Precedence: bulk


ABAIKAN SAJA PETUAH JENDERAL BESAR AH NASUTION

        JAKARTA, (TNI Watch! 22/2/2000). Polemik yang terjadi antara
Jenderal TNI Wiranto dan Mayjen TNI Agus Wirahadikusumah, telah mengundang
komentar banyak pihak, salah satunya adalah Jenderal Besar AH Nasution. Saat
memberi sambutan pada Musyawarah Nasional Partai IPKI ke 7, hari Jumat
(17/2) yang lalu, antara lain mengatakan, perbedaan pendapat secara terbuka
antara sesama warga TNI, seharusnya hanya dapat dibicarakan secara internal.
Lebih lanjut menurut Nasution, kode etik militer jangan diterobos oleh
cara-cara yang menyalahi kepatutan prajurit.

        Apa yang diamanatkan Nasution tersebut kurang mendukung
demokratisasi. Penyelenggaraan demokratisasi juga harus diadakan di kalangan
militer, sesuai dengan aspirasi masyarakat dan semangat jaman. Apa yang
dilakukan Mayjen Agus WK tersebut, adalah upaya pencapaian gagasan yang
cerdas. Karena gagasan yang cerdas jarang sekali muncul dari kalangan
militer, terlebih dari unsur Angkatan Darat. Kalau ucapan Agus WK dianggap
sebagai pembangkangan, merupakan anggapan yang berlebihan.

        Dalam hal menghormati sesepuh TNI, kita perlu bersikap proporsional
juga. Dengan kata lain, kita tetap hormat, namun jangan mengurangi sikap
kritis. Seperti terhadap Pak Nas (panggilan sehari-hari Jenderal AH
Nasution), Pak Nas tetap kita tempatkan pada posisi terhormat sebagai
sesepuh dan pendiri TNI (Angkatan Darat). Namun bila pendapatnya sudah tidak
relevan lagi dengan semangat jaman, kita pun (termasuk kalangan TNI) harus
berani menolaknya.

        Mengingat kondisi fisik Pak Nas yang sudah tidak lagi prima, itu
merupakan petunjuk bagi penyelenggara seminar, sarasehan, atau kegiatan
sejenisnya, yang berniat mengundang Pak Nas sebagai panelis, untuk tidak
terlalu memaksakan menghadirkan Pak Nas sebagai pembicara. Karena fisik yang
kurang prima, tampaknya berpengaruh pada daya pikirnya. Pemikiran Pak Nas
tidak secemerlang sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, saat kondisi
fisiknya masih bugar.

        Dengan tidak mengundang Pak Nas, bukan berarti kita kurang hormat
pada beliau, justru sebaliknya. Dengan tidak mengundang Pak Nas, berarti
pihak pengundang memiliki pemahaman yang dalam atas kondisi kesehatan Pak
Nas. Sebagaimana disebut di atas, kondisi fisik berpengaruh pada daya pikir
Pak Nas, maka seandainya Pak Nas "dipaksakan" hadir, juga percuma, karena
pendapat yang keluar cuma itu-itu saja. Tidak ada sesuatu yang baru dari Pak
Nas. Yang dikhawatirkan, bila amanat Pak Nas hanya membuat jenuh pendengarnya.

        Mencermati kondisi Pak Nas sekarang, jangan diharapkan akan muncul
konsep cemerlang dari Pak Nas, sebagaimana yang pernah ia lontarkan pada
tahun 1950-an, seperti konsep "Jalan Tengah" dan konsep "Sistem Hankamrata".
Singkatnya, telah terjadi involusi pemikiran pada diri Pak Nas. Maka abaikan
saja segala petuah Pak Nas. Entah kalau ada keajaiban, di mana Pak Nas
tiba-tiba memperoleh inspirasi pemikiran yang dahsyat, entah dari mana
datangnya. Namun kemungkinan itu kecil sekali. 

        Terlepas ada konsep Pak Nas yang kemudian hari justru "mencelakakan"
kehidupan bangsa, namun Pak Nas di tahun 1950-an, adalah seorang perwira
yang brilyan. Mungkin sama dengan Letjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono atau
Mayjen TNI Agus Wirahadikusumah di masa kini. Contoh pemikiran Pak Nas yang
justru mencelakakan bangsa adalah konsep "Jalan Tengah", yang merupakan
embrio bagi Doktrin Dwifungsi ABRI.

        Apa yang terjadi pada Pak Nas tersebut, bisa kita jadikan refleksi,
bahwa yang namanya militer, terlebih militer Angkatan 45, memiliki
keterbatasan juga. Generasi sekarang mulai terbuka matanya, bahwa militer
Angkatan 45, tidak usah terlalu dikagumi. Bila Angkatan 45 selalu
bersikeras, agar Angkatan 45 harus dikagumi generasi berikutnya, itu perkara
lain. Kagum tidaknya generasi sekarang pada Angkatan 45, sepenuhnya
berpulang pada generasi sekarang. ***

_______________
TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI,
dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan
ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang
dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya
agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama.


----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke