David Sudjiman wrote:

adi wrote:
btw, demokrasi yang kebablasan itu seperti apa sih? maksudnya
sudah ada demokrasi, terus jadi ngawur, atau gimana? apa pun
jawabannya, ya tetap saja ngawur, alias tidak pernah ada demokrasi.

Pak Adi,

Demokrasi yang kebablasan itu, pake contoh aja ya.

- Mbikin komik pake tokoh agama tertentu, katanya kebebasan berbicara. (yang ini bukan di indo)
- Mardi Grass, pawai gay, katanya bebas. (yang ini di Oz)
- Majalah Playboy, Katanya kebebasan pers.
- Kawin sejenis, katanya bebas milih.
- dsb.

Yah, gitu lah. Sebenarnya ini nyambung dari thread saya yang lain. Kalo system nda jalan beres, semua orang trus boleh ngomong/berkalu seenaknya itu nda bener. Kalo katanya demi demokrasi trus semua orang boleh punya agama apa aja tanpa aturan itu juga nda boleh. Gimana aturan maennya deh diliat dulu.

Lha kasusnya di Indo, mentang2 ada demokrasi, makin banyak aja tuh majalah seronok dijalanan. Eh, pada tahu koran Pos Kota kan. itu koran atu 'hiburan' keneh hehehehhe

Saya inget waktu SMP diajarin ttg demokrasi terpimpin.


Demokrasi terpimpin itu ajaran kaum munafik.
Kalau yang namanya demokrasi itu ya tiap
orang bebas bersuara. Suara tiap orang lalu
di kelompokkan. Kelompok dengan suara terbanyak
harus diikuti kemauannya.

Kalau kelompok dengan suara terbanyak bisa
di "pimpin" oleh seseorang itu sih bukan
demokrasi. Itu namanya munafik. Mau memerintah
sebagai diktator tapi pakai topeng kehendak
orang banyak.

Ajaran-ajaran Suharto selalu bikin darah saya mendidih.
Jarang deh ada orang yang lebih munafik dari Suharto.

Kirim email ke