> > > Misalnya XYZ company bikin next-gen chips, biasanya hiring 80% engineer > > dengan kualitas B di India, sedangkan 20%nya yang kualitas A baru di > > AS. > > > tapi lagi2 jangan disepelekan 80% engineer kelas B di India, it can be > nightmare buat yang 20% di USA, karena secara prinsip kalau kwantitasnya > cukup banyak tingkat keberhasilannya cukup tinggi di banding dengan hanya > focus pada kwalitas saja. Ingat Cina/India kirim ribuan mahasiswa tiap
Untuk upgrade dari engineer kelas B ke kelas A kan sebenarnya hanya fasilitas dan kesempatan saja, kalau di drill terus2an jelas Eng kelas B bakal jadi engineer kelas A. Jadi dalam janga panjangnya, sebenarnya persh2 AS/Eropah itu mendidik secara gratis Engineer2 yunior yang berada di Asia. > tahunnya untuk sekolah untuk study di luar negera mereka pada 1 atau 2 > dekade yang lalu dan yang dikirim ngga selalu yang pinter2 aja tapi juga > yang sedang2 aja, dan hasilnya mereka leading, tapi ini ngga berlaku buat > indonesia karena hanya focus memberikan kesempatan beasiswa pada yang > pintar2 saja dan jumlahnya kan juga sedikit jadi hasilnya orang pinternya > makin mengerucut, saya fikir concept yang di pakai amerika spt yang carlos > bilang akan kembali makan tuan, jadi nantinya bisa jadi expertnya cuman > branding doang donk los.... hehehehe > > Jadi disitu "balance"nya. Alias , engineer dengan kemampuan sedang2 > > saja akan tetap sulit dapatkan kerjaan di AS, tapi engineer dengan > > kualitas yunior di India, akan gampang sekali dapat kerjaan. > > > dan semakin tidak tertutup kemungkinan kalau tingkat pengangguran makin > tinggi di amerika, well nantinya bisa donk bayar Bule amerika murah, karena > kalau ngga mau yaa ngga punya kerjaan, Wah mas Adjie. Ini sudah terjadi ! makanya mereka lebih cenderung ke bidang non-engineering karena gak perlu berkompetisi dengan imigran2 dari asia. Carlos