..punten bilih aya nu teu acan ngaos buletin Al-Islam..edisi 304  sae geura
isina
ngan sakali deui punten teu di sunda keun......


SYARIAH DAN KHILAFAH
ADALAH SOLUSI
Buletin al-Islam Edisi 304

Majalah Gatra No. 25/XII/6 Mei 2006 mengangkat laporan menarik tentang 
penerapan syariat Islam dengan topik utama, \\\"Negeri Syariah Tinggal 
Selangkah.\\\" Gatra mengangkat sejumlah gejala di berbagai daerah di 
Indonesia tentang penerapan syariat Islam. Bulukumba, Pangkep, Gowa, dan 
Wajo, misalnya, seolah berlomba membuat Peraturan Daerah (Perda) 
Syariah. Upaya serupa berkembang di Provinsi Banten dan Riau; juga di 
beberapa kabupaten/kota semisal Cianjur, Tasikmalaya, Pamekasan, 
Mataram, dan Dompu. Di Kota Tangerang lahir Perda Pelacuran, sementara 
di Depok dan DKI Jakarta muncul Raperda Anti-Maksiat.

Pada saat yang sama, beberapa bulan terakhir ini ada keinginan yang kuat 
dari mayoritas umat Islam agar DPR segera mengesahkan Rancangan 
Undang-Undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP). Keinginan ini, 
oleh sebagian kalangan, dianggap sebagai cerminan dari keinginan 
kalangan yang pro syariah.

Berbagai gejala dan peristiwa di atas seolah menegaskan hasil survei 
nasional yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat, 
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta beberapa waktu lalu, yaitu 
mengenai tingginya dukungan masyarakat pada tawaran penerapan syariat 
Islam. Dari 2001 hingga 2004, kecenderungan terhadap tawaran penerapan 
syariat Islam semakin naik, bahkan mencapai di atas 70 persen.

Seperti biasa, tanggapan terhadap gagasan/ide maupun praktik penerapan 
syariat Islam selalu menimbulkan kesalahanpahaman, kecurigaan, bahkan 
kebencian dari sebagian kalangan. Berbagai tudingan negatif terhadap 
syariat Islam pun kembali mencuat; mulai dari yang klasik seperti 
tuduhan bahwa syariat Islam akan memecah-belah bangsa, mengancam 
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menimbulkan konflik 
horisontal sampai tuduhan baru seperti \\\'talibanisasi\\\', 
\\\'wahabisasi\\\', atau \\\'arabisasi\\\'. Mengapa selalu ada kalangan 
yang begitu menaruh kecurigaan yang berlebihan-bahkan tudingan 
miring-terhadap syariat Islam? Setidaknya ada dua jawaban.

Pertama: karena faktor ketidaktahuan dan kesalahpahaman sebagian 
kalangan terhadap kebaikan syariat Islam. Ini, seperti yang diungkap 
oleh Juri Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, adalah 
wajar karena proses pendidikan politik tentang syariat Islam di kalangan 
umat belum utuh. Buktinya, kebanyakan kalangan yang menolak syariat 
Islam sering menyamakan syariat Islam dengan hukum potong tangan, hukum 
rajam, dan hukum cambuk saja. Padahal, meski semua itu memang bagian 
dari hukum Islam, syariat Islam jelas mengatur seluruh aspek kehidupan: 
akidah dan ibadah; akhlak, makanan, pakaian, dan minuman; sanksi hukum 
bagi pelaku kriminal; ekonomi, politik, pemerintahan, sosial, 
pendidikan, dll. Ketidaktahuan dan kesalahpahaman terhadap kebaikan 
syariat Islam ini, sayangnya, justru sering muncul dari kalangan umat 
Islam sendiri. Mereka, misalnya, banyak yang tidak menyadari bahwa hukum 
Islam seperti potong tangan bagi pencuri atau cambuk/rajam bagi pezina, 
jika diberlakukan, di samping akan menimbulkan efek jera dan melindungi 
masyarakat dari tindakan kriminal serupa, juga menjadi penebus dosa bagi 
pelakunya sehingga ia tidak akan diazab lagi di akhirat. Yang ada dalam 
benak mereka hanyalah bahwa hukum Islam seperti itu \\\'bengis\\\', 
kejam\\\', \\\'tidak manusiawi\\\', dan bertentangan dengan HAM.

Kedua: faktor kebencian terhadap syariat Islam. Kebencian mungkin saja 
muncul awalnya karena ketidaktahuan terhadap syariat Islam, tetapi bisa 
juga karena memang sejak awal sudah ada rasa ketidaksukaan bahkan 
permusuhan terhadap syariat Islam dan umatnya. Sikap ini biasanya muncul 
dari orang-orang kafir, terutama kafir penjajah. Mereka tidak akan 
pernah suka kalau Islam mengatur kehidupan ini karena itu berarti akan 
mengancam dominasi/hegemoni mereka atas kaum Muslim-baik secara 
ideologis, politis, ekonomi, budaya, dll-yang selama ini mereka bangun 
dan mereka pertahankan dengan sussah-payah. Kebencian ini sebetulnya 
lebih merupakan warisan sejarah masa lalu. Kita tahu, sejarah masa lalu 
menuturkan fakta, bahwa sejak kekalahan yang terus berulang dalam Perang 
Salib (Perang Islam-Kristen) pada masa lalu, kaum penjajah Barat kafir 
sering menjelek-jelekan Islam dan melontarkan berbagai tuduhan miring 
terhadap syariat Islam.

Kebencian masa lalu terungkap, misalnya, dalam penyataan ilmuwan Prancis 
Count Henri Dicastri, \\\"Saya tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh 
umat Islam jika mereka mengetahui sejarah Abad Pertengahan dan mengerti 
isi syair-syair dari penggubah lagu-lagu gereja. Seluruh lagu-lagu kami, 
yang ditulis hingga abad ke-12, menghasilkan satu pemikiran: ….semuanya 
berisi kebencian terhadap umat Islam…Semua lagu-lagu 
ini-akibatnya-memperkuat gambaran yang salah tentang Islam dalam pikiran 
masyarakat. Banyak syair yang menggambarkan kaum Muslim sebagai 
penyembah yang idiot, musyrik, kafir, orang murtad.\\\"

Kebencian itu pula yang terus diwariskan oleh kafir penjajah kepada 
generasi mereka saat ini. Mereka, misalnya, sering melontarkan 
propaganda dan tuduhan bahwa syariat Islam itu \\\'kejam\\\', 
\\\'bengis\\\', dan \\\'barbar\\\'; Islam itu identik dengan terorisme 
(sebagaimana pernah diucapkan secara tersirat oleh George W Bush); Islam 
itu ideologi setan (seperti pernah diucapkan oleh PM Inggris Tony 
Blair); Khilafah itu negara otoriter; dsb. Mendukung upaya 
pencitraburukan syariat Islam ini, Ariel Cohen, Ph.d, misalnya, dalam 
rekomendasinya yang diterbitkan oleh The Heritage Foundation menyatakan, 
bahwa AS harus menyediakan dukungan pada media lokal untuk membeberkan 
contoh-contoh negatif dari aplikasi syariat, seperti potong tangan untuk 
kejahatan ringan kepemilikan alkohol di Chechnya, keadaan Afganistan di 
bawah Taliban atau Saudi Arabia, dan tempat lainnya. Perlu juga diekspos 
perang sipil yang dituduhkan kepada gerakan Islam di Aljazair. (Hizb 
ut-Tahrir: An Emerging Threat to U.S. Interests in Central Asia).

Sayangnya, umat Islam banyak yang terjebak dengan berbagai propaganda 
dan tuduhan jahat semacam ini yang sering dilontarkan oleh musuh-musuh 
Islam. Banyak di antara mereka yang kemudian merasa menjadi tertuduh, 
lalu terpengaruh, dan kemudian berbalik menaruh kebencian yang sama 
terhadap syariat Islam, sebagaimana musuh-musuh Islam. Padahal, umat 
Islam seharusnya melawan propaganda dan tuduhan jahat yang dilontarkan 
kalangan penjajah kafir tersebut. Dengan sikap umat Islam yang cenderung 
merasa menjadi tertuduh, lalu terpengaruh, dan kemudian berbalik menaruh 
kebencian yang sama terhadap syariat Islam, semua itu akhirnya hanya 
menguntungkan kalangan kafir penjajah. Sebab, justru itulah yang 
dikehendaki mereka, yakni agar umat Islam membenci agamanya sendiri. 
Dengan demikian, dalam hal ini, strategi mereka berhasil.

Bersikap Jujur Pada Sejarah

Kalau kita membaca buku-buku sejarah di seputar syariah dan Khilafah 
Islam yang ditulis oleh para sejarahwan yang jujur, kita akan segera 
menangkap sebuah kesimpulan, bahwa Khilafah Islam, dengan seluruh aspek 
syariah yang diterapkannya, telah mampu menciptakan kesuksesan dalam 
berbagai bidang. Banyak ilmuwan sejarah yang jujur, bahkan dari kaum 
non-Muslim sekalipun, yang mengakui kehebatan dan keagungan Khilafah dan 
syariahnya dalam menciptakan peradaban manusia yang penuh dengan 
kegemilangan. Will Durant, misalnya, menyatakan, \\\"Sepanjang masa 
Kekhilafahan Islam para Khalifah telah memberikan keamanan kepada 
manusia hingga batas yang luar biasa besarnya; menyediakan berbagai 
peluang bagi siapapun yang memerlukannya; memberikan kesejahteraan 
selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat 
lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka; menjadikan pendidikan 
menyebar luas hingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami 
kejayaan luar biasa yang membuat Asia Barat sebagai bagian dunia yang 
paling maju peradabannya selama lima abad.\\\" (Will Durant - The Story 
of Civilization).

Sementara itu, ketika membincangkan Kekhilafahan Islam yang terakhir, 
yakni Kekhilafahan Utsmani, Paul Kennedy, dalam The Rise and Fall of The 
Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000, 
menulis, \\\"Empirium Utsmani adalah lebih dari sekadar mesin militer; 
dia telah menjadi penakluk elit yang telah mampu membentuk satu kesatuan 
iman, budaya dan bahasa pada sebuah area yang lebih luas dibandingkan 
dengan yang pernah dimiliki oleh Empirum Romawi dan untuk jumlah 
penduduk yang lebih besar. Dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, Dunia 
Islam telah jauh melampui Eropa dalam bidang budaya dan teknologi. 
Kota-kotanya demikian luas, rakyatnya terpelajar, perairannya sangat 
bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki universitas-universitas dan 
perpustakaan yang lengkap dan memiliki masjid-masjid yang indah. Dalam 
bidang matematika, kastografi, pengobatan dan aspek-aspek lain dari 
sains dan industri, kaum Muslim selalu berada di depan.\\\"

Sikap Muslim Seharusnya

Kebaikan yang tercipta karena diterapkannya syariah oleh Khilafah Islam 
pada masa lalu seharusnya semakin menambah keyakinan kaum Muslim akan 
firman Allah SWT:

Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad saw.) kecuali sebagai rahmat 
bagi seluruh alam. (QS al-Anbiya\\\' [21]: 107).

Dalam ayat di atas, makna sebagai rahmat bagi seluruh alam jelas bukan 
karena faktor Muhammad saw. itu sendiri, tetapi karena faktor risalah 
(baca: syariah) yang dibawanya, yang berfungsi untuk mengatur berbagai 
aspek kehidupan umat manusia.

Sebaliknya, keburukan yang tercipta karena diterapkannya berbagai aturan 
non-syariah saat ini, yakni berbagai aturan kapaitalistik yang bersumber 
dari akidah sekularisme, seharusnya juga semakin menambah keyakinan kaum 
Muslim akan firman Allah SWT:

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka baginya adalah 
kehidupan yang sempit. (QS Thaha [20]: 124).

Maknanya, siapa saja yang berpaling dari al-Quran, yang notabene 
merupakan sumber syariat Islam, maka dia akan tertimpa kehidupan yang 
sempit. Kehidupan yang sempit yang diisyaratkan Allah sudah terbukti 
saat ini. Dalam konteks Indonesia, misalnya, terjadinya kemiskinan, 
banyaknya pengangguran, maraknya pornografi dan pornoaksi, meluasnya 
kebejatan moral (pelecehan seksual, perzinaan, pelacuran), merebaknya 
kejahatan (perampokan, pembunuhan, perjudian) dll, semua itu telah 
membuat hidup kita terasa sempit dan menyesakkan dada. Semua itu tidak 
lain adalah buah yang harus kita petik akibat kita berpaling dari 
syariat Allah dan kita lebih rela diatur dengan aturan-aturan sekular 
buatan manusia. Mahabenar Allah yang berfirman:

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik 
hukumnya selain Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).

Khatimah

Dari paparan di atas jelas, bahwa yang layak ditakuti oleh kaum Muslim 
bukanlah Islam dan syariahnya yang terbukti telah membawa rahmat bagi 
manusia, tetapi justru sekularisme dengan sistem Kapitalismenya yang 
terbukti telah menimbulkan banyak keburukan selama ini. Karena itu, jika 
secara i\\\'tiqâdi kita sudah yakin bahwa hukum Allahlah yang terbaik, 
dan secara realitas pun telah terbukti bahwa hanya syariat Islamlah yang 
membawa kebaikan, lalu mengapa kita masih meragukan syariat Islam, yang 
notabene berasal dari Allah, Zat yang Mahatahu? Sebaliknya, mengapa kita 
tetap menutup mata terhadap berbagai keburukan akibat diterapkannya 
aturan-aturan sekular saat ini yang notabene buatan manusia yang serba 
lemah? Renungkahlah, wahai Saudaraku! []

Komentar:
Amnesti Internasional menemukan, Pelanggaran HAM oleh AS makin Meluas. 
(Republika, 08/05/2006)
AS memang pelanggar HAM terbesar di dunia.








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Protect your PC from spy ware with award winning anti spy technology. It's free.
http://us.click.yahoo.com/97bhrC/LGxNAA/yQLSAA/0EHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke