----- Original Message ----- From: "chaos rules" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Friday, November 14, 2008 7:12 PM Subject: Re: [mediacare] Fw: Intelejen, PKS dan CSIS
> ada satu keping cerita yg mungkin terlewatkan.. : > > pada Mei 1998, dari seluruh elemen gerakan mahasiswa prodemokrasi yang > menuntut turunnya Suharto, kemudian menolak Habibie sebahai Presiden. > Kecuali elemen FKSMJ yang mayoritas diisi oleh kader2 Kesatuan Aksi > Mahasiswa Muslim > Indonesia (KAMMI)-salah satu cikal bakal PKS-, dengan Rama Pratama > sebagai pentolannya, menerima Habibie sbg presiden baru. Merekalah yg > pertama kali meninggalkan gedung DPR, sebelum gedung DPR diserbu oleh > massa Islam pendukung Habibie. > Rama Pratama saat ini menjadi anggota Fraksi PKS. Pada pemilu 2009 > ini, ia kembali diajukan PKS menjadi caleg DPR RI DKI Jakarta dapil > Jakarta Timur nomor urut 2. > > Kemudian saat Sidang Istimewa MPR, November 1998 (yang berakhir dengan > Tragedi Semanggi), ada 3 elemen gerakan mahasiswa yang menyetujui SI > ini, yaitu KAMMI, Forum Salemba (diketuai Rama Pratama), dan Forum > Jatiwaringin Kalimalang. Ketiga kelompok ini bisa disebut "segaris", > bahkan basis massa mereka juga nyaris berimpitan. Sebagian anggota > KAMMI adalah juga anggota Forum Salemba, Walau menuntut pencabutan > azas tunggal Pancasila, tapi menerima kepemimpinan Habibie dan SIdang > Istimewa. > > Dimana posisi FKSMJ saat SI? Awalnya, mereka "terpaksa" menerima > Habibie karena sejumlah kampus pendukung dan massa yang diisi oleh > kader2 KAMMI tak keberatan terhadap Habibie. Karena itu, mereka juga > sempat menuntut diselenggarakannya > SI. Namun, belakangan mereka menolak SI, setelah melihat indikasi > bahwa aspirasi mereka tak akan tertampung di SI. Namun, berbeda dengan > elemen gerakan mahasiswa lainnya Forkot, Famred, Komrad, Forbes, > Gempur, PMII, dll; FKSMJ lebih menyukai cara-cara persuasif. Misalnya > dengan mengirim utusan ke DPR. Terakhir, setelah "patah arang" > terhadap agenda yang dibahas SI, dimotori oleh mahasiswa ITB, mereka > "menculik" empat tokoh untuk membuat "deklarasi Ciganjur". > > Dalam perkembangannya kemudian hingga saat ini, FKSMJ ini > bermetamorfosis menjadi organ BEM Seluruh Indonesia, dengan mayoritas > tetap diisi oleh kader2 KAMMI. > > 2008/11/15 Sunny <[EMAIL PROTECTED]>: >> Dari milis tetangga: >> >> ----- Original Message ----- >> From: lutfi trisno badung jaya >> To: [EMAIL PROTECTED] >> Sent: Wednesday, November 12, 2008 12:23 PM >> Subject: [SPAM] [ppiindia] Fwd: Intelejen dan PKS dan CSIS >> >> ---------- Pesan terusan ---------- >> Dari: lutfi trisno badung jaya <[EMAIL PROTECTED]> >> Tanggal: 6 November 2008 20:58 >> Subjek: Intelejen dan Islam Radikal >> Ke: [EMAIL PROTECTED] >> >> Intelejen dan Islam Radikal >> oleh : He-Man* >> >> Strategi Pecah Belah dan Kuasai >> >> Paska turunnya L.B Moerdani strategi intelejen dalam menghadapi >> kekuatan Islam pun berubah.Teknik tebar, pancing, jaring ala Ali Moertopo >> mulai ditinggalkan karena justru malahan menambah instabilitas. Strategi >> yang kemudian dilakukan intelejen kemudian lebih soft bahkan dibuat >> seolah-olah pemerintah mendukung kekuatan Islam. >> >> Pada masa itu gerakan-gerakan alternatif di luar ormas-ormas islam dan >> kepemudaan islam mulai marak.Sejumlah organisasi remaja masjid tumbuh >> pesat >> di masjid-masjid raya juga masjid-masjid kampus. Sebagian kalangan >> aktivis >> muda mulai mengubah konsep dakwah mereka menjadi dakwah kultural dan >> berusaha membaurkan diri dengan masyarakat. Misal saja organisasi remaja >> masjid waktu itu aktif bergerak dengan sistim jemput bola pada >> remaja-remaja >> bermasalah seperti anggota gank motor, pecandu narkoba dll >> >> Dan ini dianggap pemerintah sebagai sebuah ancaman baru .Salah satu >> point penting untuk menunjang kekuasaan rezim Soeharto adalah memastikan >> semua organisasi yang ada dan hidup di Indonesia berada dalam cengkraman >> dan >> kendali pemerintah.Bukan saja organisasi keagamaan atau politik tapi juga >> organisasi profesi seperti IDI atau organisasi para hobbies seperti RAPI >> pun >> dibawah kendali pemerintah dimana para pimpinannya tidak bisa naik kalau >> tidak mendapat 'restu' dari pemerintah. Akan tetapi organisasi-organisasi >> remaja masjid juga majlis-majlis taklim yang tumbuh pada masa itu tidak >> demikian. >> >> Organisasi-organisasi itu bersifat independen dengan struktur organisasi >> yang cair. Akan tetapi pertumbuhan anggotanya sangat luar biasa. Karena >> itulah semua organisasi dakwah "liar" itu harus segera >> dikontrol. Pendekatan awal pemerintah adalah berusaha menyatukan semua >> organisasi dakwah tersebut dalam sebuah organisasi atau perhimpunan >> formal >> dimana kemudian pemerintah bisa mengontrolnya melalui organisasi >> tersebut. >> Danpemerintah pun merestui organisasi tersebut bahkan memfasilitasinya >> dengan menempatkan organisasi-organisasi tersebut untuk berkantor di >> masjid >> negara Istiqlal[9]. Akan tetapi eksperimen ini gagal, para aktivis yang >> berusaha menjaga jarak dengan pemerintah menolak mengikuti gagasan >> tersebut. >> >> Dan intelejen pun kemudian menggunakan pendekatan lain yang intinya >> memamfaatkan potensi kekuatan dari kelompok-kelompok dakwah tersebut >> dimana >> kemudian mereka bisa dimamfaatkan untuk kepentingan rezim. Akan tetapi >> mereka harus dikebiri terlebih dahulu kekuatan untuk melumpuhkan potensi >> ancamannya. >> >> Dan Bakin pun menugaskan Soeripto untuk menjalankan tugas ini dan >> mengangkatnya sebagai Ketua Tim Penanganan Masalah Khusus >> Kemahasiswaan DIKTI/Depdikbud pada tahun 1986-2000[10] .Tugas dan misi >> khusus yang diemban Soeripto adalah membentuk jaringan organisasi radikal >> Islam baru di kalangan remaja masjid dan gerakan kampus yang berada >> dibawah >> binaan dan pengawasan intelejen.Proyek ini sendiri pada dasarnya adalah >> kelanjutan proyek yang dikerjakan oleh Kol Pitut Soeharto atas perintah >> Ali >> Moertopo. >> >> Soeripto pria kelahiran 20 November 1936 ini merupakan kader Partai >> Sosialis Indonesia (PSI) dengan masuknya ia dalam keanggotaan Gerakan >> Mahasiswa Sosialis (GMSos) pada tahun 1957. Ia kemudian bergabung oleh >> Kodam >> Siliwangi sebagai kader militer Sukarela pada tahun 1967 dan dibawah >> pembinaan Kharis Shuhud. Soeripto kemudian menjadi kader intel binaan >> Pangkowilhan (Wijoyo Suyono, Soerono dan Wahono), dan secara struktur >> dibawah komando Yoga Sugama di Bakin yang waktu itu dipimpin Sutopo >> Juwono. >> Sempat menduduki jabatan >> sebagai Kepala Staff Bakin dan Sekretaris Lembaga Studi Strategis / >> Wanhankamnas dan menjadi utusan khusus Pemerintah RI untuk normalisasi >> hubungan dengan RRC pada tahun 1981.Saat ini Soeripto memegang jabatan di >> DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan menjadi anggota DPR-RI asal >> partai >> ini. Untuk menjalankan misinya Soeripto merekrut Helmy Aminuddin putra >> dari >> Danu Muhammad Hasan. >> >> Helmi Aminuddin sebelumnya menjabat sebagai Mentri Luar Negri NII >> fraksi Adah Djaelani sebelum akhirnya ditangkap dalam sebuah operasi oleh >> Kopkamtib pada tahun 1980 dan ia kemudian ditahan tanpa pernah diajukan >> ke >> pengadilan di Rumah Tahanan Militer Cimanggis sebelum akhirnya ia >> akhirnya >> dibebaskan antara tahun 1983-1984[11]. Selepasnya dari penjara Helmy >> Aminuddin yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majlis Syuro Partai >> Keadilan >> Sejahtera (PKS)[12] berada di bawah binaan Soeripto lalu kemudian dikirim >> ke >> Timur Tengah untuk mempelajari mengadopsi ajaran dan manhaj serta >> berhubungan langsung secara organisasional dengan gerakan Ikhwanul >> Muslimin >> faksi >> Qiyadah Syaikh Sa'id Hawwa pimpinan Ikhwanul Muslimin cabang Suriah >> sekitar tahun 1985. Dimana sepulangnya dari sana dibawah dukungan Bakin >> dan >> arahan dari Soeripto dibentuklah Jamaah Tarbiyah pada antara tahun >> 1987-1988 >> dengan doktrin utama dari pemikiran Sa'id Hawwa yang diterjemahkan >> menjadi >> beberapa seri buku Allah, Ar Rasul , Al Islam dan Jundullah dan >> diterbitkan >> oleh Al Ishlahy Press yang menjadi bacaan wajib para kader inti gerakan. >> >> Helmy Aminuddin sendiri kemudian menjadi Mursyid 'Aam[13] Jama'ah >> Tarbiyah >> pada tahun 1991. Tujuan pertama pembentukan kelompok ini adalah >> menyatukan >> semua kelompok-kelompok dakwah masjid dalam satu kelompok besar yang >> dikendalikan intelejen. Salah satu kesulitan utama pemerintah mengontrol >> organisasi-organisasi ini adalah karena mereka bersikap independen dimana >> masing-masing organisasi memiliki struktur , cara dan metode >> masing-masing >> yang berlainan antara satu dengan yang lain. Dengan metode penyeragaman >> yang >> dilaksanakan oleh jama'ah tarbiyah maka seluruh organisasi masjid >> tersebut >> bisa dikontrol dengan mudah dengan cukup memegang pucuk pimpinannya saja. >> >> Tujuan kedua adalah mencegah kebangkitan kekuatan Islam. Dua unsur >> utama yang menjadi syarat bangkitnya kekuatan Islam adalah dukungan dari >> ummat dan persatuan antar komponen aktivis islam. Karena itu kekuatan >> organisasi masjid didesain untuk menjadi organisasi eksklusif dan elitis >> yang cuma terfokus ke dalam[14].Selain itu hubungan dengan kelompok >> dakwah >> lain didesain untuk selalu berada dalam suasana yang tidak harmonis >> bahkan >> dipenuhi prasangka dan kecurigaan bahkan kebencian yang akut. >> >> Dengan pembinaan dengan metode cuci otak maka secara instan kader- >> kader kelompok ini bisa dicetak dengan cepat.Untuk menunjang penyebaran >> ideologinya maka diterbitkanlah majalah Sabili[15] pada tahun 1987 >> kemudian >> juga penerbitan Gema Insani Press yang menyebarluaskan paham radikal ini >> melalui media dan penerbitan buku-buku ideologis dengan harga yang sangat >> murah padahal dengan mutu cetakan yang cukup mewah karena mendapat >> subsidi. >> Majalah Sabili sendiri beredar secara luas walaupun tidak dilengkapi >> dengan >> SIUPP[16] dan dijual dengan harga hanya 600 rupiah padahal dengan mutu >> kertas yang bagus plus nyaris tanpa iklan. Dan buku-buku terbitan GIP >> pada >> masa itu dijual dengan mulai harga 600-5500 rupiah saja (katalog >> tahun 1991) sehingga terjangkau oleh kantong pelajar dan mahasiswa bahkan >> akhirnya bersama penerbitan buku-buku sealiran yang lain , buku-buku >> harokah >> pun menggusur buku-buku islam yang lain. >> >> Dan para aktivis dakwah masjid yang terbiasa dengan pola musyawarah >> dan penyeimbangan kekuatan tiba-tiba dikejutkan oleh aksi-aksi pengambil >> alihan khas intelejen dilakukan oleh aktivis jamaah taribyah seperti >> mobilisasi massa, black propaganda, penculikan aktivis, teror dan >> intimidasi >> dll[17] >> >> Dan ketika berhasil mengambil alih kekuasaan kelompok ini kemudian >> langsung melakukan aksi-aksi pembersihan dan penyeragaman. Paham ukhuwah >> digantikan dengan paham ashobiyah seluruh aktivis yang tidak mengikuti >> kelompok mereka disingkirkan demikian juga semua hubungan dengan kelompok >> dakwah lain dibekukan bahkan akhirnya kelompok-kelompok ini digusur dari >> masjid. Seluruh aktivitas dakwah yang berhubungan dan/atau melibatkan >> partisipasi masyarakat dihentikan. Aktivitas masjid hanya diarahkan untuk >> pembinaan internal demi >> mencetak sebanyak-banyaknya kader militan dan radikal di masjid. >> Kelompok-kelompok diskusi dibubarkan dan metode pengkaderan digantikan >> dengan indoktrinisasi. >> >> Aktivis masjid pun seketika itu menjadi sebuah komunitas yang asing >> bagi masyarakat Isu-isu kemasyarakatan tidak lagi menjadi perhatian. Isu >> masalah jenggot pun menjadi sangat pentingnya sampai akhirnya menggusur >> isu >> mengenai kenakalan remaja , isu jilbab menjadi agenda yang menjadi >> prioritas >> utama mengalahkan isu penyalahgunaan narkoba. >> >> Maka dengan menggunakan tangan kelompok radikal akhirnya kekuatan >> aktivis masjid pun dilumpuhkan total. Dengan hilangnya potensi ancaman >> utama >> kelompok dakwah masjid maka aktivis dakwah masjid tidak lagi dianggap >> sebagai ancaman , dan tindakan represi terhadap kelompok ini pun >> dilonggarkan. Ketika sebuah masjid jatuh ke tangan radikal maka >> intelejen pun menghentikan operasi-operasi pengawasan yang ketat pada >> mereka. Itulah sebabnya aktivitas jama'ah tarbiyah tidak pernah mendapat >> gangguan dari aparat pada masa itu walaupun mereka menyebar paham radikal >> sementara kelompok-kelompok islam lainnya justru terpaksa tiarap. Dan >> dengan >> dikuasainya masjid-masjid oleh kelompok radikal maka peristiwa pendudukan >> gedung DPR RI oleh gabungan massa dari berbagai ormas pemuda dan remaja >> islam seperti pada waktu penolakan RUU Perkawinan pun tidak perlu >> dikuatirkan lagi[18]. >> >> Ketaatan yang kuat di kalangan jama'ah tarbiyah dan kelompok radikal >> islam lainnya pada pucuk pimpinannya memudahkan pemerintah untuk >> mengawasi >> dan mengendalikan kelompok-kelompok ini, karena dengan cukup memegang >> kepalanya saja maka seluruh anggotanya akan tunduk dan patuh. Paham >> eksklusif kelompok radikal menjadi penentu sukses penggunaan metode >> "pecah >> belah dan kuasai" kelompok-kelompok Islam melalui ideologi kaum harokah >> yang >> menolak perbedaan dan keberagaman serta paham dominasi terhadap kelompok >> lain maka >> hubungan antar organisasi dakwah pun berada dalam suasana yang tegang dan >> penuh kecurigaan antar sesama mereka bahkan lebih jauh lagi cenderung >> pada >> kondisi untuk saling menghancurkan dan menjatuhkan satu sama lain. >> >> Tapi ada tujuan lain yang lebih penting dari pembentukan kelompok >> radikal ini yaitu menyediakan cukup banyak orang-orang bodoh yang bisa >> dimamfaatkan juga dikorbankan oleh intelejen. Kalangan intelejen adalah >> sebuah kelompok yang selalu bergerak di balik layar.Kerahasiaan adalah >> poin >> utama dalam semua operasi-operasi mereka, bahkan seringkali karena sangat >> rahasianya Presiden pun kadang tidak tau apa yang dikerjakan mereka. >> Itulah >> sebabnya di banyak negara intelejen kadangkala berubah menjadi negara >> dalam >> negara bahkan seorang Presiden pun bisa mereka bunuh bila dianggap >> membahayakan negara (berdasarkan versi mereka), contoh kasus adalah >> terbunuhnya John F >> Kennedy presiden Amerika Serikat yang dicurigai didalangi oleh agen- >> agen intelejen dari negrinya sendiri. >> >> Karena itulah dalam setiap operasinya intelejen cenderung berusaha >> memamfaatkan dan menggunakan tangan orang lain.Personel yang terpilih >> menjadi anggota intelejen selalu merupakan kader terbaik di >> kesatuannya masing-masing karena intelejen hanya membutuhkan orang yang >> memiliki kecakapan dan kualifikasi terbaik.Oleh sebab itu sangatlah mahal >> kalau harus mengorbankan kader-kadernya sendiri. >> >> Dan kandidat paling cocok untuk menjadi pelaksana lapangan tugas dan >> aksi rekayasa intelejen adalah orang fanatik.Orang-orang fanatik selalu >> siap secara sukarela untuk mengorbankan apa saja termasuk nyawanya >> sendiri >> demi tujuan atau cita-cita ideologisnya. Mereka juga tidak terlalu banyak >> bertanya atau menuntut. Karena itulah mereka menjadi pion yang cukup >> tepat >> karena mereka bisa dengan mudah dihasut dan diarahkan melakukan suatu >> tugas >> tanpa mereka sendiri menyadarinya sekaligus bisa dengan mudah untuk >> dikorbankan dan dihabisi dengan tanpa mendapatkan kerugian apa-apa. >> >> Dan inilah yang menjawab keanehan fenomena kelompok radikal Islam di >> Indonesia dibanding kelompok serupa di luar negri.Di negara-negara >> lain kelompok radikal Islam selalu berada dalam posisi vis a vis dengan >> pemerintah yang didukung militer dan intelejen sementara di Indonesia >> malahan kebalikannya. Para tokoh radikal Islam Indonesia justru >> bermesraan dengan militer dan intelejen. Ditempatkannya mantan kepala >> staff >> Bakin menjadi pucuk pimpinan PKS sebuah partai yang didirikan jamaah >> tarbiyah dan kecenderungan pemihakan dari elite partai itu pada kandidat >> presiden dari militer memperlihatkan dengan jelas siapa sebenarnya >> mereka. >> Tapi sungguh disayangkan para pion ini tidak pernah sadar bahwa dirinya >> cuma >> pion, bahkan mereka merasa memamfaatkan bukan dimamfaatkan dalam meninjau >> hubungannya dengan militer dan intelejen. >> >> Berhentikah Aktivitas Intelejen ? >> >> Pertanyaan ini penting untuk dijawab mengingat pada masa reformasi >> seperti saat ini kalangan intelejen seakan-akan tiarap untuk cuci tangan. >> Tapi pada dasarnya operasi intelejen pada aktivis Islam tidak pernah >> berubah. >> >> Terbunuhnya Tengku Fauzi Hasbi alias Abu Jihad bersama kawannya Edy >> Saputra dan Ahmad Syaridup setelah diculik dari hotel Nisma di Waihaong, >> Ambon pada 22 Februari 2003 dimana pelakunya dipimpin oleh intel polisi >> bernama Mohamad Syarif Tarabubun memperlihatkan adanya kemungkinan >> perseteruan di tubuh intelejen RI. >> >> Abu Jihad sebenarnya adalah anggota TNI dari satuan Infantri Kodam >> Bukit Barisan yang direkrut intelejen sejak tahun 1978 untuk menyusup ke >> GAM. Belakangan ia juga ditugaskan untuk menggarap NII diantaranya >> dengan mengatur rekonsiliasi NII antara fraksi Ajengan Masduki, fraksi >> Tahmid, fraksi Abu Toto, pada bulan Agustus 1999 di Cisarua Bogor.Ini >> tentu >> saja sesuat yang janggal karena GAM tidak pernah punya kaitan dan >> hubungan >> resmi dengan kelompok Islam radikal bahkan corak mereka condong pada >> ideologi sosialis. >> >> Kasus penangkapan Umar Al Faruq tersangka teroris JI yang kemudian di >> ekstradisi ke Amerika Serikat untuk kemudian ditahan ke Baghram, >> Afghanistan, setelah sebelumnya juga dipenjara di Guantanamo, Kuba >> mengungkapkan lagi keterlibatan agen intelejen di tubuh organisasi >> Islam Radikal. Umar al Faruq ditangkap bersama seseorang yang bernama >> Abdul >> Haris yang kemudian dilepas begitu saja. Dalam perkembangannya terungkap >> bahwa ia sebenarnya adalah agen organik Bakin yang menyusup ke jaringan >> Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir di Malaysia sejak tahun 1986. >> >> Yang lebih mengejutkan lagi adalah kedua nama ini (Abu Jihad dan Abdul >> Haris) di dalam struktur Jamaah Islamiyah (JI) merupakan atasan dari >> Hambali dan Zulkarnain alias Arif Sunarso koordinator JI.Jadi apakah >> intelejen juga berperan dalam kasus terorisme yang terjadi beberapa tahun >> belakangan ini, bisa jadi waktu pula yang akan menjawab. >> > > ------------------------------------ > > Mailing list: > http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ > > Blog: > http://mediacare.blogspot.com > > http://www.mediacare.biz > > > Yahoo! Groups Links > > >