Precedence: bulk


Redaksi Yth.,

Ada sesuatu yang sangat mengganggu dalam pembahasan tentang pemerkosaan
dalam taksi yang disiarkan Jakarta News FM 97.4, hari Minggu, 30 Januari
2000 menjelang pk. 19:00. Dalam siaran itu, seorang penyiar perempuan
mengatakan bahwa pemerkosa taksi yang kejadiannya baru berlalu beberapa hari
sebelumnya padahal sudah mempunyai 5 orang anak. Rekannya, penyiar laki-laki
yang bernama Dono menanyakan apakah di antara lima anak itu ada yang
perempuan, dan ternyata penyiar perempuannya tidak mengetahui apa ada di
antara anak pemerkosa itu ada yang perempuan. Lalu, penyiar Dono mengatakan
bahwa pasti dia punya istri, tapi kalau ada anaknya yang perempuan,
seharusnya dia berpikir untuk tidak melakukan pemerkosaan.

    Namun, setelah itu, ada pernyataan dari penyiar Dono yang saya anggap
aneh. Katanya, "kalau istri yang diperkosa, tinggal diceraikan. Tapi kalau
anak gimana, masa mau tidak diakui anaknya itu?!"

    Saya kurang mengerti logika berpikir dari penyiar itu. Apakah pantas
seorang menceraikan istrinya yang menjadi korban pemerkosaan? Sudah jadi
korban kekerasan pemerkosaan, lantas diceraikan oleh suami? Apa sebenarnya
dasar pemikiran Sdr. Dono ini? Jika belum disadari olehnya, sebenarnya jalan
pikiran yang demikian melecehkan perempuan. Pemikiran bahwa laki-laki bisa
berbuat seenaknya saja terhadap perempuan seringkali merupakan jalan pikiran
pemerkosa. Anehnya, rekan penyiar perempuan dalam siaran itu tidak
mempertanyakan hal ini.

    Saya harap para penyiar radio dan perusahaan penyiaran turut
berperanserta membentuk opini publik yang sehat dalam menghargai perempuan,
dan bukan malah melecehkan dan meremehkan perempuan. Surat ini sekaligus
merupakan protes keras terhadap penyiar Dono dan radio Jakarta News FM 97.4.

Hormat saya,

Amir Sidharta
Jakarta Selatan

Catatan Redaksi:

Mas Nor Pud, bagaimana ini? Rekan penyiar Jakarta News FM kok masih Gender
Biased?

Redaksi

----------
SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke