Gue punya satu renungan tentang karet gelang (bukan karet
yang lain lho......he....he........he.......) semoga ini bermanfaat  bagi
semua .



                KARET GELANG
                Suatu kali saya membutuhkan karet gelang. Satu saja. Shampoo
yang akan saya bawa tutupnya sudah dol. Harus dibungkus lagi dengan plastik
lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak bisa berabe.  Isinya bisa
tumpah ruah mengotori seisi tas. Tapi saya tidak menemukan sebiji pun karet
gelang.  Di lemari tidak ada. Di gantungan-gantungan baju tidak ada.  Di
kolong-kolong meja juga tidak ada. Saya jadi kelabakan.  Apa tidak usah bawa
shampoo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet.
Sudah ditunggu yang jemput lagi. Akhirnya saya coba dengan tali kasur, tidak
bisa.
                Dipuntal-puntal pakai kantong plastik, juga tidak bisa.
Waduh, karet gelang yang biasanya saya buang-buang, sekarang malah bikin
saya bingung.
                Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba
menjadi begitu penting.
                Saya jadi teringat pada seorang teman waktu di Yogyakarta
dulu. Dia tidak menonjol, apalagi berpengaruh.  Sungguh.  Sangat biasa-bisa
saja.  Dia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi.
Dia hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.  Itu pun
kadang-kadang salah.
                Kemampuan dia memang sangat terbatas. Tetapi dia sangat
senang membantu orang lain; entah menemani pergi, membelikan sesuatu, atau
mengeposkan surat. Pokoknya apa saja asal membantu orang lain, ia akan
kerjakan dengan senang hati.  Itulah sebabnya kalau dia tidak ada, kami
semua, teman-temannya, suka kelabakan juga.  Pernah suatu kali acara yang
sudah kami persiapkan gagal, karena dia tiba-tiba harus pulang kampung untuk
suatu urusan. Di dunia ini memang tidak ada sesuatu yang begitu kecilnya,
sehingga sama sekali tidak berarti.  Benda yang sesehari dibuang-buang pun,
seperti karet gelang, pada saatnya bisa menjadi begitu penting dan
merepotkan.
                Mau bukti lain?  Tanyakanlah pada setiap pendaki gunung, apa
yang paling merepotkan mereka saat mendaki tebing curam?  Bukan teriknya
matahari.  Bukan beratnya perbekalan.  Tetapi kerikil-kerikil kecil yang
masuk ke sepatu.
                Karena itu, jangan pernah meremehkan apa pun.  Lebih-lebih
meremehkan diri sendiri.   Bangga dengan diri sendiri itu tidak salah.  Yang
salah kalau kita menjadi sombong, lalu meremehkan orang lain. 

Kirim email ke