Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 47/II/26 Desember 1999 - 1 Januari 2000 ------------------------------ PULAU BURU (LUGAS): Lagu lama itu ternyata belum usai. Pertikaian berkepanjangan antara kelompok masyarakat Muslim dan Kristen di Maluku, bukannya makin mereda, kini malah melebar sampai ke Pulau Buru. Hingga Kamis lalu (23/12) di tempat sastrawan Pramoedya Ananta Toer menyelesaikan tetralogi-nya itu, tercatat 200 rumah telah ludes terbakar dan 23 orang tewas (berita lain menyebut angka 49 orang tewas). Pertikaian yang bermula dari sebuah pabrik penggergajian kayu itu, pada akhirnya membuat ketakutan sebagian besar penduduk. Sebagian mengungsi ke pulau-pulau sekitar. Sebagian lagi, menginap di kantor polisi setempat. Peristiwa ini, kembali menambah deretan jumlah korban pertikaian kelompok Muslim dan Kristen di Kepulauan Maluku sepanjang tahun ini yang diperkirakan telah mencapai angka 700 orang tewas. Bagi mereka yang menganggap peristiwa pertikaian antar agama di Maluku sama sekali lepas dari rekayasa politik, barangkali akan menganggap peristiwa semacam ini adalah persoalan sentimen agama semata. Sehingga sulit diperkirakan kejadiannya dan sulit diantisipasi. Namun, mereka yang percaya adanya setting politik dari pusat sudah memperkirakan munculnya kembali persoalan ini dalam waktu dekat. Data-data mutakhir menunjukkan, apa yang terjadi di Maluku digerakkan oleh orang-orang dari Jakarta. Peneliti LIPI Tamrin Amal Tomagola yang asal Ambon pun tak ragu menyebut kelompok Cendana di balik kerusuhan di Maluku. Gus Dur sendiri sudah memperingatkan bakal adanya kerusuhan pada sekitar Natal, Tahun Baru dan Lebaran yang kebetulan jarak waktunya berdekatan. Pada momen-momen seperti ini, sentimen agama dengan mudah dapat dipicu. Hal ini sebetulnya, sudah terlihat gejalanya beberapa hari belakangan. Misalnya, peristiwa pembakaran Wisma Doulos di Cipayung serta ancaman pembakaran tempat hiburan yang beroperasi di bulan puasa -bila ada yang nekat buka misalnya, dengan mudah isu ini digeser sebagai prilaku orang-orang non-Muslim. Bila hendak menghentikan teror-teror seperti ini, kiranya pemerintah tak bisa lagi mendiamkan biang-biang kekacauan ini. Paling tidak, identitas mereka harus dibuka. Biar semua masyarakat tahu. Bagaimanapun penting untuk mengukur seberapa besar kekuatan musuh. Dengan begitu pula, pemerintah tak akan berjalan sendiri dalam menyelesaikan persoalan ini. Sebab, masyarakat yang selama ini 'dikerjai' tentu akan sadar bahkan bisa ikut membantu menyelesaikan persoalan . Kalau tak mau begitu, ya langsung tangkap dong pelakunya. (*) --------------------------------------------- Berlangganan mailing list XPOS secara teratur Kirimkan alamat e-mail Anda Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html