At 01:25 +0700 6/16/05, Harry Sufehmi wrote:
Ah yang bener :)
Ya kalau nggak mau kalah, ya silahkan sumbang software
open office. Silahkan deh. Nggak ada yang melarang.
Memang nggak ada yang melarang, tapi, nggak ada yang mau terima :)
Misalnya, ini salah satu client saya sudah selesai dipersiapkan
untuk migrasinya ke Linux, termasuk ke OpenOffice. Setup server,
workstation, training, dukungan dari manajemen sudah didapat, dst.
Tinggal pencet tombol saja istilahnya.
Tapi karena sudah terlanjur "kecanduan" MS-Office, tetap saja mereka
tidak mau memencet tombol itu. Padahal bukan dikasih gratis, mereka
sudah bayar saya untuk mempersiapkan itu semua. Malah rugi mereka
kalau tidak memanfaatkannya. Tapi, ternyata tingkat ketagihan
MS-Office mereka memang sudah sangat kronis :)
hmm. misalnya gini. orang indonesia biasa makan nasi. orang amerika
biasa makan roti. apakah pantas orang indonesia dibilang ketagihan
nasi, karena ketika tinggal di amerika, mereka tidak bisa kenyang
kalau makan roti?
sama kayak saya biasa pake text editor buat edit html. ketika
disodorin adobe go-live, yang ada juga frustrasi, karena tetap bisa
melakukan pekerjaan lebih cepat dengan simple text editor, sementara
pake go-live itu harus belajar lagi dan lebih lambat.
sama kasusnya kayak misalnya memaksa menggunakan open office. selama
tidak ada insentif menggunakannya, ya kenapa harus pindah ke ms
office? itu yang jadi benturan waktu saya berusaha kampanye open
office di tempat kerja. harus ada insentif, dan kalau perlu
punishment kalau menggunakan pirated software.
penggunakan kata ketagihan itu yang saya rasa kurang tepat.
--
I solemnly swear that I'm up to no good
http://data.startrek.or.id
http://kiozk.com