Precedence: bulk


PENYIKSAAN OLEH MILITER DI KASUS MARSINAH (1)

        SURABAYA, (TNI Watch!, 18/2/2000). Kasus pembunuhan aktifis buruh di
Surabaya, Mei 1993, dibuka lagi oleh Markas Besar Polri. Marsinah, diduga
keras dibunuh di Markas Kodim Surabaya, Jawa Timur, oleh aparat militer.
Mayatnya dibuang di Nganjuk, Jawa Timur. Kemudian, aparat Kodam V/Brawijaya
dan Polda Jawa Timur mencari kambing hitam dengan memfitnah sejumlah orang,
yakni pemilik PT CPS, Judi Susanto, tempat Masrinah bekerja, dan delapan
orang bawahannya, salah seorang di antaranya perempuan yang tengah hamil.
Mereka ditangkap, tepatnya diculik, oleh aparat Detasemen Intelijen Kodam
V/Brawijaya pada 30 Oktober hingga 1 November 1993 dan baru diserahkan ke
Polda 19 hari kemudian. Mereka mengalami penyiksaan fisik dan psikis di
Markas Den Intel Kodam V/Brawijaya. Mahkamah Agung akhirnya membebaskan para
terdakwa "rekayasa" Kodam V/Brawijaya itu.

        Jika kasus Marsinah dibuka lagi, seharusnya tidak hanya kasus
pembunuhan Marsinah saja yang dibongkar, namun juga penculikan dan
penyiksaan secara sewenang-wenang aparat Kodam V/Brawijaya, terhadap Judi
Susanto dan kawan-kawan yang diungkap kembali. Berikut akan dikisahkan
kembali kisah penyiksaan itu yang disarikan dari buku: "Kekerasan Penyidikan
dalam Kasus Marsinah", YLBHI, 1995, sekedar mengingatkan kembali bahwa
kejahatan ini juga harus disidangkan di Mahkamah Militer.

        Judi Susanto dan kawan-kawan ditangkap antara 30 Oktober 1993 hingga
1 November 1993. Di Markas Den Intel, mereka diperintahkan membuka seluruh
pakaian, kecuali celana dalam dan dipotret dengan memegangi papan tulis
dengan nama masing-masing. Aparat Den Intel memaksa mereka mengakui
melakukan konspirasi membunuh Marsinah dengan berbagai siksaan. 
 
JUDI SUSANTO
        Ia yang pertama kali dinterogasi dan disiksa. Kepalanya dipukuli
agen-agen Inteldam dari belakang. Para petugas memaksanya membuka mulut dan
meludah di mulutnya dan memaksa Judi menelannya. Ini dilakukan berkali-kali.
Judi yang memang tidak pernah memerintahkan pembunuhan Marsinah dipaksa
membuka celana dalamnya, dan para petugas menyetrum kelaminnya hingga ia
berteriak-teriak kesakitan. Lalu, para petugas itu menyumpal mulut Judi
dengan celana dalamnya sendiri agar tidak berteriak ketika penyetruman
kelamin berlangsung.

        Judi yang tak tahan pukulan dan setruman akhirnya muntah-muntah. Sialnya,
para petugas memaksanya kembali memakan muntahannya sendiri. Para petugas
dari Polda Jatim berinisial SLM dan RH memukul Judi berkali-kali, ia
merasakan punggungnya seperti patah. Mukanya juga dipukuli dua polisi itu
hingga bengkak. 

        Setiap kali tak bisa memenuhi keinginan petugas, Judi selalu kena setrum.
Ia kena strum dan dipukul lagi ketika tak bisa menjawab cara pembunuhan
Marsinah. Malam hari, Judi sering dibawa ke luar, ditelanjangi dan disuruh
berguling-guling dan makan rumput. Ia juga sering diminta merangkak dan
menjilati lantai sambil sesekali dipukul dan ditendang. Suatu malam, para
petugas memaksa Judi mengakui telah memperkosa Marsinah (dari pemeriksaan
forensik, di kemaluan Marsinah didapati sisa sperma). Judi menolak, namun
mulutnya malah disumpal dengan lap bekas kompor berbau minyak tanah. Karena
tak tahan ia muntah. Para petugas memaksa Judi mencuci mukanya dengan
muntahannya sendiri. Tak tahan Judi pingsan.

        Judi mengalami penyiksaan yang menyakitkan pada 5 Oktober 1993. Tengah
malam, dua petugas berpakaian loreng menginterogasinya tentang cara membunuh
Marsinah. Ia tak bisa menjawab, karena memang tak melakukannya. Para petugas
marah dan membakar bulu kemaluannya. Ia berteriak kesakitan, para petugas
tak peduli. Lalu ia disuruh tiarap, tubuhnya diselimuti koran dan para
petugas itu membakar koran itu. Dua orang yang menyiksa Judi, dikenali
sebagai Letda FTH dan Sertu SYN.

        Suatu malam, Judi Susanto dibawa keluar sel. Di sebuah ruangan lain, sudah
menunggu Karyono Wongso, bawahannya yang juga diculik. Mereka berdua disuruh
berkelahi. Kalau pukulan Judi atau Karyono tidak kuat, para petugas
seolah-olah mengajari dan memberi contoh yang benar dengan cara memukul Judi
atau Karyono keras-keras hingga mereka sempoyongan. Sambil bertinju Judi
dipaksa menjawab motifasi pembunuhan Marsinah. Karena tidak bisa menjawab ia
ditendang mukanya. (Bersambung)

_______________
TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI,
dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan
ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya
agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama.


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke