Mas Dedy hanya share info saja yah berkaitan dengan silsilah keilmuan yang ada 
di Prana sakti dan Root-nya.

 

Bang Hanafi (Al Barokah) è Bang Asfanudin Pandjaitan (Prana Sakti) è Pa Dan 
Suwayarna (Margaluyu Pusat) è Pa Andi Rohadi (Margaluyu Pusat) è Abah S. 
Andadinata (Pendiri Margaluyu Pusat sekaligus pencipta 10 jurus halusan dan 
Payung Rasul)

 

Terimakasih.

 

From: silatindonesia@yahoogroups.com [mailto:silatindone...@yahoogroups.com] On 
Behalf Of Dedy H.B. Wicaksono
Sent: 19 Agustus 2010 9:20
To: Silat Indonesia
Subject: [silatindonesia] Silat dan Salat (2)

 

  

Salam Silat,

lanjutan dari tulisan yang lalu, dari teman saya, Pak Sutono. Kali ini terkait 
dengan silat tenaga dalam.

wassalam,
Dedy

==============================

Allahuma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad wa salam. Al Fatiha.
3 Sutono Belajar Shalat....
Dari pak Subur Rahardja itu saya mendapat beberapa butir penting tentang shalat 
yang berhubungan dengan kesehatan.

Dan kalau dicermati, shalat memang terdiri dari serangkaian gerak dasar yang 
dibutuhkan manusia untuk melepaskan ketegangan di beberapa otot pada tubuh guna 
memulihkan kondisi normal kesehatannya.

Suatu hari saya mampir ke kantor seorang teman yang lama tidak bertemu. Rupanya 
dia sedang berbicara asyik dengan tamunya. Tapi melihat saya, kami sudah 
berteman sejak 1955 di Surabaya, dia minta saya bergabung dalam pembicaraan 
mereka. Rupanya mereka sedang bicara tentang “hebatnya” sebuah latihan silat, 
yang mereka baru ikuti, dalam menyembuhkan penyakit. Semua penyakit. Mendengar 
pembicaraan itu, saya jadi tertarik untuk mengikutinya, meskipun saya tidak 
memiliki keluhan kesehatan pada saat itu. Tetapi kelas baru tidak setiap saat 
diadakan. Dan mereka mengingatkan saya bahwa ini adalah latihan berat. Nanti 
kalau ada kelas baru saya akan dihubungi.

Saya termasuk orang yang tidak suka atau tepatnya tidak bisa olah raga. Dulu 
ketika sekolah di Bandung saya tinggal di Asrama Ganesha. Kalau waktu senggang 
biasanya teman teman main volley ball. Kan Team nya 6 – 6. Mereka selalu 
menolak 
saya kalau saya ingin ikutan. Mereka bilang Ton kamu ikut di seberang aja, biar 
kami hanya berlima melawan kalian bertujuh siapa takut. Mereka bilang begitu 
karena kalau serve saya jarang bisa melewati net. Selalu jatuh di daerah 
sendiri. Karena tidak pernah berolah raga, saya juga tidak pernah berkeringat. 
Dan suka mengalami konstipasion (sukar buang air besar). Tetapi karena sudah 
menjadi kebiasaan, 3 hari tidak BAB juga tidak masalah. Memang kedengarannya 
jorok dan tidak sehat. Tetapi karena terbiasa, ya tidak terasa efek negatifnya.

Suatu hari datanglah pemberitahuan ada bukaan untuk pelatihan baru silat yang 
saya maksud di atas. Namanya Silat Al Barokah. Gurunya pak Hanafi (sekarang 
sudah almarhum). Dia sendiri belajar itu di Jogja kepada pak Asfan Panjaitan 
(atau Nasution saya lupa), yang juga menjadi guru dari Pendiri Satriya 
Nusantara, pak Maryanto. Latihan dasar itu memerlukan waktu 10 malam untuk 
menyelesaikan 10 jurus atau gerak. Ditutup dengan ujian pada malam ke 11. Pada 
malam ke 12 diadakan perkenalan dengan seluruh senior dan diadakan demo. Para 
murid baru diserang oleh seniornya yang pada terpental ketika menyerang murid 
baru itu. Segi mistisnya menjadi kental, karena proses ini juga menyangkut 
pembukaan titik titik tertentu di tubuh murid baru, sambil diajari melafalkan 
tahlil (la ilaha illa Allah) dengan benar. Pada waktu begitu itu, ruang tempat 
berlatih itu dijaga ketat, pintu pintu ditutup. Tak boleh ada yang mencuri 
dengar. Dan seolah justifikasi suasana mistis kental ini, karena setiap kali 
kita melakukan jurus, pada akhir gerakan kita akan terpental ke belakang. 
Lemparan ke belakang itu begitu keras sehingga mereka yang tidak siap dengan 
kuda kuda yang tangguh akan jatuh gulung koming atau bergerak dengan cepat jauh 
ke belakang.

