Salam, Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan..

-Apapun bentuknya setiap orang pribumi yang menentang pemerintah kolonial 
Belanda saat itu dianggap sebagai pembuat keonaran (onsluten), pemberontakan 
(ongergeldheden), komplotan kriminil (criminal complot), kekacauan (woelingen), 
dan ketidakamanan (onrust). 

-Tidak pada masa kini saja media mempunyai andil besar dalam pembentukan opini 
masyarakat, pada masa itu antara Harian berbahasa Belanda Locomotiv dan Harian 
bahasa Melayu Hindia Olanda memiliki peranan dalam hal itu. Yang satu sebagai 
kepanjangan tangan kolonial, satunya lagi berada dilema antara masyarakat 
pribumi dan pemerintah.

Namun masyarakat natif yang lugu lebih tahu dimana harus memposisikan 
"kelompok" Pitung ini, sekalipun dalam 16 bulan petualangannya, hanya 6 bulan 
Si Pitung menyebarkan hasil rampokannya kepada masyarakat. Selebihnya terjadi 
perpecahan. Hal yang hampir sama dialami oleh kelompok Jhony Indo, cuma Jhony 
Indo terdiri dari 12 orang (lihat wawancara Kick Andy beberapa bulan lalu).

-Sampai pada dekade awal 70an dimana masyarakat natif ibu kota "terasa" 
dipinggirkan/tidak diperhatikan oleh pemerintah, hingga akhirnya tidak 
mendukung partai pemerintah dalam pemilu masa itu. Pemerintah menyadari akan 
pentingnya hal ini, lantas mengambil hati masyarakat. Salah satunya adalah 
dengan mengangkat folklore masyarakat natif yang bertema hiperbolisme epik 
(Pitung, Jampang dll) untuk dijadikan jargon tokoh heroik masyarakat. Diusung 
dalam panggung2 keliling (lenong, topeng).

"Katakan yang benar walau pahit"...tinggal bagaimana kita (khususnya sejarawan) 
menyampaikannya kepada masyarakat agar melibatkan IQ ketimbang EQ dalam 
mengahadapi realita sejarah yang ada.

Sejatinya masyarakat Betawi lebih memiliki tokoh yang apabila dilihat dari 
semangat jihad fisabilillah lebih jelas dan tidak absurd unsur kesejarahannya 
seperti H.Entong gendut, Sabeni, Imam Syafei (Anak Betawi yang jadi Menteri), 
KH Nur Ali si Belut Putih/Singa Krawang Bekasi....masih banyak lagi deh.

Salam...

NB. ini hanya buah pikir dari seorang Anak Betawi...tidak ada maksud 
    lain.



----------Pemerintah (orde baru) harus bertanggung jawab------------
--- In silatindonesia@yahoogroups.com, O'ong Maryono <oon...@...> wrote:
>
> Mas Eko menurut 
> Menurut Political Inligtening Dienst (PID) seperti FBI dan CIA nya Belanda 
> waktu di Nederland Indie, menyatakan bahwa si Pitung itu kriminal bukan 
> kegiatan politic.  
> Pergerakan politic itu merupakan kegiatan anti penjajahan dan memiliki 
> organisatie:Contoh seperti yang pernah di bubarkan gerakan PO (Pentjak 
> Oelama) dan Bp.Soedjai nya ditangkap oleh PID contoh lainnya Pencak Silat 
> Setia Hati yang dipimpin oleh Iyang Munandar. Yang ahirnya menangkap Iyang 
> Munandar dan menutup Setia Hati  
> 
> --- On Mon, 6/8/09, Ekohadi <h...@...> wrote:
> 
> 
> From: Ekohadi <h...@...>
> Subject: Re: [silatindonesia] Re: Jawara rawabelong yang ngetop di Marunda
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Date: Monday, June 8, 2009, 1:30 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Alangkah baiknya...kalau melalui milis ini/komunitas/ sahabat silat, bisa 
> dilakukan penelusuran secara objektif atas Sejarah dan Keberadaan Situs 
> peninggalan Si Pitung dan kalau memang bisa dibuktikan secara akademis dan 
> ilmiah, bahwa makam tersebut adalah Makam Si Pitung, adalah sumbangan yang 
> bagus atas Sejarah DKI/Betawi.. ...Setuju Bang gusman, memang perlu dilakukan 
> kembali napak tilas dan penempatan pada rel sejarah yang benar tentang Si 
> Pitung.
> 
> Tetap Semangat
> Eko Hadi Sulistia
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: gusman_mi6 
> To: silatindonesia@ yahoogroups. com 
> Sent: Monday, June 08, 2009 12:37 PM
> Subject: [silatindonesia] Re: Jawara rawabelong yang ngetop di Marunda
> 
> Tepatnya depan sebelah kanan gedung Telkom Kemandoran (Palmerah) masuknya ke 
> Sukabumi Ilir kali, makam kagak keurus berukuran 50x100cm, ditandai dengan 
> peluran semen berantakan disekelilingnya. Makam dinaungi sekumpulan pohon 
> bambu tua yang amat rimbun hampir menutupi 1/4 muka kantor Telkom. Sejatinya 
> Telkom ingin mengembangkan kantornya, namun hal itu urung demi menghormati 
> masyarakat Rawa Belong yang masih sering menziarahi, terutama pada awal puasa 
> dan lebaran. Pihak Telkom memagari makam secara khusus terpisah dari kantor.
> 
> Pantai merupakan tempat strategis untuk para pelarian orang incaran Belanda 
> pada masa itu, termasuk Marunda. Begitupun daerah pegunungan.. .
> 
> Ada ungkapan, sejarah adalah milik yang menang (yang berkuasa/pemerintah ), 
> selayaknya Jagoan Rawa Belong kembali ke kampung halamannya, bukan di 
> Marunda. Penetapan Rumah H.Sapiuddin yang dianggap sebagai rumah Si Pitung 
> adalah hasil "keterpelesetan" pemerintah pada masa orde baru dalam merangkai 
> sejarah "tokoh hero" Betawi, sebagai penduduk natif ibu kota yang kala itu 
> terpinggirkan.
> 
> Salam,
> 
> --- In silatindonesia@ yahoogroups. com, "Ekohadi" <hadi@> wrote:
> >
> > Kalau ngak salah denger, dibawah menara Telkom Palmerah (pernah ditulis di 
> > Kompas, cuma lupa penulis dan edisi berapa)...gman Mas Oong
> > 
> > Tetap Semangat
> > 
> > Eko Hadi Sulistia
> > 
> > ----- Original Message ----- 
> > From: yanweka 
> > To: silatindonesia@ yahoogroups. com 
> > Sent: Monday, June 08, 2009 11:03 AM
> > Subject: Re: [silatindonesia] Jawara rawabelong yang ngetop di Marunda
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Artikel yang ckp bagus, mengenai makamnya pitung itu katanya di daerah 
> > palmerah kira2 dimana tuh, apakah sama dengan yang di Cingkrik Goning. 
> > 
> > Salam
> > 
> > ----- Original Message ----- 
> > From: Ian Samsudin 
> > To: silatindonesia@ yahoogroups. com 
> > Sent: Monday, June 08, 2009 10:58 AM
> > Subject: [silatindonesia] Jawara rawabelong yang ngetop di Marunda
> > 
> > Sahabat silat :)
> > 
> > berikut ada tulisan yang diambil dari kompas.com yaitu :
> > http://www.kompas. com/readkotatua/ xml/2009/ 06/06/15062886/ Jawara.Rawa. 
> > Belong.yang. Beken.di. Marunda
> > 
> > 
> > Sabtu, 6 Juni 2009 | 15:06 WIB
> > 
> > 
> > BEBERAPA waktu lalu Pemprov DKI Jakarta menyatakan akan membangun Kawasan 
> > Ekonomi Khusus (KEK) di Marunda, Jakarta Utara. Pembangunan KEK dimaksudkan 
> > untuk meningkatkan Kawasan Berikat Nusantara (KBN). Tujuannya tak lain 
> > untuk memenuhi keperluan dalam negeri â€" selain juga untuk eskpor 
> > â€" dalam beberapa bidang seperti alat telekomunikasi dan elektronik. 
> > Pelabuhan Internasional Ali Sadikin pun akan segera dibangun untuk 
> > memudahkan bongkar muat.
> > 
> > Dari website KBN, kawasan Marunda adalah seluas 413,8 ha terletak di tepi 
> > pantai Utara Jakarta, sekitar 3 km dari Pelabuhan Tanjungpriuk, terdiri 
> > dari 118,0 ha berstatus berikat dan 287,2 ha berstatus non berikat, serta 
> > 8,6 ha berupa lahan Sarang Bango.
> > 
> > Menyebut Marunda, teringat kampung-kampung nelayan yang tersisa yaitu 
> > Kampung Marunda Pulo dan Marunda Besar, teringat pula rumah si Pitung. 
> > Mengingat rumah si Pitung tentu teringat pula kondisi rumah penduduk di 
> > sana, teringat kondisi kawasan secara keseluruhan â€" sebuah kawasan 
> > wisata sejarah yang bisa lebih ditingkatkan. Akses menuju kawasan ini pun 
> > masih terbilang rumit dan sulit.
> > 
> > Kisah â€Å"Robin Hood†Betawi ini saja, bisa jadi hal menarik 
> > tersendiri sebelum akhirnya orang penasaran untuk melihat bangunan yang 
> > diyakini sebagai rumah si Pitung di Marunda. Jawara Betawi ini hidup dari 
> > abad 19 dan punya ilmu yang tinggi yang membuat ia bisa menghilang. Si 
> > pitung juga digambarkan sebagai sosok yang tinggi besar. Tapi penuturan 
> > Tanu Trh dalam â€Å"Si Pitung, Jagoan yang Bisa Menghilang†
> > merontokkan gambaran itu.
> > 
> > Menurut Tanu, almarhumah ibunya pernah bercerita tentang Pitung bahwa 
> > perawakan sang jawara itu kecil dan tidak tinggi. Tampang si Pitung juga 
> > sama sekali tidak menarik perhatian orang, demikian pula sikapnya tak 
> > menunjukkan bahwa ia jagoan. Ciri khas yang betul adanya adalah sepasang 
> > cambang panjang dan tipis dengan ujung melingkar ke depan. Sang ibu bisa 
> > bercerita lantaran Pitung sering berkunjung ke rumah kakek dan nenek Tanu, 
> > tentu ketika si ibu masih belia.
> > 
> > Dalam tulisan yang diterbitkan Intisari itu Tanu juga mengutip ibunya yang 
> > melihat sendiri bagaimana Pitung â€Å"menghilang†saat Schout van 
> > Hinne (polisi Belanda yang ditugaskan menangkap Pitung) tiba-tiba 
> > mendatangi rumah kakek nenek Tanu. Meski sudah menggeledah hingga ke dapur 
> > dan ke seluruh penjuru rumah, Pitung tak ditemukan. Begitu Hinne pergi, 
> > Pitung muncul dari arah dapur dan pamit pulang.
> > 
> > Sementara itu Alwi Shahab, penulis buku Robin Hood Betawi mengatakan, salah 
> > satu ilmu kesaktian yang dipelajari Pitung disebut Rawa Rontek yaitu 
> > gabungan antara tarekat Islam dan jampi-jampi Betawi. Ilmu itulah, konon, 
> > yang membuat Pitung bisa menghilang atau tak terlihat oleh lawannya. Pitung 
> > akhirnya tewas oleh pelor panas kumpeni pada Oktober 1893. Bahkan bukan 
> > pelor biasa, konon Pitung tewas ditembak peluru emas van Hinne. Warga pun 
> > berkabung kehilangan jawara kelahiran Rawa Belong ini. Makamnya pun 
> > dirahasiakan oleh Belanda. Konon makam Bang Pitung ada di Pal Tujuh, 
> > Palmerah.
> > 
> > Di Marunda juga terdapat masjid tua Al Alam. Masjid ini juga sering 
> > dikaitkan dengan Pitung. Ada yang menyebut masjid itu sebagai tempat Pitung 
> > bermain, belajar agama, belajar sembunyi dari opas dan kumpeni tapi versi 
> > lain mengatakan, Pitung hanya singgah sebentar di masjid itu. Beberapa 
> > versi mencatat, Pitung pernah tinggal baik di Kampung Marunda Pulo maupun 
> > di masjid yang jadi markas pasukan Fatahillah dan dibangun pada 1527.
> > 
> > Adalah juragan Sero Haji Syafiuddin yang memelihara masjid di awal abad 20 
> > sehingga masjid itu tak berubah. Sekitar 250 m dari masjid terdapat rumah 
> > panggung yang dipercaya sebagai rumah Pitung atau setidaknya sang jawara 
> > pernah menginap di sana. Versi lain menyatakan rumah itu adalah rumah 
> > juragan H Syafiuddin yang pernah dirampok oleh Pitung. Apapun kisah versi 
> > lainnya, warga memilih percaya bahwa rumah panggung itu adalah rumah si 
> > Pitung.
> > 
> > Lantas apalagi yang bisa dilihat dan sejarah apalagi yang bisa diungkap 
> > soal Marunda, soal masjid Al Alam, juga tentang rumah panggung tadi, 
> > ditambah persoalan yang hingga kini masih melingkupi kawasan tersebut? 
> > Barangkali ajakan Komunitas Historia untuk merefleksi sejarah Jakarta di 
> > pesisir utara Jakarta, termasuk kawasan Marunda, bisa jadi alternatif 
> > liburan akhir pekan ini
> > WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke