Precedence: bulk KOL INF GEERHAN LANTARA KEMBALI NONGOL DI TIMTIM JAKARTA, (TNI Watch!, 22/9/99). Hari-hari terakhir ini nama Kol Inf Geerhan Lantara muncul kembali. Adakah sesuatu yang penting dari perwira tersebut? Mengingat di lingkungan TNI , ada begitu banyak kolonel, mulai yang mendapat jabatan mentereng, hingga yang hanya luntang-lantung menunggu saat pensiun tiba. Setelah sekian lama "menghilang", wajah Kol Inf Geerhan Lantara sempat beberapa kali muncul di layar kaca, saat mendampingi Mayjen Kiki Syahnakri dalam berbagai kesempatan, di antaranya ketika menyambut kedatangan Panglima Interfet Mayjen Peter Cosgrove. Pada saat ini posisi Kol Geerhan lumayan penting, karena dialah yang menjabat Komandan Sektor A, yang mengontrol Dili dan sekitarnya. Nama Kol Geerhan sempat menghiasi media cetak dan elektronik, sekitar delapan tahun lalu, bersamaan dengan meletusnya "Peristiwa Santa Cruz" (12 Nopember 1991). Pada saat Peristiwa Santa Cruz meledak, di mana situasinya demikian kacau, Geerhan (masih berpangkat mayor) ditemukan terkapar di jalanan, karena baru saja ditikam peserta aksi. Pada saat itu, Mayor Geerhan yang berpakaian sipil (tapi membawa radio HT), berusaha menenangkan massa. Namun rupanya ada seorang peserta aksi yang sudah mengenalnya, bahwa Geerhan adalah seorang anggota TNI, dengan jabatan Wakil Danyon Linud 700 (bataliyon pemukul Kodam VII/Wirabuana). Maka ditikamlah dia. Untuk memulihkan dadanya yang terluka, May Geerhan menjalani perawatan di Ujungpandang. Beberapa saat setelah sembuh, Geerhan turut diperiksa DKM (Dewan Kehormatan Militer), sehubungan dengan "Peristiwa Santa Cruz (berdarah)". Namun tidak seperti atasan-atasannya, yang dipecat setelah diperiksa DKM, Mayor Geerhan masih boleh berdinas di TNI-AD. Beberapa atasan Geerhan yang dipecat: Kol Inf Gatot Purwanto (Asintel Pangkolakops), Kol Inf Dolfie Rondonuwu (Asops Pangkolakops), Kol Inf Binsar Aroean (Komandan Sektor C), dan Kol Inf Johanes Pasaka Sepang (Danrem 164/Wira Darma); di samping Mayjen TNI Sintong Panjaitan dan Brigjen TNI Rudolp Samuel Warouw, yang riwayat pemecatan masih diingat banyak orang hingga sekarang. Setelah bebas dari "jeratan" DKM, karir Geerhan mengalir, dengan diangkat sebagai Komandan Detasemen Intel Kostrad, yang bermarkas di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Seusai di Den Intel, Letkol Geerhan tetap berada di Kostrad, ia ditarik ke Brigif Linud 17/Kujang I Kostrad sebagai Kasbrig (Kepala Staf Brigade), di pertengahan 1996. Hingga kemudian menjadi Komandan Brigif 17 (1998 - sekarang), menggantikan Kol Inf Soerjo Gino (kini Danrem di Malang). Jabatan Komandan Sektor A, sering dipegang para Komandan Brigif 17, seperti yang dulu pernah dialami Kol Inf Ryamizard RC (menantu Jendral Try Sutrisno). Sesuatu yang wajar, karena Brigif 17 sering dianggap sebagai kesatuan terbaik di Kostrad oleh Angkatan Darat. Begitu dipercayanya, karena "otak" pembentukan kesatuan ini adalah mantan ditaktor Indonesia, Soeharto, di pertengahan tahun 1966. Kol Inf Geerhan Lantara, yang lahir di Ujungpandang, adalah lulusan Akmil tahun 1978. Ia seangkatan dengan Letkol Inf Adel ZP Gustimego (Komandan Detasemen 81 Kopassus), yang tewas didor anak buahnya sendiri di Timika, dalam "Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma" (Mei 1996). Dengan mulai redupnya peran TNI di Timtim, Kol Geerhan merupakan perwira TNI generasi terakhir, yang memanfaatkan penugasan di Timtim untuk memperoleh kredit bagi karirnya. Jangan-jangan, Geerhan ikut terlibat dalam pembantaian-pembantaian di Dili belakangan ini yang dilakukan para milisi pro Indonesia dan TNI.*** _____________ TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranya pelanggaran-pelanggran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html