Memang ini adalah sebuah latihan gerak yang sangat keras. Murid baru biasanya 
muntah muntah. Tetapi saya bukannya muntah, malah turun ke belakang. Jadi bolak 
balik ke WC. Apalagi ketika sampai ke jurus 5 dan 7, yang gerakannya bukan 
mundur, tetapi terputar (terpaksa berputar). Umumnya peserta baru datang ke 
latihan ini karena keluhan kesehatan. Dan mereka itu rata rata pada malam ke 
tiga, sudah merasakan perbaikan. Ada orang ketika datang malam pertama dipapah 
dan menggunakan tongkat kaki 3, maka pada malam ke 3 sudah mampu berjalan 
sendiri. Peserta lain, wanita tua yang sudah lama sekali tidak berani menyentuh 
air setelah maghrib, karena encok, mengikuti latihan ini harus mandi malam 
malam 
habis latihan juga tidak menjadi masalah. Yang lain lagi sudah lama tidak bisa 
tidur di kasur empuk atau goyang, karena punggung sangat sakit, sehingga harus 
tidur di papan rata. Setelah mengikuti latihan ini, pada malam ke 3 dia sudah 
lupa sakitnya itu. Dan banyak sekali cerita sukses lainnya. Tapi peserta yang 
Paswalpres hanya tahan tahan 3 malam, sambil bilang lari Jakarta Semarang buat 
dia lebih ringan dari mengikuti latihan ini. Peserta lain yang belajar ilmu 
kebal tidak luka dibacok golok, dan kulitnya menjadi bersisik seperti ular, 
setelah mengikuti latihan ini, kulit ularnya rontok dan dibacok luka.

Tetapi saya kebalikannya. Datang ke latihan dalam keadaan sehat dan baik baik 
saja. Tetapi mengikuti sampai malam ke 3 lutut kiri saya bengkak besar sekali, 
sehingga sangat kesakitan ketika shalat dan harus duduk di antara dua sujud. 
Latihan ini harus dilakukan pada malam hari, karena pelatihnya kan harus 
bekerja 
siangnya. Dan setiap malam selama 12 malam berturut turut sampai acara 
terakhir. 
Pada waktu itu, kalau saya sakit, saya selalu menemui paman saya yang sangat 
ahli akupunkture. Tidak ke dokter. Seperti sewaktu mendapat flue berat dengan 
hidung mengalir dan temperatur tubuh naik, tetapi harus tetap bekerja karena 
ada 
jadwal yang harus dikejar. Saya mendatangi paman, dia hanya tanya kamu mau saya 
tusuk dengan kaki atau dengan tangan (bercanda)? Terserah, yang penting mampet 
dan temperatur turun. Dia hanya menaruh dua jarum di antara jempol dan 
telunjuk, 
dan dekat lipatan sikut, di masing masing lengan kanan dan lengan kiri. Sejam 
kemudian ingus tidak lagi mengucur, dan suhu badan turun.

Atau kalau saya mau bisa juga saya makan pil penghilang rasa sakit. Tapi entah 
mengapa, saat itu saya sengaja menahan rasa sakit itu dan berdoa :”Ya Allah, 
saya rela menanggung rasa sakit yang sangat ini sewaktu shalat, namun ampunkan 
dosa saya yang melalaikan shalat selama ini. Maka jika Engkau berkenan berilah 
sakit ini sampai Engkau mengampuni dosa saya itu.” Setelah berdoa itu saya 
merasa lebih tenang menderita sakit itu. Dan latihan itu saya ikuti sampai 
selesai. Pada malam ujian seluruh peserta baru sudah melakukan jurus dengan 
baik 
dan dinyatakan lulus, saya diulang ulang lebih dari sepuluh kali, belum selesai 
juga. Akhirnya karena malam sudah larut benar, lewat tengah malam, akhirnya 
gurunya yang menyerah :”Baiklah pak Tono saya luluskan. Kami semua sudah capek. 
Latihan terus di rumah ya.” Horee, Sutono lulus latihan silat. Sejak itu saya 
mudah berkeringat dan BAB lancar, yaitu sekali setiap hari. 

Bengkak yang mengganggu itu terus berlangsung selama sekitar 16 hari. Sampai 
suatu pagi, bangun tidur bengkak itu sirna dan sakitnyapun lenyap. Saya hitung 
hitung 16 hari itu kalau dikalikan 700 sama dengan 11,200 hari atau sama dengan 
sekitar 30 tahun. Artinya doa saya dikabulkan Allah. Satu perbuatan baik akan 
mendapat ganjaran 700 kali. Kalau dihitung wajib shalat pada usia 10 tahun, dan 
mulai shalat teratur itu sejak 1981 atau sekitar 30 tahun saya meninggalkan 
shalat. Enambelas hari shalat dalam kesakitan telah membayar hutang shalat 
selama 30 tahun. Sebetulnya kan tidak ada aturannya shalat yang hilang itu 
diganti apa. Tetapi dengan baik sangka (GR) kepada Allah, saya menganggapnya 
demikian. Saya gembira sekali pagi itu. Tapi rasanya saya tidak sujud syukur 
waktu itu. Ini kesalahan saya lagi.

Setelah mengamati gerakan silat ini lebih seksama, rupanya dorongan mundur 
ketika seseorang melakukan gerakan atau jurusnya, posisi akhir dari gerakan itu 
menyebabkan proyeksi titik berat tubuh berada di belakang tumit. Tentu saja hal 
ini menyebabkan tubuh akan terlempar ke belakang dengan keras. Dan ketika 
melakukan jurus putar, jurus 5 dan jurus 7, satu kaki yang menjadi tumpuan 
tetap 
dipertahankan di satu titik pijaknya itu, sehingga gerak mundur menjadi gerak 
berputar. Berputar mundur. Jika lutut kita seperti lutut ayam, yang menekuk ke 
belakang, maka gerak terlempar/terdorong ke belakang itu tidak terjadi.

Tetapi jurus jurus silat ini masih menyisakan segi mistis juga. Mengapa si 
penyerang terpental ketika menyerang para murid baru ini? Mungkin rahasianya 
terletak di sini : para senior yang meneyerang murid baru ini untuk membuktikan 
keampuhan ilmu dalam hal bela diri, harus dibuat (atau membuat dirinya) 
emosional dulu. Kalau si penyerang tidak emosi, pukulan itu mendarat juga. Maka 
dalam petunjuk pemakaian jurus, kalau ada yang mengganggu, mereka itu harus 
dibuat marah dulu, misalnya dengan meludahinya. Barulah jurus ini efektif untuk 
bela diri. Mengetahui segi ini beberapa murid, termasuk saya, mendirikan 
perkumpulan baru yang kami sebut Indonesia Perkasa. Tetapi saya lebih suka 
menyebutnya sebagai Olah GErak, DZikir dan Olah Napas atau OGEDZON, karena 
memang dalam berlatih ini diharuskan dzikir sambil mengolah napas. Di 
perkumpulan baru ini acara demo itu kami hapuskan. 

Lalu bagaimana penjelasan tentang mengapa harus membuat si penyerang emosi, 
baru 
efektif? Mungkin karena emosi itu adalah jalur yang biasa digunakan setan untuk 
mempengaruhi manusia Jadi kalau kita menguasai jalur yang berada di tubuh lawan 
itu lebih dulu, maka kitapun bisa menguasai dia. Hal ini pernah saya coba 
sekali. Satu waktu saya sedang tergesa harus ke tempat lain. Tapi begitu mau ke 
luar tempat parkir sebuah perkantoran, ada dua orang tukang parkir sedang 
terlibat ribut mulut berebut pelanggan dengan emosi tinggi, dan sudah hampir 
adu 
jotos, yang menghalangi jalan keluar saya. Maka saya gunakan jurus menyibak, 
dua 
tangan dirangkapkan, lalu dipisahkan secara menyentak, saya tujukan kepada dua 
orang yang sedang emosi itu. Benar. Kedua orang itu langsung saling terpental 
mundur, sambil kelihatan bingung, setelah pada berdiri. Maka saya bisa lewat 
antara keduanya. Tapi saya tidak mau mencoba lagi hal seperti itu.

Lalu bagaimana tentang kesembuhan yang dirasakan para peserta latihan? Salah 
satu peserta adalah ahli paru Rumah Sakit Persahabatan. Kita bicarakan fenomena 
yang terjadi itu. Latihan ini ada dua jenis jurus atau gerak. Satu adalah 
menahan napas ketika bergerak, kemudian dilepas perlahan pada akhir gerak. Ini 
disebut gerak dorong. Satu lagi adalah gerakan dimulai dengan paru dibuat 
kosong, dan sambil bergerah udara diisap ke dalam paru sampai penuh pada akhir 
gerakan, baru dikeluarkan perlahan. Ini disebut gerak tarik. Baik menghembus 
maupun mengisap lewat lubang hidung. Artinya dalam latihan ini terdapat bagian 
yang saya sebut puasa napas. Dalam pengertian umum, puasa adalah menunda 
pemuasan kebutuhan. Puasa Ramadhan, intinya juga adalah menunda pemenuhan 
kebutuhan, apakah itu lapar atau dahaga atau lainnya. 

Penundaan pemenuhan kebutuhan itulah yang sesungguhnya adalah salah satu cara 
untuk mengendalikan ego. Dan janji Allah dengan puasa kita menjadi taqwa. Dan 
menunda kebutuhan akan oksigen, adalah juga semacam puasa, dan tentunya juga 
mendukung ke arah terjadinya taqwa. Dan dengan kita puasa oksigen, tubuh 
dipaksa 
untuk menggunakan oksigen yang tersedia di tubuh semaksimal mungkin. Di dalam 
paru terdapat banyak sekali gelembung kecil, tempat kontak antara haemoglobin 
dalam darah dengan oksigen, yang disedot paru. Karena napas ditahan cukup lama, 
maka oksigen dalam udara sempat disedot habis oleh darah, yang punya daya tarik 
tinggi terhadap oksigen itu. Maka kalaum kita mengirup sisa pembakaran yang 
tidak sempurna, misalnya gas CO, dan gas CO ini juga punya kedekatan dengan 
haemoglobin, sehingga diapun akan terisap oleh darah dan karena tubuh tidak 
menyerap CO, dia tetap menempel ke haemoglobin, maka oksigen tidak dapat 
ditarik. Akibatnya orang itu akan mati lemas kekurangan oksigen.

Dan mengapa Allah membuat komposisi gas nitrogen : gas oksigen dalam udara 
adalah sekitar 79 : 20? Karena untuk melindungi paru kita. Kalau gas yang kita 
hirup itu adalah oksigen murni, maka dalam semenit kitapun akan meninggal. 
Mengapa? Karena sekuruh oksigen itu akan terisap habis oleh darah merah, 
sewaktu 
mereka masih dalam gelembung kecil di paru itu, sehingga terdapat situasi 
vacuum 
dalam gelembung itu, yang menyebabkan dinding gelembung itu akan collaps 
(mengempis) dan lengekat. Tak bisa digunakan lagi. Dan dengan adanya nitrogen 
yang tidak diserap darah, gelembung itu tidak collaps Jadi dengan latihan ini 
semua organ tubuh dipaksa bekerja keras maksimal, sehingga bekerja pada kondisi 
optimalnya. Dan itu namanya sembuh. Jadi latihan ini bukan menyembuhkan 
penyakit, tetapi berusaha membuat organ kita kembali normal. Itulah tanda 
kesembuhan.

Lalu apa hubungannya latihan ini dengan belajar shalat? Ada. Suatu malam saya 
mimpi, ada seorang tua bersorban mengatakan bahwa latihan ini adalah gerak 
shalat. Karena mimpi itu bukan hanya sekali, maka setelah saya perhatikan, 
kalau 
urutan jurus dirubah, memang gerak itu menggambarkan gerak orang mulai doa 
setelah ambil wudhu, sampai salam kanan salam kiri di akhir shalat, kemudian 
bertebaran di muka bumi untuk mencari nafkah. Itu adalah untuk sesi berikutnya. 

Ya Allah ampunkan kami yang telah mendzolimi diri kami sendiri. Bi hurmati 
habib. Al Fatiha. Alhamdulillah. Astaghfirullah.
Jakarta, 14 Agustus 2010
Sutono Saimun Joyosuparto

[Non-text portions of this message have been removed]



No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.5.441 / Virus Database: 271.1.1/3078 - Release Date: 08/17/10 
18:35:00



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke