-perwira terdakwa. Kini lembaga sejenis, yang dulu pernah menelan Prabowo, tengah disiapkan untuk menepikan Zacky dan Sjafrie. Awalnya adalah kedatangan Mary Robinson, dari Komisi HAM PBB, saat menghadap Presiden Habibie. Mary Robinson mempersoalkan pelanggaran HAM tak terperikan di Timor Timur, oleh karenanya perlu diusut. Dalam kasus kriminal di mana pun, untuk memudahkan pengusutan, harus segera ditemukan pelakunya, setidaknya tersangka. Nah, untuk kasus pelanggaran HAM di Timtim, korbannya telah disiapkan, yach dua perwira itu tadi. Akankah ini akhir dari karir mereka berdua? Sulit menjawab dengan pasti, karena keduanya adalah tipikal perwira intelijen, di mana mereka sudah terbiasa untuk bergerak secara tidak transparan. Tidak transparan itu termasuk dalam hal karir. Sesuai dengan sifat pekerjaannya, karir perwira intelijen sering diliputi misteri. Yang orang sangka, karirnya bakal lenyap, tiba-tiba bisa terang kembali. Dikorbankannya mereka berdua, merupakan buntut dari kegagalan "proyek" memenangkan jajak pendapat, yang ternyata dimenangkan oleh kelompok pro kemerdekaan dengan telak. Mereka dianggap gagal, karena di pundak merekalah tanggung jawab memprakondisikan Timtim, yang salah satu caranya dengan menggalang kekuatan milisi pro integrasi. Karena gagal, mereka menjadi layak dikorbankan. Berikut perjalanan singkat karir Mayjen TNI Sjafrie Syamsudin. Mayjen TNI Sjafrie Syamsudin. Lahir di Ujungpandang, 30 Oktober 1952. Setelah lulus dari SMAN 4 Jakarta, melanjutkan ke Akmil, dan lulus tahun 1974. Di Akmil, Sjafrie seangkatan dengan Prabowo, dan keduanya masuk "lima besar" (lulusan terbaik) di angkatannya. Sejak lulus Akmil, Sjafrie berdinas di lingkungan Korps Baret Merah. Mulai sebagai Danton di Grup 1, Danki II Grup 1, Pa Intel Grup 1, Dan Satuan Pelaksana Pengawal Pribadi Presiden, Wadanyon di Grup 1, Danyon I Grup 1, Waasops Dan Kopassus. Periode 1993-1996, Sjafrie berturut-turut menjadi Dan Grup A Paspampres, Danrem di Bogor, serta Kepala Staf Garnisun I/Jakarta. Sejak 14 Agustus 1996, ia menjadi Kepala Staf Kodam Jaya, hingga berlanjut sebagai Pangdam Jaya (dilantik 15 September 1997). Saat ia menjabat Pangdam Jaya inilah, terjadi "Peristiwa Mei 1998" yang merontokkan karirnya. Beberapa operasi tempur yang pernah diikuti: Nanggala X Timtim (1976), Nanggala XXI Aceh (1977), Candraca XV Timtim (1984), Tim Maleo Irja (1987), dan Satgas 86 Timtim (Satuan Tugas Intelijen (SGI) Kopassus) (1990). Ketika menjadi Komandan SGI itulah Sjafrie diduga keras terlibat langsung dalam perancangan pembantaian ratusan demonstran di pekuburan Santa Cruz, Dili, 12 November 1991. Waktu itu pangkatnya kolonel.*** _____________ TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranya pelanggaran-pelanggran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html