pak sudirman yan, artikelnya boleh dikutip ke silatindonesia.com ?
terima kasih 2010/2/19 O'ong Maryono <oon...@yahoo.com> > > > Dear sahabat silat > Terima kasih atas kiriman informasinya sangat bermanfaat tuk kita semuanya > > Ciao > > ________________________________ > From: Sudirman Yan <sudirman_...@yahoo.com <sudirman_yan%40yahoo.com>> > To: silatindonesia@yahoogroups.com <silatindonesia%40yahoogroups.com> > Sent: Fri, February 19, 2010 11:21:48 AM > Subject: [silatindonesia] Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat > Minangkabau. > > > > Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau. > Penerbit CV. Tropic Bukittinggi. pada tahun 1986. > PENDAHULUAN > Silat Minangkabau atau disingkat dengan Silat Minang pada prinsipnya > sebagai salah kenudayaan khas yang diwariskan oleh nenek moyang Minangkabau > sejak berada di bumi Minangkabau. > Bila dikaji dengan seksama isi Tambo Alam Minangkabau yang penuh berisikan > kiasan berupa pepatah,petitih ataupun mamang adat, ternyata Silat Minang > telah memiliki dan dikembangkan oleh salah seorang penasehat Sultan Sri > Maharaja Diraja yang bernama Datuk Suri Diraja ; dipanggilkan dengan > Ninik Datuk Suri Diraja oleh anak-cucu sekarang. > Sultan Sri Maharaja Diraja, seorang raja di Kerajaan Pahariyangan ( dialek: > Pariangan ) . sebuah negeri (baca: nagari) yang pertama dibangun di kaki > gunung Merapi bahagian Tenggara pad abad XII ( tahun 1119 M ). > Sedangkan Ninik Datuk Suri Diraja , seorang tua yang banyak dan dalam > ilmunya di berbagai bidang kehidupan sosial. Beliau dikatakan juga sebagai > seorang ahli filsafat dan negarawan kerajaan di masa itu, serta pertama > kalinya membangun dasar-dasar adat Minangkabau; yang kemudian disempurnakan > oleh Datuk Nan Baduo, dikenal dengan Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih > Nan Sebatang. > Ninik Datuk Suri Diraja itulah yang menciptakan bermacam-macam kesenian dan > alat-alatnya, seperti pencak, tari-tarian yang diangkatkan dari gerak-gerak > silat serta membuat talempong, gong, gendang, serunai, harbah, kecapi, dll ( > I.Dt.Sangguno Dirajo, 1919:18) > Sebagai catatan disini, mengenai kebenaran isi Tambo yang dikatakan orang > mengandung 2% fakta dan 98 % mitologi hendaklah diikuti juga uraian > Drs.MID.Jamal dalam bukunya : Menyigi Tambo Alam Minangkabau (Studi > perbandingan sejarah) halaman 10. > Ninik Datuk Suri Diraja (dialek: Niniek Datuek Suri Dirajo) sebagai salah > seorang Cendekiawan yang dikatakan lubuk akal, lautan budi , tempat orang > berguru dan bertanya di masa itu; bahkan juga guru dari Sultan Sri Maharaja > Diraja. (I.Dt. Sangguno Durajo, 1919:22). > Beliau itu jugalah yang menciptakan bermacam-macam cara berpakaian, seperti > bermanik pada leher dan gelang pada kaki dan tangan serta berhias, bergombak > satu,empat, dsb. > Ninik Datuk Suri Dirajo (1097-1198) itupun, sebagai kakak ipar (Minang: > Mamak Runah) dari Sultan Sri Maharaja Diraja ( 1101-1149 ), karena adik > beliau menjadi isteri pertama (Parama-Iswari) dari Raja Minangkabau tsb. > Oleh karena itu pula Mamak kandung dari Datuk Nan Baduo. > Pengawal-pengawal Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama Kucieng Siam, > Harimau Campo, Kambieng Utan, dan Anjieng Mualim menerima warisan ilmu silat > sebahagian besarnya dari Ninik Datuk Dirajo; meskipun kepandaian silat > pusaka yang mereka miliki dari negeri asal masing-masing sudah ada juga. > Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keempat pengawal kerajaan itu pada mulanya > berasal dari berbagai kawasan yang berada di sekitar Tanah Basa (= Tanah > Asal) , yaitu di sekitar lembah Indus dahulunya. > Mereka merupakan keturunan dari pengawal-pengawal nenek moyang yang > mula-mula sekali menjejakkan kaki di kaki gunung Merapi. Nenek moyang yang > pertama itu bernama DAPUNTA HYANG. ( Mid.Jamal, 1984:35). > Kucieng Siam, seorang pengawal yang berasal dari kawasan Kucin-Cina (Siam); > Harimau Campo, seorang pengawal yang gagah perkasa, terambil dari kawasan > Campa ; Kambieng Utan , seorang pengawal yang berasal dari kawasan Kamboja, > dan Anjieng Mualim, seorang pengawal yang datang dari Persia/Gujarat. > Sehubungan dengan itu, kedudukan atau jabatan pengawalan sudah ada sejak > nenek moyang suku Minangkabau bermukim di daerah sekitar gunung Merapi di > zaman purba; sekurang-kurangnya dalam abad pertama setelah timbulnya > kerajaan Melayu di Sumatera Barat. > Pemberitaan tentang kehadiran nenek moyang (Dapunta Hyang) dimaksud telah > dipublikasikan dalam prasasti Kedukan Bukit tahun 683 M, yang dikaitkan > dengan keberangkatan Dapunta Hyang dengan balatentaranya dari gunung Merapi > melalui Muara Kampar atau Minang Tamwan ke Pulau Punjung / Sungai Dareh > untuk mendirikan sebuah kerajaan yang memenuhi niat perjalanan suci missi. > dimaksud untuk menyebarkan agama Budha. Di dalam perjalanan suci yang > ditulis/ dikatakan dalam bahasa Melayu Kuno pada prasasti tsb dengan > perkataan : Manalap Sidhayatra (Bakar Hatta,1983:20) , terkandung juga > niat memenuhi persyaratan mendirikan kerajaan dengan memperhitungkan > faktor-faktor strategi militer, politik dan ekonomi. Kedudukan kerajaan > itupun tidak bertentangan dengan kehendak kepercayaan/ agama, karena di tepi > Batanghari ditenukan sebuah tempat yang memenuhi persyaratan pula untuk > memuja atau mengadakan persembahan kepada para dewata. Tempat itu, sebuah > pulau yang > dialiri sungai besar, yang merupakan dua pertemuan yang dapat pula > dinamakan Minanga Tamwan atau Minanga Kabwa. > Akhirnya pulau tempat bersemayam Dapunta Hyang yang menghadap ke Gunung > Merapi (pengganti Mahameru yaitu Himalaya) itu dinamakan Pulau Punjung (asal > kata: pujeu artinya puja). Sedangkan kerajaan yang didirikan itu disebut > dengan kerajaan Mianga Kabwa dibaca: Minangkabaw. > Asal usul Silat Minangkabau > Minangkabau secara resmi sebagai sebuah kerajaan pertama dinyatakan > terbentuknya dan berkedudukan di Pariangan, yakni di lereng Tenggara gunung > Merapi. > Di Pariangan itulah dibentuk dan berkembangnya kepribadian suku > Minangkabau. Pada hakikatnya kebudayaan Minangkabau bertumbuhnya di > Pariangan; bukan di Pulau Punjung dan bukan pula di daerah sekitar sungai > Kampar Kiri dan Kampar kanan. > Bila orang mengatakan Tambo Minangkabau itu isinya dongeng itu adalah hak > mereka, meski kita tidak sependapat. Suatu dongeng, merupakan cerita-cerita > kosong. akan tetapi jika dikatakan Tambo Minangkabau itu Mitologis, hal itu > sangat beralasan, karena masih berada dalam lingkungan ilmu, yaitu > terdapatnya kata Logy. Hanya saja pembuktian mitology berdasarkan > keyakinan, yang dapat dipahami oleh mereka yang ahli pula dalam bidang ilmu > tersebut. Ilmu tentang mitos memang dewasa ini sudah ditinggalkan, karena > banyak obyeknya bukan material; melainkan SPIRITUAL. walaupun demikian, > setiap orang tentu mempunyai alat ukur dan penilai suatu kebenaran , > sesuai dengan keyakinan masing-masing. Apakah sesuatu yang dimilikinya > ditetapkan secara obyektif, misalnya ilmu sejarah dengan segala benda-benda > sebagai bukti yang obyektif dan