Mbak Mia, saya pikir KKN terutama bisa dilawan dengan tindakan-2 yang rasional 
dan pragmatis dimana kesempatan untuk ber-KKN semakin dipersempit step-by-step 
dalam proses yang panjang. Lingkungan mesti dijadikan agar menjadi semakin 
lebih konduktif untuk tidak melakukan KKN. Saya rasa kita semua sudah mempunyai 
resep untuk itu, pertanyaan selalu adalah bagaimana teori bisa 
diimplementasikan dalam kehidupan praktis. Political will adalah salah satu 
persyaratan yang krusial, tetapi terus terang selama ini saya belum pernah 
merasakan determinasi dalam hal ini dari elit politik. Biasanya mereka lebih 
menarik untuk  mengajak berbisnis dan saya selalu menolak dengan halus :-)

Power corrupts people dan money creates power. Mungkin ini tidak terlalu salah 
dan selama sistim masih mengizinkan agar individual-2 tertentu bisa mendapatkan 
terlalu banyak kekuasaan, maka mimpilah kita bahwa KKN akan berkurang.

Menurut saya apa yang kita kemarin habis membahas soal agama, hati nurani, 
rendah hati, dst. kita boleh saja mendukungnya, tetapi maksud saya tidak 
realistis jika kita mengharapkan peran agama sebagai salah satu kekuatan 
signifikan dibalik perlawanan KKN, karena namanya juga mansusia :-) Manusia 
tidak akan menjadi lebih baik karena disuruh begitu atau begini oleh ajaran 
agama atau ideologi tertentu. Saya tidak percaya itu. Tetapi saya percaya bahwa 
manusia bisa berubah melalui pengalaman yang nyata. Itu masalahnya dan itu 
justru menyangkut apa yang telah disebut oleh Mbak Mia di pasal terakhir dalam 
tanggapan Mbak Mia. Maka di situ saya justru mencoba untuk praktis dan 
realistis untuk tidak menaruh terlalu banyak harapan kepada peran agama dalam 
melawan KKN. Tentu Mbak Mia boleh menjadi lebih optimistis :-)

Mengapa saya begitu skeptis dan dingin terhadap peran agama dalam hal ini? 
Kadang-2 saya suka bertanya kepada diri sendiri apakah saya memiliki antipati 
terhadap agama. Namun setelah dipikir dengan panjang dan tenang, saya harus 
menjawab dengan tidak. Demikian pun saya tidak memiliki antipati terhadap para 
Nabi, ritual keagamaan maupun umat beragama :-)

Tetapi saya mengakui bahwa saya memiliki antipati terhadap otoriterisme dan 
arogansi (untuk menyebut dua hal dulu). Sayangnya secara subyektif saya 
merasakan bahwa tingkat kekentalan dengan otoriterisme dan arogansi dalam cara 
penyampaian ajaran agama masih terlalu tinggi agar kita cepat bisa mengharapkan 
reposisi dari peran agama yang mungkin mesti berbalik 180 derajat, sehingga 
akan mampu memberikan kontribusi yang lebih berarti dalam memberdayakan 
masrakyat sipil untuk melawan KKN dan ketidakadilan pada umumnya.

Di sisi lain saya memang merasakan bahwa tidak semua bersifat otoriter dan 
arogan, termasuk Mbak Mia dan berbagai rekan di sini. Tetapi para penganut 
otoriter dan arogan masih memiliki dimensi yang luas dan saya pikir kesesatan 
ini masih merupakan masalah yang tidak kalah dari segi seriusitas dengan 
masalah KKN. Frustasi terhadap situasi yang sekarang malahan mendukung 
pertumbuhan sifat otoriter dan arogan itu dalam peran agama. Maka selain 
distorsi itu kita juga sedang mengalami politisasi agama.

Maaf apabila saya terlalu berterus-terang. No bad feelings :-)

Salam,
ayeye

************************************************************

KKN itu penyakit sosial yang persoalan penanganannya memerlukan
political will dan harus dalam konteks the bigger picture,
masyarakat madani dan politik. Sesekali kita harus mengingatkan
diri sendiri dengan konsep big picture ini, supaya nggak ketelikung
HTI yang sudah mulain lebih sophisticated dengan diskusi masyarakat
madani dan politiknya...:-) Atau bahkan sekarang kita sudah mulain
gagap dengan sektor madani yang dah keliatan 'gemerlap' - misalnya
gaji dan program sebagian (kecil) aktivis LSM yang wah wah wah
wah......

Sebagai seorang sekular-atheis tulen tentu saja saya memahami
disposisi Pak Ayeye tentang efektivitas peran agama memerangi
korupsi, dan tetaplah pada posisi itu. Tapi pada level praksis,
memberdayakan agama itu solusi pragmatis, karena institusi agama
sudah ada and we have to deal with it. Ada dua sisi Tower of Babel
atau menara gading. Maka level praksis berkutat di antara 2 menara
gading itu, seraya masing-masing partisan tetep berpedoman pada
tower of babel itu.

Pada level yang lebih dalam lagi, pemahaman kita sejalan walaupun
jelas ada perbedaan, dan peristilahannya sering beda.

Kebijakan di masyarakat madani dan politik harus sedemikian rupa
sehingga memberikan ruang seluas-luasnya untuk individu dan hati
nuraninya. Hati nurani yang damai, rendah hati dan nggak suka
bohong, ini kan sama artinya ketika dalam agama dibilang sorga itu
adalah ganjaran untuk pribadi yang bertaqwa (pribadi bukan kelompok).

Cikal bakal agama (dalam artian kemampuan memahami simbolism) juga
sudah ada sebelum kita mengenal institusi agama. Ini adalah bagian
dari nurani (conscience, ruh, jiwa). Kan ilmuwan sekular juga sudah
mengkonfirmasinya, yaitu jaringan Vmat2, yang ringkasnya merupakan
level spiritual kita yang beragam. Frasa 'bagian dari nurani' itu
penting ditekankan, karena conscience adalah seperti lautan maha
luas dan dalam. Dan juga mohon dimengerti bahwa vmat2 itu adalah
kemampuan memahami SIMBOLISM yang merupakan inti dari agama itu
sendiri.

Saya pribadi percaya para Nabi adalah pribadi-pribadi yang jaringan
nuraninya, khususnya vmat2-nya itu unik dan jenius - sehingga
berpotensi menjadi perantara wahyu. Di sini saya nggak menemukan
kontradiksi antara pemahaman sekular saya dan saya sebagai orang
beragama yang mempercayai wahyu. Kalau anda semua melihat
kontradiksi, mohon ditunjukkan.

Mohon maaf, seorang fundamentalis nggak akan menemukan 'sorga'
kedamaian, karena ada distorsi serius pada pemahamannya tentang
waktu. Pengertian waktu, termasuk ruang dan kekinian kita
menunjukan apresiasi seseorang terhadap pengalamannya sendiri.
Apresiasi itu salah satu sifat dari nurani. Kalau kita nggak
apresiatif pada pengalaman kita sendiri, itu artinya nuraninya belum
jalan sepenuhnya.

Agama dalam arti bukan institusi adalah pengalaman nyata kita yang
menumbuhkan nurani kita. Ini adalah pengalaman yang dituntun oleh
simbol, yang merupakan kemampuan spiritual kita sejak lahir. Dan
setiap kita mengenal agama dalam pengertian ini.

Salam
Mia


-- 
_______________________________________________
NEW! Lycos Dating Search. The only place to search multiple dating sites at 
once.
http://datingsearch.lycos.com



WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No 
Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke