Teu kudu sieun salila bisa ngagunakeun akal pikiran mah. Nananyakeun saha
Pangeran oge bisa mawa sasar lamun salah nanyana, salah nu ditanyanya atawa
salah narik kacindekanana. Tapi da kaimanan mah urusan individu
sewang-sewangan, jeung satemenna mah, kaimanan eta  "pencarian"sapanjang
hirup oge. Teu kudu sieun, barengkeun wae macaan teks-teks agama jeung
tatanya saha Pangeran (lamun masih perlu ditanyakeun).

Ngan, anu kapanggih ku kuring, dimensi panggedena dina Islam lain dimensi
politik, ideologi, ritual, atawa intelektual, tapi dimensi sosial. Ku ukuran
sosial, dimensi-dimensi lianna bisa kagigirkeun atawa katukangkeun sabab
prioritas teh dimensi sosial. Ku alesan ieu, bawirasa Syaidina Ali kw
ngaheulakeun tahkim tinimbang terus peperangan dina perang SIffin. Ku alesan
dimensi sosial oge anjeunna henteu keukeuh peuteukeuh menta hakna salaku
penerus amirul mukminin saprantos kanabian Nabi Muhammad saw rengse ku
wafatna Rosululloh saw.

Kasalahan kelompok2 anu disebut teroris teh nya teu nolih urusan sosial ieu.
Pangrasa ceuk manehna bener, batur anu teu tuah teu dosa oge kajeun maot ku
bom anu ditujukeun ka musuh, jst. Ieu memang sikep khas Khawarij ti mangsa
awalna keneh. Jeung deui, sikep sarupa kitu - umapa nujul kana "ramalan"
syaidina Ali kw (parios, upamana, kitab "Nahjul Balaghoh"), baris terus aya
nepi ka poe Qiyamah. Jadi, hareupaneun urang oge nguji kaimanan urang
sadaya, sangkan ulah kabawa ku sakaba-kaba tea. Keur aturan pokona mah,
sederhana wae: dimensi sosial kudu diheulakeun.

Jadi, bari macaan teks, tatanya ka diri sorangan ngeunaan Pangeran, kahade
ulah poho bisi aya tatangga anu can dahar dina jero sapoe, atawa
katengtremanna kagiridig ku sora motor atawa mobil urang anu tarik teung
jst.

manar

2010/8/13 Maman <manz2...@yahoo.com>

>
>
> Bisa aya tungtungna teu ? Bisa asal, nu ngaku diajar jeung memperdalam
> agama ulah loba teuing macaan teks-2 agama bisi sasar, alusna mah tanyakeun
> we heula, saha Tuhan ?
>
>
> Baktos
> mz
>
>
> ------------------------------
> *From:* Waluya <waluya2...@yahoo.co.id>
> *To:* kisu...@yahoogroups.com; urangsunda@yahoogroups.com;
> baraya_su...@yahoogroups.com
> *Sent:* Fri, August 13, 2010 8:25:32 PM
> *Subject:* [kisunda] Fw: Ba'asyir dan Pemikiran Radikal
>
>
>
> Panganteur: Kuring katarik ku artikel dihandap ieu, pedah eta lalajo
> wawancara mantan Laskar Jihad Ja'far Umar Thalib dina Metro TV pasca
> ditewakna Ba'asyir ku pulisi. Ustadz Ja'far nyebut ideologi Ba'asyir
> "sesat", malah lamun teu salah mah diisebut Khawarij. Ngareungeu eta,
> kuring jadi bingung naon atuh definisi Khawarij teh, tah kabeneran dina
> artikel ieu diterangkeun. Duka leres henteuna mah, nyanggakeun we, sakadar
> hayang babagi jeung baraya sadayana:
>
> http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=149865
>
> Ba'asyir dan Pemikiran Radikal
> [ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
>
> Oleh Yayan Sopyani Al Hadi
>
> DALAM sebuah dialog di MetroTV (Selasa, 10/8), mantan Panglima Laskar Jihad
>
> Ja'far Umar Thalib menyesatkan pemikiran-pemikiran radikal Amir Jamaah
> Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'syir. Dia bersaksi, pola pikir yang
> digunakan dan disebarkan Ba'asyir menggunakan logika takfir. Artinya,
> mengafirkan orang di luar kelompoknya. Ja'far menyebut mantan amir Majelis
> Mujahidin Indonesia (MMI) dan pengikutnya itu sebagai generasi Khawarij.
>
> Dari pernyataan Ja'far tersebut, dapat ditarik dua kesimpulan sekaligus.
> Pertama, Ja'far mengingatkan bahaya laten kelompok Khawarij yang doyan
> mengafirkan pihak lain. Dalam sejarah awal Islam, Khawarij muncul ketika
> terjadi pergolakan politik antara pemimpin Islam yang sah, Ali bin Abi
> Thalib, dan pemberontak Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.
>
> Khawarij awalnya merupakan pendukung Imam Ali bin Abi Thalib. Namun,
> setelah
> Imam Ali melakukan perjanjian dengan Muawiyyah, Khawarij menolak
> kesepakatan
> damai (tahkim) tersebut dan keluar dari barisan Imam Ali. Khawarij berasal
> dari kata kharaja yang berarti keluar.
>
> Dengan menuduh melanggar hukum Tuhan, pengikut Khawarij membunuh Imam Ali
> bin Abi Thalib dan bersembunyi di gurun-gurun pasir. Mereka melakukan
> kekerasan terhadap umat Islam yang berbeda keyakinan dan pendapatnya. Tidak
>
> jarang, tindakan mereka berakhir dengan pertumpahan darah.
>
> Kelompok Khawarij mengklaim sebagai satu-satunya juru bicara Islam yang
> paling otoriter dibanding kelompok lain. Mereka mengutuk kelompok yang
> dianggap telah melenceng dan meleset dari fondasi agama yang benar. Mereka,
>
> dengan mengungkapkan hak istimewa lebih tinggi yang didasarkan pada
> kebenaran agama, membenarkan tuntutan agar etika yang berlaku dalam
> kelompoknya ditingkatkan menjadi suatu moralitas bersama.
>
> Mereka juga menuntut dogmanya dipaksakan dengan cara apa pun, temasuk
> pembunuhan. Mereka berkeyakinan dan memastikan bahwa kebenaran agama yang
> tunggal diturunkan dengan cara yang tidak bisa dipertanyakan.
>
> Kaum Khawarij meyakini bahwa kebahagiaan dan kesempurnaan atau tujuan akhir
>
> agama adalah monopoli satu golongan tertentu atau bisa dicapai dengan
> meniti
> worldview (minhaj) dan the way of life (manhaj) kelompok tertentu. Kelompok
>
> lain juga membawa hakikat dan kebenaran, tapi hanya ada satu pemahaman yang
>
> membentangkan jalan kebahagiaan.
>
> Penganut ajaran kelompok lain, dalam pandangan Khawarij, walaupun
> keberagamaannya baik dan akhlaknya benar dalam sisi kemanusiaan, mereka
> tetap tidak bisa selamat. Karena itu, untuk meraih keselamatan, mereka
> harus
> meraih jalan sebagaimana yang ditempuh kelompok Khawarij.
>
> Argumentasi Khawarij itu didukung teologi fatalistik (aqidah jabariyah)
> yang
> menyatakan bahwa wajib mengimani Allah, tapi tidak berdasar akal. Kewajiban
>
> tersebut penting karena Allah telah memerintah kita untuk mengenali-Nya
> melaluinash. Corak pembuktian teologis itu menciptakan daur ulang yang tak
> berujung (circular reason). Imanilah Tuhan karena Tuhan telah
> memerintahkannya dalam nash. Padahal, kita tidak tahu siapakah Tuhan
> itu(?).
>
> Berbeda dari aliran Syiah yang menganggap kewajiban mengimani Allah dan
> menaati segala perintah-Nya adalah kerja akal. Pengenalan terhadap Tuhan
> harus didasari dan diawali oleh nalar rasional (aql burhani).
>
> Aliran teologi jabariyah menyatakan bahwa keselamatan hanya terdapat dalam
> lingkup karunia dan Inayah Ilahi. Ada pun upaya manusia (kasb) untuk
> mencapai keselamatan itu dianggap sia-sia dan tidak akan berhasil. Karena
> itu, konsekuensi dari keselamatan tersebut adalah harus mengetahui
> manifestasi sumber keselamatan.
>
> Manifestasi itu hanya didapat dan hanya bisa diketahui dari pemahaman nash
> yang tekstual. Tekstualisme merupakan episteme dengan metodologi pemikiran
> tekstual-eksplanatif (bayani) yang menjadikan teks suci sebagai otoritas
> penuh untuk memberikan arah dan arti kebenaran (Abed Al- Jabiry, 1991).
>
> Para tekstualis itu memahami nash Alquran dan as-sunnah dengan berpegang
> pada redaksi teks yang partikular dan terkurung pada lokalitas. Sementara
> itu, akal, bagi mereka, hanya digunakan sebagai pengaman ototitas teks
> tersebut. Karena itu, ketika berhadapan dengan teks lain atau pemahaman
> terhadap teks yang berbeda, mereka mengambil sikap mental yang dogmatik,
> defensif, dan apologetik. Begitu juga ketika berhadapan dengan the other
> yang berwujud peradaban yang modern, kosmopolit, sekuler, rasional, dan
> realitif, tindak kekerasan menjadi solusi terbaik bagi mereka untuk
> menyelesaikan problem sosial.
>
> Apakah ide Khawarij Ba'asyir sebagaimana yang disebutkan Ja'far berkaitan
> dengan teror seperti yang ditudingkan Mabes Polri? Tentu, dugaan
> keterlibatan Abu Bakar Ba'asyir dalam gerakan terorisme di Indonesia
> menjadi
> wilayah kepolisian. Dengan catatan, polisi tidak bisa menghakimi
> pemikiran-pemikiran Ba'asyir, sebagaimana tidak bisa mengadili keyakinan
> seseorang. Yang menjadi wilayah kepolisian adalah tindakan seseorang yang
> berakibat melanggar hukum.
>
> Di sinilah letak tantangan bagi kepolisian. Jika kembali gagal membuktikan
> keterlibatan Ba'asyir, integritas polisi dan pemerintah semakin luluh di
> mata publik. Selain menimbulkan gejolak di masyarakat, kegagalan tersebut
> akan menguatkan prasangka sebagian orang bahwa polisi diintervensi pihak
> luar.
>
> Kesimpulan kedua pernyataan Ja'far adalah terjadinya perbedaan pandangan di
>
> antara sesama muslim tekstualis yang selama ini dikenal radikal. Tidak
> jarang, perbedaan pemikiran tersebut berujung pada pertentangan dan konflik
>
> internal. Hal itu menjadi bukti bahwa radikalisasi gerakan Islam yang
> mengaku berdasar pada nash ternyata banyak faksi dan tidak monolitik.
>
> Fakta tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada kelompok yang berhak
> mengaku
> satu-satunya gerakan atau pembela Islam yang absah. Masih banyak wajah dan
> warna Islam yang lain. Apalagi, gerakan Islam yang radikal bukanmainstream
> di negeri ini.
>
> Muhammadiyah dan NU, misalnya, menjadi cermin gerakan Islam yang menebarkan
>
> kesejukan dan kedamaian serta diminati banyak orang. Dengan demikian,
> menggeneralisasikan kaum muslim sebagai pelaku tindak kekerasan merupakan
> kesalahan fatal. (*)
>
> *) Yayan Sopyani Al Hadi, peneliti Pusat Studi Agama dan Peradaban/PSAP,
> Jakarta
>
> _,_._,___
>
>  
>

Kirim email ke