Precedence: bulk


PENEMBAKAN YUN HAP ADALAH "KADO" ISTIMEWA HUT TNI

        JAKARTA, (TNI Watch!, 6/10/99). Sepuluh hari setelah Yun Hap tewas
tertembak di kawasan Semanggi, tampaknya belum ada titik terang siapa pelaku
penembakan tersebut. Tim penyelidik resmi yang dipimpin Wakapolda Metro Jaya
Brigjen (Pol) Drs Sutanto, terkesan lambat dalam mengusut kasus ini. Bahkan
mereka masih mencari-cari, di mana lokasi tewasnya Yun Hap. Padahal lokasi
tersungkurnya Yun Hap itu sudah sangat jelas. Ada sederet saksi yang bisa
dikonfirmasi mengenai lokasi, dan siapa kira-kira pelakunya. Untuk keperluan
pengungkapan kasus, Tim Pencari Fakta Independen (TPFI), sudah menelusuri
kejadian itu secara rinci dan akurat. Langkah TPFI terlihat lebih gesit
mengungkap kasus ini.

        Tewasnya Yun Hap, dan beberapa orang lainnya dalam aksi menentang
RUU PKB, merupakan kado yang nista bagi TNI, karena itu semua terjadi, hanya
beberapa hari menjelang hari jadi TNI (5 Oktober 1999). Rasanya belum pernah
TNI merayakan harijadinya dalam suasana kelam seperti sekarang. Suasana HUT
kali ini mungkin bisa dibandingkan dengan Hari TNI tahun 1965, karena ada
peristiwa G30S, di mana pelaku dan korbannya adalah dari kalangan TNI sendiri.

        Tewasnya Yun Hap, yang kebetulan warga keturunan Cina, telah
menyadarkan banyak orang tentang konsep patriotisme. Orang Cina selama ini
selalu dituduh sebagai golongan masyarakat yang rendah kadar patriotismenya,
yang seolah-olah hidupnya melulu untuk menumpuk harta. Dengan tewasnya Yun
Hap, asumsi itu tak lagi relevan. Tewasnya Yun Hap, juga membelalakkan mata
orang-orang yang selama ini selalu menghujat golongan Cina.

        Kita juga melihat sesuatu yang paradoksal atas tewasnya Yun Hap.
Tentara yang dianggap patriot, justru menerjangkan pelurunya kepada sesama
"patriot", yaitu Yun Hap. Dengan menjadi seorang tentara, seseorang secara
otomatis dianggap patriot. Sedang Yun Hap baru disebut patriot setelah
tewas. Seandainya Yun Hap saat itu tidak tewas, orang akan tetap meragukan
patriotisme, hanya karena ia keturunan Cina.

        Bagi kalangan yang selama ini sering menghujat etnis Cina, seperti
kelompok ICMI, kelompok Cides, kelompok KISDI, unsur PDR (Partai Daulat
Rakyat), Eggi Sujana, Idrus Marham, Burzah Zarnubi, dan kelompok
fundamentalis lainnya; butakah mereka, bahwa banyak juga orang keturunan
etnis Cina, yang patriotik, bahkan lebih patriotik dari orang-orang yang
dianggap "orang Indonesia asli". Adakah yang masih meragukan integritas
pribadi-pribadi semacam Kwik Kian Gie, Arief Budiman, Alm. Siauw Giok Thjan
(pendiri Universitas Trisakti), Alm. Oei Tjoe Tat (menteri negara Presidium
Kabinet Kerja), Henry Kuok (wakil PRD di KPU), dan lain-lain.

        Kalau benar asumsi yang mengatakan, dengan menjadi tentara seseorang
akan dinilai memiliki jiwa patriotisme, sudah banyak sebenarnya warga etnis
Cina yang mengabdi sebagai tentara. Tapi memang karir mereka sering
terhambat. Sehubungan adanya kebijakan diskriminatif terhadap mereka. Mereka
biasanya ditempatkan di bagian kesehatan, bukan pada bagian tempur.

        Beda halnya dengan masa lalu, ketika kecabangan tempur juga menerima
perwira-perwira dari etnis Cina, sampai sekitar tahun 60-an. Akademi Militer
Hindia Belanda (1940-1942) di Bandung misalnya, ada beberapa tarunanya
merupakan warga Cina, yaitu Liem King Ien, Liem Kay Hoen dan Tjhwa Siong Pik.

        Kemudian di era Kemerdekaan, ada beberapa perwira warga Cina yang
lulus dari Akademi Militer (Akmil), Magelang, dan Akademi Militer Jurusan
Teknik (Akmil Jurtek) di Bandung. Dari data yang ada, tahun 1967 merupakan
tahun terakhir Akmil meluluskan warga Cina. Setelah itu, tak ada lagi warga
Cina yang bisa masuk Akmil. Ini sehubungan dengan peristiwa G30S, yang oleh
Orde Baru peristiwa G30S itu didukung oleh RRC. Padahal apa hubungan warga
keturunan Cina di sini, dengan RRC. Itu hanyalah dalih Orde Baru, untuk
membatasi ruang gerak orang Cina.

Berikut adalah daftar orang Cina, yang lulus dari Akmil:

Lulusan tahun 1960
1. Eddy Oey Hok Kiem (Zeni)

Lulusan tahun 1962
1. Liem Pit Lok alias Pitojo (Kavaleri)

Lulusan tahun 1965
1. Him TJ alias Teddy Jusuf (Infanteri)
2. Tan At alias Djunaedi (Infanteri)
3. Go HA alias Gunawan (Infanteri)
4. RE Robby Thio (Infanteri)
5. Lie Pik Djien alias Setiadi (Infanteri)
6. Kwee KH alias Kusuma Hidajat (Armed)
7. Lie CH alias Daniel Sofjan (Angkutan)
8. Yap KG alias Agung Sidharta (Intendans)

Lulusan tahun 1966
1. Kouw Lan Ong alias Alan Herlana (Infanteri)
2. Liem Tjhioe Hoen (Infanteri)
3. Han Tjin Houw (Arhanud) ***

_______________
TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI,
dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan
ketentaraan para perwiranya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya
agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama.


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke