Sabili Edisi No. 16 Th XVI 26 Februari 2009/1 Rabiul Awal 1430H
Oleh: Eman Mulyatman
Perang panjang dengan Yahudi entah berlanjut sampai berapa generasi. Baik 
Israel maupun Palestina sadar dengan hal itu. Bagaimana dengan Indonesia?
Artikel DR Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis 
dari pengamatan langsung. Setelah berada tiga tahun di Israel karena menjalani 
housemanship di beberapa rumah sakit disana. Dirinya melihat ada beberapa hal 
yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi 
Pintar?"
Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari 
untuk pulang ke California, terlintas dibenaknya, apa sebabnya Yahudi begitu 
pintar? Kenapa Tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu 
kebetulan? Atau hasil usaha sendiri? 
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk PHd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, 
tesis ini memakan waktu hampir 8 tahun. Karena harus mengumpulkan data-data 
yang setepat mungkin.
Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah 
mengetahui sang ibu mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain 
piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal 
bersama suami.
Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku 
matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan 
Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?"
Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih didalam kandungan, saya 
sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikuti terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan 
matematika sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah 
cara makan. Sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam dan 
korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala 
bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan 
kepala ikan mengandung kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan 
dan pertumbuhan otak anak di dalam kandungan. Ini adalah adat orang-orang 
Yahudi ketika mengandung. Menjadi semacam kewajiban untuk ibu-ibu yang sedang 
mengandung mengkonsumsi pil minyak ikan.
"Ketika saya diundang untuk makan malam bersama orang-orang Yahudi, perhatian 
utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, 
mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet)."
Biasanya kalau sudah ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama 
di satu meja. Menurut mereka, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan 
bersama. Salad dan kacang adalah suatu kemestian, terutama badam.
Uniknya, mereka akan memakan buah-buahan dahulu sebelum memakan hidangan utama. 
Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan 
buah-buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan karbohidrat (nasi 
atau roti) dahulu kemudian buah-buahan, ini akan menyebabkan kita merasa 
mengantuk, lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan di rumah Yahudi, 
jangan sekali-kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari 
rumah mereka, menyuruh Anda merokok di luar rumah.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat 
merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, 
keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu 
penemuan yang dahsyat ditemukan oleh saintis yang mendalami bidang gen dan DNA.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka 
sangat memperhatikan makanan. Makanan awal adalah buah-buahan bersama kacang 
badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).
Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata-rata mereka 
memahami tiga bahasa yaitu Hebrew, Arab, dan Inggris. Sejak kecil mereka telah 
dilatih main piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka 
bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal 
menjadikan anak pintar.
Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran 
banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak-anak Yahudi akan diajar matematika 
berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan 
Stephen, perbandingan anak-anak di Calfornia, dalam tingkat IQ-nya bisa 
dikatakan 6 tahun kebelakang!
"Segala pelajaran akan dengan mudah ditangkap oleh anak Yahudi. Selain dari 
pelajaran tadi, olahraga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang 
diutamakan ialah memanah, menembak, dan berlari. Menurut teman saya ini memanah 
dan menembak dapat melatih otak memfokus sesuatu perkara disamping mempermudah 
persiapan membela negara."
"Selanjutnya perhatian saya menuju ke sekolah tinggi (menengah) disini 
murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan 
produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap 
diteliti dengan serius. Apalagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis, 
dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang yang lebih tinggi."
"Satu lagi yang diberi keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh 
terperanjat melihat mereka begitu agresif dan serius belajar ekonomi. Di akhir 
tahun di universitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus 
mempraktekkannya. Dan Anda hanya akan lulus jika tim Anda (10 pelajar setiap 
tim) dapat keuntungan sebanyak US$ 1 juta! Anda terperanjat? Itulah 
kenyataannya."
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang 
cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan 
semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di 
Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina? Terjawab sudah mengapa 
agresi Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada 
pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat 
Holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang. Hampir setengah darinya 
adalah anak-anak.
Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak 
bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, seusai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismail 
Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah 
hafidz al-Qur'an.
Anak-anak yang sudah hafal 30 juz al-Qur'an ini menjadi sumber ketakutan Zionis 
Yahudi. "Jika dalam seusia muda itu mereka sudah menguasai al-Qur'an, bayangkan 
20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang 
di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika anak Palestina menjadi para penghapal al-Qur'an. Kondisi Gaza 
yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens 
berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada yang main playstation atau game. Namun 
kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghapal yang masih begitu belia. 
Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghapal al-Qur'an itu 
telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. 
Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. 
Ambil contoh tetangga kita yang terdekat, Singapura.
Contoh yang penulis ambil sederhana saja, rokok. Benarkah merokok dapat 
melahirkan generasi "goblok"? Kata goblok diambil bukan dari penulis, tapi kata 
itu dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti yang 
menyokong teori ini. "Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu. 
"Jika Anda ke Jakarta, dimana saja Anda berada; dari restoran, teater, kebun 
bunga hingga ke museum, hidung Anda akan segera mencium asap rokok! Dan harga 
rokok? Cuma 70 sen dolar! Hasilnya! Dengan penduduk berjumlah jutaan orang, ada 
berapa banyakkah universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? 
Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? 
Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Di tangga 
berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia? Adakah ini bukan 
akibat merokok? Anda pikirlah sendiri?"

faisal.Cool


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke