On 12/23/05, Budi Rahardjo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
maaf mungkin pola berpikir kita berbeda.
saya warga dunia ... bukan hanya warga indonesia saja.
sayang kalau kita tidak peka kepada masalah orang banyak,
masalah umat manusia.


Selamat datang ke dunia paradox, Pak. Ngurusin kepentingan "orang banyak"  VS ngurusin kepentingan "diri sendiri" .  kalau kita ngurusin kepentingan diri sendiri sebenarnya kita ngurusin kepentingan orang banyak. kalau kita ngurusin kepentingan orang banyak, sebenarnya kita itu lagi ngurusin kepentingan diri sendiri.

Misalnya, kalau saya punya banyak dollar, dan rupiah lagi lemah. Apa saya harus senang apa sedih? kalau saya ngurusin kepentingan orang banyak, harus sedih, tapi kalau ngurusin kepentingan diri sendiri, harusnya saya senang. Tapi menurut Adam Smith, saya harus senang. Kenapa? karna itu tindakan ekonomi, perekonomian di drive oleh market. Itu yang namanya "invisible hand". dengan begitu market jadi bagus, dan baik buat kepentingan orang banyak.

Tapi contoh itu berlaku untuk free competition seperti amerika. Nah Indonesia gimana? apakah free competition?  atau gimana? society nya gimana?  itulah pentingnya harus tau realita di Indonesia itu gimana. Tidak asal menjiplak apa yang ada di luar negri.

Kalau menurut hukum paradox, di Indonesia terlalu banyak yang mikirkan kepentingan orang banyak. :)  masih ingat semangat gotong royong? musyawarah untuk mufakat?  hasilnya apa? KKN kan?

welcome to the world of paradox.

--
Pakcik
Under Construction

Kirim email ke