Dear All,

ini salah satu cerita yang bisa kita jadiin bahan renungan bersama...

tp, saya sendiri masih bingung..mana yang harus saya pedulikan? memberikan
informasi walaupun hanya sepatah dua patah kata demi kemaslahatan bersama
meskipun itu b'arti saya memutuskan rezeki seseorang. atau lebih memilih
untuk tidak m'perdulikan berita yang b'edar padahal itu juga utk kepentingan
bersama...

----- Original Message -----
From: Sukri Mubarok <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, 18 January, 2006 01:02 PM
Subject: [Guyon-Yook] FW: RE: [delphian] Kang Min vs formalin

Sedulur,
Berita dan cerita formalin mie dan bakso tikus mungkin mulai mereda saat
ini, digantikan oleh hangatnya gosip susuk/pelet Cut Memey dan duda keren
Aji Mas Said yg mau mengawini Angelina Sondakh. Akan tetapi ternyata dampak
dari berita formalin dan bakso tikus itu masih dirasakan oleh sebagian
masyarakat kita. Satu yg saya tahu, dirasakan oleh Kang Min seorang
pendatang asal Solo yang berprofesi sebagai penjaja bakso keliling di
lingkungan Lippo Cikarang tempat saya tinggal. Hal ini saya ketahui waktu
saya sempat berbincang dengannya Hari Minggu kemarin, sepulang saya
berjalan-jalan dengan keluarga. Mungkin utk jelasnya saya akan mulai dari
awal.

Saya kenal Kang Min sejak 5 tahun yang lalu. Mula-mula dia menjual
dagangannya di depan pagar pabrik tempat saya bekerja dulu di kawasan
BIIE/Hyundai Lippo Cikarang. Saya suka dengan baksonya, karena selain lezat,
Kang Min sering menambahkan bonus tetelan daging rebusan kaldu sapinya utk
saya tanpa itung-tungan. Singkat cerita, suatu hari saya bilang ke Kang Min
kalo dia bisa lebih laris kalo berjualan di perumahan, karena bagi saya,
bakso Kang Min tidak ada duanya. Kompleks Taman Lembah Hijau, tempat saya
tinggal, saya jadikan alternatip tempat berdangangnya, karena lokasinya
tidak jauh. Pertama dia ragu-ragu, namun akhirnya dia putuskan utk mengikuti
saran saya. Dia urus ijin ke Lippo Cikarang, dan dia tambah stok dagangannya
setiap hari, karena selepas jam 1 siang, Kang Min akan beranjak dari depan
pintu pabrik saya menuju Taman Lembah Hijau.

Hari-hari pertama dia berkeliling Lembah Hijau cukup berat. Dia harus
bersaing dengan penjual2 makanan sejenis yg sudah lebih dulu ada. Tidak
pernah lupa, setiap sore dia lewat di depan rumah saya utk menawarkan
semangkuk bakso plus tetelan kesukaan saya. Tidak setiap hari saya beli
memang, tapi harus saya akui, bakso Kang Min, menjadi kudapan yg cukup enak
untuk mengobati lapar saya sepulang kerja.

Hari2 berganti. Berkat kegigihannya, Kang Min berhasil menarik
pelanggan-pelanggan barunya. Dari hari ke hari, Kang Min jadi semakin jarang
lewat di depan rumah saya. Pada waktu saya tanya, ternyata Kang Min bilang
dagangannya semakin laris, sehingga belom sempat lewat rumah saya,
dagangannya sudah tandas terjual. Sampai-sampai, pada saat saya akan memesan
baksonya barang 30 porsi untuk suguhan misa keluarga yg akan saya adakan,
saya harus memesannya beberapa hari sebelumnya.

Tapi apa lacur..., kondisi Kang Min berubah sebulan terakhir ini.
Penyebabnya tidak lain adalah isu Formalin dan bakso tikus. Hal ini saya
ketahui waktu saya bertemu Kang Min Hari Minggu yang lalu. Dia bercerita
pembelinya jauh menurun. Malah sempat seminggu yg lalu dia didatangi
"dokter" untuk memeriksa dagangannya. Mungkin "dokter" yg dimaksud Kang Min
adalah petugas dit jen POM yg sedang galak-galaknya menginspeksi makanan yg
diduga berformalin.
Dengan sedih Kang Min berujar: "Padahal niki kulo ndamel kiyambak. Sak estu
mboten ngagem Formalin nopo Tikus." (Padahal ini saya buat sendiri, dan
tidak menggunakan formalin atau tikus).

Teman....., apa yang menimpa Kang Min adalah cermin dampak berita Formalin
yg tersebar dan mungkin ikut kita sebarkan. Banyak orang yg dulunya tidak
peduli dengan kesehatan tubuhnya, tiba-tiba menjadi lebih idealis daripada
seorang dokter gizi. Ada lagi orang yg mungkin lulusan sastra yg mendadak
menjadi ahli kimia dengan menyebarkan tulisan2 mengenai formalin,
formaldehid dan sejenisnya. Apa yang sekarang terjadi mengingatkan saya
kepada kontroversi PLTN di era 90-an. Banyak orang yg tidak mengerti banyak
atau berlatar belakang nuklir bicara mengenai bahaya nuklir hanya setelah
membaca satu atau dua tulisan saja. Dampaknya dulu memang luar biasa. Proyek
PLTN ditunda, dan Indonesia nyaris krisis energi saat ini.

Dampak tidak kalah luar biasanya sekarang dialami Kang Min. Setelah didera
harga-harga yg melambung akibat harga BBM yg melangit, Kang Min harus
menderita, ditelikung oleh berita formalin dan bakso tikus yg pada
gilirannya mengurangi pendapatannya. Padahal kalo toh benar kabar formalin
itu, ini sebenarnya adalah ekses dari inflasi yg tidak terkendali.

Celakanya lagi, media masa yg kita miliki, yg seharusnya memberitakan
kebenaran dan harusnya berimbang, sangat berat sebelah. Kajian2 ilmiah
mengenai formalin jarang ditulis lengkap dan informatif di media. Yang
gencar adalah berita-berita mengerikan mengenai formalin. Akibatnya
masyarakat menjadi paranoid. Parahnya lagi, pemerintah nyaris tidak
bereaksi. Tidak ada gerakan makan tahu, mie, atau bakso utk menepis berita
miring ini. Beda sekali dengan gerakan makan ayam, untuk menepis flu burung,
atau gerakan makan ikan untuk menepis tercemarnya teluk Jakarta beberapa
waktu lalu. Mungkin kalau beritanya adalah beras ber-formalin, kabinet kita
akan kebakaran jenggot, karena beberapa anggota kabinet ada yg menjadi
importir beras.

Satu dari sedikit tepisan berita miring Formalin justru berasal dari media
daerah, Radar Jogja dan Pikiran Rakyat Jawa Tengah. Di Media itu, DR
Yuswanto, dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, menuturkan, dari
hasil penelitiannya, kandungan formalin pada mie di pasar-pasar tradisional
Jogja masih di bawah ambang batas aman (hanya 20 mg/kg mie dari ambang 6
gram/kg mie).  Bahkan menurut DR Yus, Formalin yg dihisap perokok, jauh
lebih tinggi lagi, dan secara alamiah, formalin dalam jumlah yg kecil akan
diubah oleh tubuh menjadi CO2 dalam 1,5 menit.

Bagi saya, tulisan DR Yus sangat masuk akal. Karena sebagai ikatan organik
turunan dari ikatan aldehide, Formalin akan mudah terurai bila terkena asam
lambung. Utk ambang batasnya, saya memang tidak berani berkomentar, tapi
sebagai apoteker, saya kira DR Yus patut dipercaya, karena ilmu obatnya jauh
melebihi saya yang sangat awam.

Sekarang bagaiman sikap kita? Kalau saya, saya tidak akan larut dalam
polemik ini. Saya tidak mau menambah berat beban Kang Min-Kang Min yang
lain. Minimal saya tidak akan menyebarkan berita yang belum tentu benar,
apalagi kalau berita itu memberi dampak buruk kepada saudara kita yang lain.
Yang jelas..., kalaupun Mie Kang Min ber-formalin dan baksonya adalah bakso
tikus, saya masih sehat wal afiat sampai saya menurunkan tulisan ini.


Salam Manis,
Agroh






--
--------------------------------------------------
Berhenti (Quit):  [EMAIL PROTECTED]
Arsip milis:  http://groups.yahoo.com/group/smun65
Arsip Files:  http://groups.yahoo.com/group/smun65/files
Website: http://smun65.blogspot.com
Friendster: [EMAIL PROTECTED]
--------------------------------------------------
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/smun65/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke