Waduh, kalau SHTT dinamai SH Panti saya kurang paham itu Mas. Maklum
dulu just belajar silat saja jurus (kata), sambung (kumite), dan sedikit
latihan fisik, tak lebih dari itu. Jadi terus terang agak blank kalau
ditanya sanad nya (sejarahnya ..........).

Memang SHTT dua2nya saya lihat kurang terkenal dan tidak berkembang
............ Hanya di lokal satu desa saja ..............

Saya lihat kalau saya mudik lebaran papan nama perguruan SHTT yang
pernah saya ikut masih ada, dan murid2 nya masih ada yang latihan. Tapi
SHTT yang satunya lagi kayaknya sudah tinggal kenangan alias sudah
almarhum .......... Karena para pengikutnya tidak ada mau meneruskan
(mengembangken) .........

Salam

________________________________

From: silatindonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Susanto -
Sent: Thursday, April 26, 2007 7:47 PM
To: silatindonesia@yahoogroups.com
Subject: RE: [silatindonesia] konflik SHT dan SHW

Nah, ada juga pendekar madiun yg ikut milis. Yang lain
nongollah, jangan cuma intip-intip. Maksudnya kasih
komentar gitu.
Mas Eko,
Waktu saya tinggal di madiun kok saya tidak pernah
denger SHTT. Apakah itu yang dinamai SH Panti ?

Masukan saya untuk rekan-rekan di Madiun :
1. Marilah membuka diri. Bahasanya TUKUL "Open your
mind ". Jangan cuma jadi jago kandang. Kalau orang tua
dulu bilang " Njajah Desa Milang Kori ". Banyak orang
hebat di luar Madiun.

2. Ilmu itu titipan. Nanti akan ditanya untuk apa
digunakan. Mohon disadari.

3. Tidak ada ilmu yang paling ampuh. Semuanya itu "
Man Behind The Gun ".

Ini bukan menggurui lho... karena saya cuma tukang
becak di Jakarta ini. :)

sunggeng dalu, warungnya mau tutup.

--- "Eko Drajat, Nugroho (Tripatra)"
<[EMAIL PROTECTED] <mailto:ekodrajat.nugroho%40se1.bp.com> >
wrote:

> Sebagai Putra asli kelahiran Madiun saya memang
> menjadi saksi hidup
> konflik SHT - SHW era 80-an ~ 90-an.
> 
> Sebenarnya selain SH sendiri yang kemudian terpecah
> menjadi SHT dan SHW
> masih ada lagi SHTT (Setia Hati Tuhu Tekad) dimana
> saya pernah menekun
> perguruan ini sekira 3 - 4 tahunan. SHTT sendiri
> juga ada 2 perguruan
> yang menggunakan nama ini dengan singkatan yang sama
> tapi beda lambang.
> Jurus dan kembangannya juga beda.
> 
> Era 80-an konflik belum begitu banyak dan meresahkan
> seperti sekarang.
> Kalau boleh saya katakan kalaupun ada masih
> perkelahian satu lawan satu,
> ataupun kalau ada keroyokan ya masih tangan kosong,
> dan korban pun masih
> taraf luka ringan dan berat. Era 90-an sudah
> meningkat menjadi
> menggunakan senjata tajam dan ada korban meninggal.
> Setelah saya
> merantau ke Jakarta awal2 90-an sampai sekarang saya
> masih monitor
> kondisi kampung halaman.
> 
> Di kampung saya (Wilayah Madiun Selatan) masih
> dominan SHT. Dan sudah
> tidak aneh tetangga sebelah yang anaknya kebetulan
> Warga SHT pada suatu
> malam dilewati konvoi motor sambil mengirim artileri
> batu yang menghajar
> kaca jendela dan genteng sudah hal biasa. Anak2 SHT
> biasa dengan
> kebanggaan dengan Ikon "Waru Gebyar" biasa ada baju,
> sepatu atau sticker
> yang nempel di motor, kalau SHW ikon nya STK
> (sedulur tunggal kecer).
> Adalah hal biasa juga kalau motor yang ada sticker
> salah satu dari
> keduanya yang diparkir di mall atau di sekolah tiba2
> kaca lampu pecah
> atau baret karena dirusak oleh pihak lawan.
> 
> Makanya belum pernah dalam sejarahnya ada Kejuaraan
> daerah Pencak Silat
> di madiun bisa sukses tanpa tawuran ............
> 
> Kalau dari kualitas dan kuantitas SHT sudah go
> nasional bahkan go
> international. SHW mungkin hanya di lokal Madiun
> saja.

Kirim email ke