Precedence: bulk GUS DUR PERLU MEREKRUT PERWIRA ZIPALHUB JAKARTA, (TNI Watch!, 19/1/2000). Militer merencanakan kudeta. Begitulah isu yang kini santer beredar, yang menjadi perbincangan hangat di kalangan penikmat politik tanah air. Ibarat bunyi pepatah, tak ada asap tak ada api. Isu kudeta muncul, tentu ada asal-usulnya. Situasi politik di tanah air berkembang demikian rumit. Ketika Gus Dur terpilih sebagai Presiden tempo hari, masyarakat berharap, situasi mereda, dan berangsur-angsur normal. Namun sayang harapan itu masih tertunda, entah sampai kapan. Sebagaimana dikatakan Cak Nur (Nurcholish Majid) dalam acara Halal bi Halal KIPP semalam (17/1), dengan kepemimpinan Gus Dur, kita dibawa dalam tahap demokratis, namun masyarakat kita belum terbiasa bersikap demokratis. "Dalam menyelesaikan masalah, masyarakat kita lebih mengandalkan otot ketimbang akal," demikian Cak Nur. Pilihan memakai "otot" itulah, artinya dengan kekerasan, yang tampaknya akan dipilih (salah satu faksi dalam) militer, untuk memaksakan kehendaknya. Kepemimpinan Gus Dus memang sedang dilanda badai. Tak salah bila Cak Nur selaku "Bapak Rohani Bangsa" mengingatkan, agar kita mempertahankan duet Gus Dur - Mbak Mega. "Mengganti Pemerintahan Gus Dur, bisa menyenangkan, tapi akan meninggalkan benih konflik yang tiada habisnya," tambah Cak Nur. Merujuk ucapan Cak Nur tersebut, maka ada baiknya perlu dikeluarkan himbauan kepada (faksi) militer yang akan mengkudeta Gus Dur, untuk membatalkan "impiannya" itu. Karena kudeta adalah pilihan yang tidak populer. Yang justru akan menghancurkan kredibilitas TNI secara keseluruhan, bukan sebatas (faksi) militer yang melakukan gerakan. Untuk menghindari kemungkinan terburuk, maka Gus Dur perlu melakukan tindakan pengamanan. Salah satu tindakan pengamanan telah dilakukan Gus Dur, yaitu menggusur "orang-orang Wiranto", yang diduga kuat merupakan faksi yang akan melakukan kudeta. Kini Gus Dur sedang berpikir keras mencari-cari dalih, bagaimana agar jabatan Pangkostrad, bisa dialihkan dari Letjen Djadja Suparman ke Letjen TNI Agus Wijoyo (Kaster TNI). Mengingat demikian pentingnya posisi Pangkostrad. Sementara kita tahu, Djadja adalah andalan Kelompok Wiranto. Selain pengamanan yang bersifat politis atau makro, seperti menggusur "Kelompok Wiranto", Gus Dur juga perlu mengambil langkah pengamanan bagi dirinya (mikro). Karena kalau keamanan pribadi (mikro) Gus Dur rawan, hal itu akan berdampak kuat pada kondisi makro. Langkah pertama adalah membenahi anggota militer di sekitar dirinya, seperti Ajudan, anggota Kawal Pribadi dan anggota-anggota Paspampres. Gus Dur harus waspada tentang kemungkinan penyusupan "Orang-Orang Wiranto", dalam personel pengawalan di seputar dirinya. Disarankan untuk anggota Paspampres, agar lebih banyak merekrut anggota dari Korps Zipalhub (Zeni, Peralatan, Perhubungan), seraya mengurangi anggota yang berasal dari Korps Infanteri. Rekrutmen anggota Zipalhub ini sebagai upaya mengantisipasi kegiatan penyadapan dalam setiap ucapan dan kegiatan Gus Dur. Selaku Presiden dan pribadi, tentu Gus Dur sering berhubungan dengan berbagai kalangan, terutama dengan orang-orang kepercayaannya. Dan ini rawan penyadapan. Alat komunikasi (penyadapan) kini demikian canggih, yang bisa dipasang pada posisi yang tidak kasat mata, seperti di tembok istana, toilet, mobil, baju, bahkan mungkin kopiah Gus Dur. Jadi tidak sebatas penyadapan pada pesawat telepon. Anggota-anggota dari Korps Perhubungan, sangat terlatih dengan teknologi elektronika semacam itu, hingga perlu diprioritaskan untuk menjadi anggota Paspampres. Demikian pula dengan dua korps lain, yang tugasnya banyak berhubungan dengan teknik, yaitu Korps Zeni dan Korps Peralatan. Sedang anggota Paspampres dari Korps Infanteri bisa digeser penugasannya, yaitu untuk tugas-tugas teritorial, seperti mengatasi daerah konflik di Maluku dan tempat-tempat potensi konflik lainnya. Beberapa nama perwira dari Zipalhub berikut ini, tentunya bisa dipertimbangkan untuk masuk jajaran pimpinan Paspampres. Antara lain adalah Kol CZI J Surjo Prabowo, Kol CHB Thelda Ilyas (mantan Kepala Perhubungan Kostrad), Letkol CZI Budiman Usman (mantan Komandan Zeni Kopassus, lulusan terbaik Akmil 1978), Kol CZI Ali Fathan (mantan Danrem Manado), dan Kol CZI Ngadimin (Kepala Zeni Kodam Jaya). *** _______________ TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html