On 3/11/2006 at 7:09 PM Achmad Husni Thamrin wrote:
On 3/11/06, James A <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Jangan mimpi, tidak akan ada Google di Indonesia. Anak cucu kita tidak akan tahu apa itu Google,
Yahoo, dan sebagainya. Semuanya tidak akan melek internet.

Ini argumen model slippery slope. Kalau mau lebih seru (slippery) lagi, ya bahkan jalan-jalan pun harus diblokir karena mungkin memfasilitasi kemaksiatan. Bukan begitu?
 
LOL.


>Kembali ke topik, bagaimana caranya supaya Indonesia bebas dari fakir banwidth?
>Sekarang ini bandwidth domestik pun masih mahal, apatah lagi bandwidth internasional.
Lewat satelit bisa agak murah. Saya kemarin ini survey untuk sekolah2 Depok, ada yang US$ 700 (512 Kbps), ada yang US$ 1000 (1024 Kbps), dst.
Masih mahal dibanding LN, tapi masih lebih murah daripada harga yang ada saat ini.
 

>Yang saya liat berpotensi untuk memperlebar bandwidth domestik antar kota dalah operator-operator seluler dan PLN karena mereka membentang fiber. Pangsa pasar mereka untuk >komunikasi data domestik di Indonesia berapa besar ya? Kalau persaingan tambah ketat, ya seharusnya konsumen yang menikmati harga yang lebih murah.
 
Tapi mereka tidak bisa (tidak tertarik ?) untuk jualan retail. Mereka lebih senang membidik pangsa pasar corporate sepertinya.


>Untuk last-mile, praktis PT Telkom lah yang tentukan. Sekarang ISP-ISP boleh pasang perangkat mereka di switchnya PT Telkom? Kalau masih belum, saya pikir bandwidth antar kota >engga akan  banyak terserap konsumen SOHO. Sekarang lebih dari 70% usaha di Vietnam sudah tersambung ke Internet menggunakan ADSL. Indonesia kapan seperti begini ya?
Yah, ini bisa dibilang mimpi sih... hehe, tapi saya sangat berharap mimpi ini bisa segera jadi kenyataan.
 
 
Salam,
Harry

Kirim email ke