benar; sudah barang tentu pula mitologi juga > mempunyai bukti-bukti yang obyektif bagi yang mampu melihatnya. Bukti-bukti > sejarah dapat diamati oleh mata lahir, sedangkan mitologi dapat diawasi > oleh mata batin. Contoh: Pelangi dapat dilihat oleh mata lahir, sedangkan > sinar aureel hanya bisa dilihat oleh mata batin. demikian juga bakteri yang > sekecil-kecilnya dapat dilihat oleh mata lahir melalui mikroskop, akan > tetapi teluh tidak dapat dilihat sekalipun dengan mikroskop; hanya dapat > dilihat oleh mata batin melalui makrifat. > Karenanya mengukur dan menilai Tambo tidak akan pernah ditimbang dengan > ilmu sejarah dan tak akan pula pernah tercapai. Justeru karena itu mengukur > Tambo dan sekaligus menilainya hanya dengan alat yang tersendiri pula, yaitu > dengan keyakinan yang berdasarkan kenyataan yang tidak dapat didustakan oleh > setiap pendukung kebudayaan Minangkabau. > Dalam hubungan ini diyakini, bahwa para pengawal kerajaan sebagaimana > halnya raja itu sendiri, yang kehadirannya sebagai keturunan dari keluarga > istana kerajaan Minangkabau di Pulau Punjung/Sungai Dareh. Kedatangan mereka > ke Pariangan setelah kerajaan itu mengalami perpecahan, yaitu terjadinya > revolusi istana dengan terbunuhnya nenek moyang mereka, bernama Raja > Indrawarman tahun 730 M, karena campur tangan politik Cina T`ang yang > menganut agama Budha. Raja Indrawarman yang menggantikan ayahanda Sri > Maharaja Lokita Warman (718 M) sudah menganut agama Islam. Dan hal itu > menyebabkan Cina T`ang merasa dirugikan oleh hubungan Raja Minangkabau > dengan Bani Umayyah (MID.Jamal, 1984:60-61). Karena itu keturunan para > pengawal kerajaan Minangkabau dari Pariangan tidak lagi secara murni > mewarisi silat yang terbawa dari sumber asal semula, akan tetapi merupakan > kepandaian pusaka turun temurun. Ilmu silat itu sudah mengalami adaptasi > mutlak dengan > lingkungan alam Minangkabau. Apalagi sebahagian besar pengaruh ajaran Ninik > Datuk Suri Diraja yang mengajarkan silat kepada keturunan para pengawal > tersebut mengakibatkan timbulnya perpaduan antara silat-silat pusaka yang > mereka terima dari nene moyang masing-masing dengan ilmu silat ciptaan Ninik > Datuk Suri Dirajo. Dengan perkataan lain, meskipun setiap pengawal , > misalnya Kucieng Siam memiliki ilmu silat Siam yang diterima sebagai > warisan, setelah kemudian mempelajari ilmu silat Ninik Datuk Suri Diraja. > maka akhirnya ilmu silat Kucieng Siam berbentuk paduan atau merupakan hasil > pengolahan silat, yang bentuknyapun jadi baru. Begitu pula bagi diri > pengawal-pengawal lain; semuanya merupakan hasil ajaran Ninik Datuk Suri > Diraja. > Ninik Datuk Suri Diraja telah memformulasi dan menyeragamkan ilmu silat > yang berisikan sistem, metode dll bagi silat Minang, yaitu Langkah Tigo > , Langkah Ampek , dan Langkah Sembilan . Beliau tidak hanya > mengajarkan ilmu silat yang berbentuk lahiriyah saja, melainkan ilmu silat > yang bersifat batiniyah pun diturunkan kepada murid-murid, agar mutu silat > mempunyai bobot yang dikehendaki dan tambahan lagi setiap pengawal akan > menjadi seorang yang sakti mendraguna, dan berwibawa. > Dalam Tambo dinyatakan juga, bahwa Ninik Datuk Suridiraja memiliki juga > kepandaian batiniyah yang disebut GAYUENG. (I.Dt Sangguno Dirajo, 1919:22) > > 1. Gayueng Lahir , yaitu suatu ilmu silat untuk dipakai menyerang lawan > dengan menggunakan empu jari kaki dengan tiga macam sasaran : > a. Di sekitar leher, yaitu jakun/halkum dan tenggorokan. > b. Di sekitar lipatan perut, yaitu hulu hati dan pusar. > c. Di sekitar selangkang, yaitu kemaluan > Ketiga sasaran empuk itu dinamakan sasaran Sajangka dua jari . > 2. Gayueng angin, yakni menyerang lawan dengan menggunakan tenaga batin > melalui cara bersalaman, jentikan atau senggolan telunjuk. sasarannya ialah > jeroan yang terdiri atas rangkai jantung, rangkai hati, dan rangkai limpa. > Ilmu Gayueng yang dimiliki Ninik Datuk Suri Diraja yang disebut Gayueng > dalam Tambo itu ialah Gyueng jenis yang kedua, yaitu gayueng angin. > Kepandaian silat dengan gayueng angin itu tanpa menggunakan peralatan. > > Jika penggunaan tenaga batin itu dengan memakai peralatan, maka ada > bermacam jenisnya, yaitu : > 1. Juhueng, yang di Jawa disebut sebagai Teluh, dengan alat2 semacam paku > dan jarum, pisau kecil dll. > 2. Parmayo, benda2 pipih dari besi yang mudah dilayangkan. > 3. Sewai, sejenis boneka yang ditikam berulangkali > 4. Tinggam, seperti Sewai juga, tetapi alat tikamnya dibenamkan pada boneka > Kepandaian Silat menggunakan tenaga batin yang sudah disebutkan diatas, > sampai sekarang masih disimpan oleh kalangan pesilat; terutama > pesilat-pesilat tua. Ilmu tersebut disebut sebagai istilah PANARUHAN > atau simpanan. Karena ilmu silat sebagai ilmu beladiri dan seni adalah > ciptaan Ninik Datuk Suri Diraja, maka bila dipelajari harus menurut tata > cara adat yang berlaku di medan persilatan. tata cara adat yang berlaku itu > disebutkan dalam pepatah Minang : Syarat-syarat yang dipaturun-panaikan > manuruik alue jo patuik diberikan kepada Sang Guru. > > PENYEBARAN SILAT MINANGKABAU > Dimasa itu terkenal empat angkatan barisan pertahanan dan keamanan di bawah > pimpinan Kucieng Siam, Harimau Campo, Kambieng Hutan, dan Anjieng Mualim; ke > empatnya merupakan murid-murid Ninik Datuk Suri Dirajo. > Sewaktu Datuk Nan Batigo membentuk Luhak Nan Tigo (1186 M ) dan membuka > tanah Rantau (mula-mula didirikan Kerajaan Sungai Pagu 1245 M, ketika itu > Raja Alam Pagaruyung, ialah Rum Pitualo, cicit dari Putri Jamilah atau > kemenakan cicit dari Datuk Ketumanggungan) , maka para pemimpin rombongan > yang pindah membawa penduduk, adalah anggota pilihan dari barisan pertahanan > dan keamanan kerajaan. > 1. Untuk rombongan ke Luhak Tanah Datar, pimpinan rombongan ialah anggota > barisan Kucieng Siam. > 2. Untuk rombongan ke Luhak Agam, dipimpin oleh barisan Harimau Campo. > 3. Untuk rombongan ke Luhak Limapuluh-Payakumbu h, dipimpin oleh anggota > barisan Kambieng Hutan. > > 4. Untuk rombongan ke Tanah Rantau dan Pesisir dipimpin oleh anggota > barisan Anjieng Mualim. > Setiap angkatan/barisan atau pasukan telah memiliki ilmu silat yang dibawa > dari Pariangan. Dengan ilmu silat yang dimiliki masing-masing angkatan, > ditentukan fungsi dan tugas-tugasnya, pemberian dan penentuan fungsi/tugas > oleh Sultan Sri Maharaja Diraja berdasarkan ketentuan yang telah diwariskan > oleh nenek moyang di masa mendatangi Swarna Dwipa ini dahulunya. > Fungsi dan tugas yang dipikul masing-masing rombongan itu diperjelas sbb: > 1. Barisan pengawal kerajaan , Anjieng Mualim berfungsi sebagai penjaga > keamanan > 2. Barisan Perusak, Kambieng Hutan berfungsi sebagai destroyer atau zeni > 3. Barisan Pemburu, Harimau Campo berfungsi sebagai Jaguar atau pemburu > 4. Barisan Penyelamat, Kucieng Siam berfungsi sebagai anti huru-hara. > 1. Aliran Silat Kucieng Siam: > Sekarang nama Kucieng Siam menjadi lambang daerah Luhak Tanah Datar . > Bentuk dan sifat silat negeri asal Kucin Cina-Siam : > peranan kaki (tendangan) menjadi ciri khasnya. Tangan berfungsi megalihkan > perhatian lawan serta memperlemah daya tahan lawan. > 2. Aliran Silat Harimau Campo: > Lambang Harimau Campo diberikan kepada Luhak Agam. > Bentuk dan sifat gerakannya: > ialah menyerupai seperti sifat harimau, keras, menyerang tanpa kesabaran > alias langsung menerkam. mengandalkan kekuatannya pada tangan. > 3. Aliran silat Kambieng Hutan : > Luhak Limapuluh-Payokumbu h mendapatkan lambang tersebut. > > Bentuk dan sifat gerakannya: > banyak menampilkan gerak tipu, selain menggunakan tangan juga disertai > dengan sundulan/dorongan menggunakan kepala dan kepitan kaki. > 4. Aliran Silat Anjieng Mualim : > diberikan kepada Tanah Rantau-Pesisir adalah daerah-daerah di sekitar > lembah-lembah sungai dan anak sungai dari pegunungan Bukit Barisan. > Bentuk dan sifat gerakannya: > a. bentuk penyerangan dengan membuat lingkaran > b. bentuk pertahanan dengan tetap berada dalam lingkaran. > bentuk-bentuk gerakan ini menimbulkan gerak-gerak yang menjurus kepada > empat penjuru angin, sehingga dinamakan jurus atau langkah Empat. > dari sinilah permulaan Langkah Ampek dibentuk oleh Ninik Datuk Suri Diraja. > jadi silat Minang mempunyai dua macam persilatan yang menjadi inti yang > khas: > Langkah Tigo ( Kucieng Siam ) dan Langkah Ampek ( Anjieng Mualim ). > kemudian selanjutnya langkah tersebut berkembang menjadi Langkah Sembilan. > Langkah Sembilan selanjutnya tidak lagi disebut sebagai SILAT, namun sudah > berubah dengan nama PENCAK (Mencak) > > SILAT LANGKAH TIGO > Silat Langkah Tigo ( langkah tiga ) pada asalnya milik Kucieng Siam, > Harimau Campo, dan Kambieng Hutan; yang secara geografis berasal dari > daratan Asia Tenggara. Akan tetapi setelah berada di Minangkabau disesuaikan > dengan kepribadian yang diwarnai pandangan hidup, yaitu agama Islam. > Di masa itu agama Islam belum lagi secara murni di amalkan, karena pengaruh > kepercayaan lama dan pelbagai filsafat yang dianut belum terkikis habis > dalam diri mereka. > Namun dalam ilmu silat pusaka yang berbentuk Langkah Tigo dan juga > dinamakan Silek Tuo, mulai disempurnakan dengan mengisikan pengkajian faham > dari berbagai aliran Islam. > Memperturunkan ilmu silat tidak boleh sembarangan. Faham Al Hulul / > Wihdatul Wujud memegang peranan, terutama dalam pengisian kebatinan ( silat > batin ). Tarekat ( metode ) pendidikan Al Hallaj yang diwarnai unsur-unsur > filsafat pythagoras yang bersifat mistik menjadi pegangan bagi guru-guru > silat untuk tidak mau menurunkan ilmu silat kepada sembarangan orang. > Angka 3 sebagai hakikat menjadi rahasia dan harus disimpan. Untuk > menjamin kerahasiaannya, maka ilmu silat tidak pernah dibukukan. Dalam > pengalaman dan penelitian yang dilakukan kenyataan menunjukkan, bahwa amanat > suatu pengkajian yang bersifat rahasia itu sampai kini masih berlaku > bagi orang tua-tua Minangkabau. > kalau sekarang, rahasia itu dinyatakan dalam berbagai dalih, misalnya : > a. akan menimbulkan pertentangan nantinya dengan ajaran yang dianut oleh > masyarakat awam. > b. akan mendatangkan bahaya sebagai akibat Tasaluek dek kaji , seperti: > gila. > c. dan sebagainya. > Dalam hubungan ini penulis sendiri ( yakni bpk Mid.Jamal ) , kurang > sependapat dengan alasan orang tua-tua yang kita mulyakan itu, mengingat > kian langkanya pusaka budaya itu. Masalah adanya perbedaan kaji dengan > masyarakat awam bukanlah alasan yang rumit. > semata-mata untuk kepentingan ilmu juga maka dalam tulisan ini mencoba > bukakan sekelumit rahasia budaya pusaka dari nenek moyang kita, agar jangan > sampai punah secara total. > Langkah Tigo dalam silat Minang, didalamnya terdapat gerak-gerak yang > sempurna untuk menghadapi segala kemungkinan yang dilakukan lawan. > Perhitungan angka tiga disejalankan dengan wirid dan latihan, inipun tidak > semua orang dapat memahami dan mengamalkannya karena mistik. > Kaifiat atau pelaksanaannya dilakukan secara konsentrasi sewaktu membuat > langkah tigo. setiap langkah ditekankan pada Alif, Dal, Mim > Tagak Alif, Pitunggue Adam, Langkah Muhammad > Tagak Alif : > Tegak Allah, Kuda-kuda bagi Adam, Kelit dari Muhammad, Tangkapan oleh Ali, > dan tendangan beserta Malaikat. ( sandi kunci bergerak ) > > SILAT LANGKAH AMPEK > Pembentukan Silat Langkah Ampek oleh Ninik Datuk Suri Diraja di Pariangan > serentak dengan Silat Langkah Tigo. Silat Langkah Ampek, berasal dari > gerak-gerak silat Anjieng Mualim dan pengawasannya turun temurun juga > diserahkan pada Harimau Campo, yang dapat menjelma bila disalahi > membawakannya. > Oleh karena si penciptanya telah menyeragamkan bentuk dan metode serta > pengisiannya. maka silat Langkah Ampek pun dimulai dengan Tagak Alif. > Perbedaannya terletak pada perhitungan angka yaitu 4, sebagai angka istimewa > (ingat mistik Pythagoras). Walaupun bersifat mistik dan sukar dipahami bagi > awam, namun bagi Pesilat sangat diyakini kebenarannya. > Sewaktu membuka Langkah Ampek dilakukan konsentrasi pada Alif, Lam, Lam, > Hu. > Langkah Sembilan > Perhitungan langkah dalam Silat Minang yang terakhir adalah sembilan. Dari > mana datangnya angka sembilan. Dalam pengkajian silat dinyatakan sebagai > berikut: Langkah 3 + Langkah 4 = langkah 7. Itu baru perhitungan batang atau > tonggaknya. Penambahan 2 langkah adalah : > -Tagak Alif gantung dengan penekanan pada Illa Hu ini diartikan satu > langkah. > -Mim Tasydid dalam kesatuan Allah dan Muhammad, gerak batin yang > menentukan, berarti satu langkah. > Menurut faham Al Hulul bahwa apabila yang Hakikat menyatakan dirinya atau > memancarkan sinarnya dalam realitasNya yang penuh; itulah keindahan. > Pesilat itu adalah seniman dan seorang seniman adalah orang yang tajam dan > tilik pandangannya, yang dapat melihat keindahan Ilahi dalam dirinya. > (Gazalba,IV/ 1973:527) > Silat Langkah sembilan biasanya dibawakan sebagai Pencak (Minangkabau: > Mencak), artinya : Menari. Dalam kata majemuk Pencak-Silat dimaksudkan > Tari Silat. > Langkah Sembilan memperlihatkan pengembangan gerak-gerak ritmis, dengan > tidak meninggalkan unsur-unsur gerak silat. > KATA PENGANTAR > Buku Silsilah Alira-Aliran Silat Minangkabau ini diterbitkan bersumber > dari rangkuman pengalaman penulis secara langsung dalam bidang persilatan > tradisional Minangkabau, yang dicampungi semenjak berumur lebih kurang 13 > tahun sampai umur 51 tahun; berikut dengan ilmu-ilmu penunjangnya, seperti > pengajian dan wirid-wirid yang dipersiapkan untuk ke lapangan/SASARAN SILAT. > Disamping itu berupa hasil-hasil penelitian di beberapa daerah Sumatera > Barat sejak tahun 1972 sampai tahun 1982, yaitu di : > Kabupaten Padang-Pariaman, Pesisir Selatan, Pasaman, Sawahlunto/Sijunjun > g, Solok, Limapuluh Kota, Agam, dan Tanah Datar. ke daerah-daerah luar > Propinsi Sumatera Barat, seperti Kabupaten Kerinci (Jambi), dan Kabupaten > Serang Banten (Ujungkulon Jawa Barat). > > Daftar kepustakaan yang dipergunakan untuk melengkapi bahan-bahan > perbandingan dan penunjang pengalaman dan penelitian dimaksud, agar terlukis > kupasan yang dapat meyakinkan para ilmuwan terhadap kebudayaan yang masih > dimiliki suku Minangkabau sampai hari ini. > Dibukanya pengalaman dan hasil penelitian ini terdorong oleh keadaan yang > sangat menyedihkan tentang Ilmu Silat Minangkabau, karena kian hari orang > tua-tua pendukung karya nenek moyang semakin tiada di permukaan bumi ini dan > bertambah langkanya sumber-sumber yang patut disauk kepandaian ilmunya. > dst . > Maka buku ini diharapkan untuk dipergunakan sebagai bahan-bahan > pertimbangan dan pemupukan peninggalan- peninggalan Ilmu atau Seni Silat > Tradisonal Daerah Minangkabau yang telah langka itu. Mudah-mudahan secara > positif generasi penerus tidak akan jemu-jemu mencintai hasil budaya yang > masih berserakan di persada Ibu Pertiwi, dan tidak terpesona dengan > kebudayaan bangsa-bangsa lain > Padang Panjang, 10 Nopember 1985 > Drs. MID. Jamal. > Tentang Penulis > Drs. Mid Jamal, dilahirkan di Padang pada tanggal 1 September 1933. > Banyak menulis hasil-hasil penelitian tentang seni tari, terutama dalam > bidang Pencak Silat, Tari Pasambahan, dan juga tulisan-tulisan yang bersifat > ilmiah yang tidak tersiar (dalam pemakaian/koleksi sendiri). > Pertama kali menulis karangan yang tersiar sebagai hasil pengalamannya dan > rangkuman penelitian tentang adat istiadat dan Tambo Minangkabau. > Diantara karyanya yang spektakuler ialah buku dengan judul Filsafat dan > Silsilah Aliran-aliran Silat Minangkabau. Merupakan karya penggalian > tentang kebenaran mitos yang selama ini terbenam dalam lumpur mitologi. > Namun bagi beliau, menganggap mitologi ialah ilmu yang dimiliki bangsa Timur > umumnya dan Indonesia khususnya, ialah bukan suatu dongeng tanpa alasan. > Akan tetapi itulah kebenaran yang sukar dianalisis bagi mereka yang awam > dalam bidang ilmu tersebut. Alasan-alasan yang diberikan akan menarik bagi > pembaca dan semoga bisa dijadikan bahan perbandingan bagi Ilmu Seni > Beladiri. > Beliau pada tahun 1968 mendapatkan gelar Sarjana dalm Ilmu Publisistik > Universitas Ibnu Khaldoun dan lulus ujian Gradual Universitas Indonesia di > Jakarta tahun 1969. > Dalam bidang pendidikan telah memiliki Akta Mengajar V , dari Ditjen > DiktiDepdikbud tahun 1983. > > Sumber : SEJARAH_SILAT_ MINANGKABAU > ~ by Is Sikumbang > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ---------------------------------------------------- Tempat berSilaturahim Pesilat Indonesia Komunitas Pencak Silat Indonesia ---------------------------------------------------- Forum Board : http://www.sahabatsilat.com Website : http://www.silatindonesia.com Post message : silatindonesia@yahoogroups.com ------------------------------------------------------- Subscribe : silatindonesia-subscr...@yahoogroups.com Unsubscribe : silatindonesia-unsubscr...@yahoogroups.com List owner : silatindonesia-ow...@yahoogroups.com Archive : http://www.mail-archive.com/silatindonesia@yahoogroups.com/ --------------------------------------------------- Segala bentuk PROMOSI di Luar dari Informasi Pencak Silat akan di anggap SPAM. dan keanggotaan SPAMMER akan di Hapus dari keanggotaan Milis SILATINDONESIA --------------------------------------------------- KOMUNITAS-KITA Ngobrol yuk di forum diskusi dengan beragam komunitas lainnya di: http://www.komunitas-kita.web.id ----------------------------------------------------Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/silatindonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/silatindonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: silatindonesia-dig...@yahoogroups.com silatindonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: silatindonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/