sayang nya, di negara nya sendiri kurang ada dukungan dari pemerintah. menjadi 
PR bagi semua pecinta silat untuk "memasyarakatkan silat, dan mensilatkan 
masyarakat"

 Best Regard
Sigit Febrianto
+6285880797707




________________________________
From: Silatindonesia.com <silatindone...@yahoo.co.id>
To: silatindonesia@yahoogroups.com; Silatindonesia.com 
<silatindone...@yahoo.co.id>
Sent: Wednesday, August 19, 2009 12:01:04 PM
Subject: [silatindonesia] Berkelebat Menebar Silat

  
Berkelebat Menebar Silat
http://www.korantem po.com/korantemp o/koran/2009/ 08/16/Laporan_ Khusus/krn. 
20090816. 174015.id. html

Di negeri orang, mereka menebarkan bela diri tradisional Indonesia itu dengan 
kegigihannya sendiri.
Bertopeng kingkong, Yuli Purwanto, 47 tahun, tangkas memainkan beberapa jurus 
pencak silat di panggung. Gerakannya lincah. Kadang terlihat lentur meliuk, 
acap kali berkelebat cepat. Diiringi iringan kendang nan rancak, penampilan 
pria yang akrab dipanggil Ipung ini memang memikat. Di puncak aksinya, Ipung 
kemudian menyurukkan wajahnya ke selembar batik yang dihamparkan di panggung, 
topengnya dilepas, lalu tampillah wajah aslinya dengan kain batik yang 
dibikinnya menjadi udheng. 

Gerakan pencak silat Ipung itu bisa dinikmati pemirsa di mana pun lewat situs 
YouTube. Dari situs ini pula wawancara Ipung dalam bahasa Jepang dengan 
televisi pemerintah nasional Jepang, NHK, bisa diakses. Di tayangan ini Ipung 
menjawab segala hal soal silat. 

Jangan heran jika Ipung membicarakan silat dalam bahasa Jepang. Dia, bersama 
Soesilo Soedarmadji dari perguruan Perisai Diri dan Djaja dari Panglipur, 
adalah penyebar seni bela diri tradisional Indonesia itu di Jepang 13 tahun 
lalu. Ini tentu menjadi petualangan menarik bagi ketiganya. Maklum, negeri itu 
sudah punya tradisi bela diri sendiri yang berusia panjang, yakni karate, judo, 
kendo, aikido dan ju-jitsu. 

Tantangan lain adalah adanya persoalan bahasa dan budaya yang berbeda. Tapi 
ketiga pendekar itu tak putus asa, apalagi dukungan moril dari Ikatan Pencak 
Silat Indonesia cukup kuat. Ini masih ditambah adanya dukungan dana dari 
Bimantara pada tiga tahun pertama. "Setelah itu, bergantung pada iuran 
peserta," kata Ipung. 

Penyebaran pencak silat di Jepang dimulai dari masyarakat Indonesia, 
sekolah-sekolah Indonesia, dan karyawan Departemen Luar Negeri. Penyebaran ke 
khalayak banyak dan penggemar bela diri dilakukan dengan cara memperbanyak 
pergelaran. Pergelaran-pergelar an itu rupanya cukup ampuh. "Gerakan 
meliuk-liuk seperti tarian dalam kembangan diiringi musik tradisional Indonesia 
sangat menarik khalayak," kata Ipung. 

Untuk menarik praktisi bela diri, Ipung berduet dengan Soesilo menggelar 
pertunjukan di dojo (tempat latihan karate) dan pemusatan aikido serta bela 
diri setempat lainnya. Tak disangka, "Mereka welcome," kata Ipung. Mereka 
tertarik justru karena gerakan silat yang lentur sekaligus kaya tipuan dan 
kuncian. Ini berbeda dengan bela diri Jepang, yang berkarakter kaku-keras. 

Melihat perkembangan menarik itu, televisi lokal, yakni NHK dan Fuji TV, kerap 
menayangkan olahraga silat. Silat juga ditampilkan di festival rutin yang 
digelar di kelurahan-kelurahan dan di masa liburan pada Juli-Agustus. Silat pun 
sudah masuk agenda rutin festival setempat. Ipung kini memiliki dua asisten 
pelatih Jepang, selain asisten pelatih 

Indonesia. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ipung bekerja sebagai staf lokal Kedutaan 
Besar RI. Ia juga disokong istrinya, seorang perempuan Jepang. 

Tak hanya di Jepang, para pendekar pencak silat Indonesia juga merambah 
Thailand. Bahkan di Negeri Gajah Putih ini, perkembangannya lebih pesat. 
Bayangkan, di arena SEA GAMES 2007 di Thailand, para atlet pencak silat negara 
ini menyabet empat emas. Perolehan ini cuma beda tipis dari Indonesia, yang 
meraih lima emas. 

Pelatih nasional sekaligus penyebar pencak silat di Negeri Gajah Putih adalah 
O'ong Maryono, 56 tahun. Juara dunia silat dan taekwondo itu menyebarkan silat 
sejak sembilan tahun lalu. O'ong, yang juga belajar karate, judo, aikido, 
ju-jitsu, dan taekwondo, menyebarkan silat dengan mempertimbangkan budaya 
setempat. 

Di kawasan yang beragama Buddha, bekas pegawai pemerintah daerah Amsterdam itu 
menebarkan silat sebagai sport. Di daerah-daerah yang kuat memegang Islam, 
lelaki Bondowoso, Jawa Timur, ini menggunakan cara konvensional, yakni 
mengajarkannya sebagaimana perguruan atau pesantren-pesantren di Indonesia. 
O'ong juga memanfaatkan media massa. "Melalui situs dan televisi setempat," 
kata O'ong. 

Berbeda dengan di Jepang--silat banyak diikuti kalangan dewasa dan praktisi 
bela diri--di Thailand hampir semua kalangan menyukainya. Dari anak sekolah 
sampai pemain muay Thai atau Thai boxing, yang mengakar di kasta bawah, ikut 
menggemarinya. 

Kini O'ong, yang tak lagi melatih, mulai melihat rintisannya itu kian 
berkembang. Pencak silat sudah masuk ke sekolah-sekolah olahraga sebagai mata 
pelajaran wajib. Sedangkan di sekolah umum dan universitas, silat menjadi 
pelajaran ekstrakurikuler. Tak hanya itu, di seluruh provinsi kini sudah 
terbentuk klub pencak silat. Dalam event pekan olahraga nasional Thailand, 
silat pun menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan. 

Tangan dingin O'ong memang tak terbantahkan. Sebelumnya, ia menyebarkan silat 
di Eropa, Filipina, Brunei Darussalam, dan negara Indocina lainnya. Namun, di 
balik kisah suksesnya itu, O'ong masih memendam harapan bahwa pemerintah 
Indonesia mau memberikan perhatian pada aktivitas penyebaran pencak silat. 
Selama ini, "Nggak ada perhatian, (bahkan) nggak ada ucapan terima kasih," kata 
O'ong. ENDRI KURNIAWATI

[Non-text portions of this message have been removed]


   


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke