On Fri, May 05, 2006 at 05:00:29PM +0200, Made Wiryana wrote:
> On 5/3/06, The_Eye_in_The_Sky <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >Mohon maaf kalo ngomong cabul :P
> >Tapi sebetulnya penyedia konten pornografi lokal itu banyak, teriring
> >dengan relatif murahnya pekerja sex lokal dan ketidaktahuan si PSK bahwa
> >Internet bisa menggandakan penjualan dengan e-economy (kalau tahu, bisa
> >jual mahal dong, paling gak pasang blog atau online booking system).
> >Hanya saja karena kebanyakan ASP di Indonesia tidak mau hosting content
> >ini, mereka pasang di luar. Jadi otomatis "devisa" bandwithnya termakan
> >keluar...heheheh.
> 
> 
> Ini yg saya maksud boss, content XXX ada tapi di hosting di luar, soalnya
> supaya ndak bisa ketangkep.

sebenarnya (ceteris paribus) sama saja antara:
- memfasilitasi dengan menambah bandwidth (international)
- memfasilitasi dengan mengijinkan membangun situs XXX lokal

kalau kalkulasi moral/spiritual ikut masuk, memang agak refots :-)
apalagi kalau disertai public violence (kok polisi diem saja ya
thd terror2 jenis ini? padahal institusinya sudah jelas dan dilakukan
dengan gamblang, katanya public violence yang kasat mata tidak perlu
menunggu laporan/pengaduan untuk ditindak he..he..). anggap saja, sebagai
analogi, seperti kampanye kondom (hi..hi..)

seperti linus yang menentang konversi GPLv2 ke GPLv3 karena menurut
dia solusi multidimensi (software vs DRM) itu absurd, mestinya kalau
memang anti drm, yang bisa dilakukan adalah meng-encourage orang untuk
membuat konten (film, musik) yang free, bukan dengan membuat lisensi
yang lebih strict.

jadi, buat situs alternatif (yang menurut anda lebih positif) yang lebih
menarik dibanding situs XXX. jangan melakukan sebaliknya (_memaksakan_
kehendak dan berlaku/mengaku-aku sebagai polisi moral). walaupun kenyataanya
kita ini _jauh_ lebih liberal dibanding, misalnya, AS untuk soal ini.
Hanya saja, AS lebih eksplisit, sedangkan di sini, asal tidak diomongkan
secara eksplisit, walaupun dampaknya lebih buruk, dianggap ok. Seperti
kalau di milis-milis, seringkali ada anjuran: udah .. jangan berantem.
lho .. debat/diskusi kok dibilang berantem he..he.. maunya itu selalu
seiya-sekata, yang kadang-kadang menjurus ke fascisme.

contohnya? ya itu, memfasilitasi dengan menaikkan bandwidth dianggap
lebih ok. Itu kalau benar bahwa akses ke situs-situs XXX sebagai
pemakan bandwidth (ha..ha..).

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

Kirim email ke