http://www.hidayatullah.com/majalah

Edisi 04/XVI 2003 - Figur 
  
Tariq Ramadan, tokoh Muslim Eropa, cucu Hasan Al-Banna:
Apa yang Kau Bawa ke Jakarta?

  
Banyak orang bertanya-tanya, mengapa seorang cucu pendiri Al-Ikhwanul
Muslimun, gerakan Islam terbesar yang lahir di Mesir, datang ke
Indonesia atas undangan kelompok-kelompok sekular seperti Paramadina dan
Jaringan Islam Liberal? Kenapa seorang tokoh Muslim Eropa harus
didatangkan ke negeri ini oleh kedutaan besar Swiss di tengah perang
terhadap apa yang disebut "kaum fundamentalis"? Mengapa harus Mizan,
yang diasosiasikan sebagai penerbit berhaluan Syi'ah, yang menjadi
sponsor utamanya? Adakah ia didatangkan kemari untuk menjinakkan
gerakan-gerakan Islam?

Berbagai pertanyaan itulah juga yang dibawa redaktur Majalah
Hidayatullah Dzikrullah dan kontributor kami Khadijah Hawari, saat di
suatu pagi pertengahan Juli lalu mendatangi rumah mungil yang disewakan
untuk Tariq Ramadan sekeluarga selama di Jakarta. Iman, isterinya yang
ramah, dan anak-anaknya Maryam, Sami, Moussa, dan Najwa ikut menemaninya
selama dua pekan sekalian berlibur musim panas, menjauh dari dinginnya
Switzerland.

Di Eropa, Tariq dikenal sebagai tokoh muda yang semakin diterima luas
baik di kalangan Muslim maupun non-Muslim, karena pandangan-pandangannya
tentang posisi ummat Islam di benua itu. 

Lahir di Jenewa, 40 tahun lalu, ia mengaku dibesarkan oleh orang tua
yang ketat menjalankan Islam. Ayahnya, Sayyid Ramadhan putera Hasan
Al-Banna terpaksa hidup di pengasingan karena tekanan rezim Gamal Abdel
Nasser. Kini Tariq yang kalem dan langsing, mengajar filsafat di College
of Geneve dan mengajar Kajian Islam di Fribourg University, dan telah
menulis tiga buah buku tentang Islam, Muslim dan Barat, serta ratusan
makalah.

Boleh saja, majalah TIME mengangkatnya sebagai salah satu "inovator
dunia di bidang spiritualitas". Tapi rupanya tukang copet di Pondok
Indah Mal tak peduli siapa korbannya. Baru beberapa hari di Jakarta, tas
tangan Tariq raib saat ia dan keluarga berbelanja di pasar mewah itu.
Telepon genggam, kartu-kartu kredit, dan uang senilai 35 juta rupiah
melayang. "Seumur hidup saya tak pernah kecurian, malah dicopet di
negara Muslim terbesar di dunia," katanya kepada kawannya yang
mengantar. Saat ditanya dua hari kemudian ia cuma tersenyum. Isterinya
berkata kepada majalah ini, "Alhamdulillaah 'ala kulli haal." Silakan
berkenalan dengan Tariq Ramadan.

Ceritakan pada kami masa kecil Anda.

Kehidupan kami sangat sulit di pengasingan. Ayah saya meninggalkan Mesir
karena tekanan Nasser pada tahun 1954 menuju Damaskus, lalu ke Lebanon,
kemudian ke Eropa. Tadinya ayah memilih London, tapi kemudian akhirnya
tiba di Swiss (1958) di mana masyarakat Muslimnya masih sangat sedikit.

Saya merasakan langsung betapa berat tantangan yang dihadapi iman ayah
saya di lingkungan Barat. Alhamdulillah, tiga tahun setelah bermukim di
Swiss berdirilah Islamic Center dibantu pemerintah Arab Saudi. Waktu itu
ayah berhubungan baik dengan Mohammad Natsir. 

Tahun 1970-an ketika saya memulai masa remaja, ayah mengalami masa yang
berat, sendirian dan tak punya uang. Waktu itu saya mulai berpikir untuk
kembali ke Mesir saja, sampai akhirnya saya berkesempatan pulang ke
Mesir. Tujuan utama ke Mesir meletakkan pondasi keislaman saya tanpa
sekolah formal. Saya mempercepat masa belajar yang seharusnya 5 tahun
jadi 2 tahun.

Waktu itu, saya punya banyak guru untuk berbagai disiplin ilmu, 'Ulumul
Quran dan Tafsir, Hadits, bahasa Arab, Sirah Nabawiyah, dan lain-lain.
Alhamdulillah apa yang saya dapat di masa itu sangat bermanfaat sampai
sekarang. 

Selain mengajar di dua tempat, apa saja kesibukan Anda sekarang?

Dalam 15 tahun terakhir ini saya berkonsentrasi dalam dua pekerjaan
utama yang langsung menyentuh masyarakat bawah (grass root). Pertama,
saya ikut mendirikan Gerakan Globalisasi Alternatif (The Alter
Globalization Movement), yang merupakan kristalisasi gerakan
anti-globalisasi. Globalisasi versi para penguasa modal besar sifatnya
merusak. Kami menawarkan format globalisasi yang berlandaskan
pembangunan berkelanjutan. Saya banyak berkeliling Afrika, Amerika
Selatan, dan negara-negara miskin lainnya untuk hal ini.

Kegiatan kedua, membina generasi baru bakal pemimpin Muslim di seluruh
Eropa. Dalam setahun saya dan teman-teman men-training sekitar 300
pemuda Muslim antara usia 20-30 tahunan sampai yang seusia saya. Kami
bertukar pikiran dan menyusun langkah-langkah kongkrit memperkuat wajah
Muslim di Eropa.

Apa yang Anda sampaikan kepada mereka?Kami mengajak mahasiswa dan para
pemimpin Muslim bergerak membangun generasi baru yang bercirikan dua
hal: iman yang kuat untuk mengarahkan pemikiran yang kritis, dan
pemikiran yang kritis untuk membangun iman yang kuat. 

Siapa saja tokoh da'wah yang bekerja dengan Anda?

Diantaranya Zaid Shakir di Amerika Serikat, Tariq Oubrou, Dubois
Hussein, dan Syeikh Zakariya di Prancis, Ataullah Siddiqui di Inggris,
Hamzah Picardo di Itali dan banyak lagi. Kami bekerja dengan platform
Eropa. Kami banyak menerbitkan kaset mengenai isu-isu masa kini. Soalnya
kebanyakan masyarakat tidak membaca, tapi mendengarkan. Sudah 120-an
kaset rekaman yang kami hasilkan, berisi perbincangan mengenai semua
topik yang berkembang di kalangan Muslim Eropa, termasuk hal-hal
mendasar seperti ibadah, tafsir, dan lain-lain.

Selain itu, kami ingin membangun pola baru hubungan antar-jama'ah dan
masyarakat Muslim, dimulai dari negara-negara berbahasa Inggris sejak 4
tahun lalu. Sejak 2 tahun lalu kami juga bekerja di negara-negara
berbahasa Prancis, dari Benin, Pantai Gading, sampai Mesir dan Kanada.
Setiap kali bertemu setidaknya 200 orang hadir dan memiliki komitmen
untuk mempererat dialog antar masyarakat dan jama'ah.

Apakah nama kakek Anda berpengaruh pada cara para pemimpin Muslim itu
menerima Anda?

Tentu saya sangat dipengaruhi ayah, ibu, dan kakek saya. Dengan
kerendahan hati saya sangat bangga akan hal ini. Saya sangat menghormati
ayah dan kakek saya. Khususnya kakek saya, yang telah mengunjungi 17.000
desa dalam kurun waktu 20 tahun. Itu artinya dia tahu benar persoalan
rakyat kebanyakan dan dia teladan yang sangat baik bagi saya.

Ketika orang-orang bertanya kepadanya, "Kenapa Anda tidak menulis buku?
"Kakek saya menjawab, "Saya memang tidak menulis buku, tapi saya menulis
(membina) rakyat." Saya mengikutinya. 

Apa perbedaan antara Anda dengan kakek Anda?

Dia berasal dari tradisi reformis (mujaddid), sebuah tradisi yang
usianya sama dengan Islam itu sendiri. Ini tradisi saya. Yang saya
lakukan bukan menirunya (imitating), melainkan menangkap logika
perjalanannya. Banyak orang yang mengaku pengikut Hasan Al-Banna tidak
benar-benar menjadi mujaddid, mereka semata-mata menjadi muqallidin
mujaddidin (para pentaqlid mujaddid). 

Kakek saya menghadapi budaya penjajahan Barat, sedangkan yang sekarang
kita hadapi jauh lebih besar yaitu penjajahan budaya, globalisasi yang
bergerak hampir tanpa batas dalam bentuk kebudayaan yang dominan.
Sekularisasi merupakan definisi sempit globalisasi yang sangat merusak.

Hasan Al-Banna memerlukan organisasi yang kuat dengan hirarki yang
sangat kokoh, saya tidak mengikuti yang ini. Beliau membawa
jawaban-jawaban yang mengubah akhlaq dan etika masyarakat Mesir, saya
tidak bekerja untuk masyarakat Mesir. 

Beliau memberi jawaban mendasar bagi persoalan-persoalan di tahun
1940-an, sedangkan saya berada di tahun 2003. Bagi Al-Banna politik
hanya salah satu jalan da'wah, tapi politik bisa menyebabkan kita enggan
membuka dialog dengan orang lain. Padahal, betapa banyak orang yang ada
diantara kita tapi tidak bersama kita, dan betapa banyak orang yang
tidak ada diantara kita tetapi mereka bersama kita. Di dalam struktur
organisasi hal itu banyak terjadi, saya mempromosikan kordinasi
antar-jama'ah. 

Saya mempelajari perilaku kakek saya, tindakan-tindakannya, dan saya
sangat menghormatinya, termasuk menghormati aspek-aspek ruhiyahnya. Dia
mendirikan 2000 sekolah selama umurnya yang singkat (kakek saya syahid
dalam usia 42, saya sekarang 40) dan menghadapi penjajah dengan tangan
dan pikirannya. Dia menghadapi secara terbuka dan heroik proyek
Zionisme. 

Saya mengagumi dan memilah-milah semuanya secara kritis. Kakek saya
pernah berkata, satu-satunya manusia yang harus dicontoh dalam segala
hal hanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dari manusia selain Nabi,
kita bisa mengambil sebagian, meninggalkan bagian yang lain.

Apakah menurut Anda ummat Islam masih membutuhkan organisasi seperti
Al-Ikhwanul Muslimun, Hizbut Tahrir, atau lainnya?Semua organisasi
memberi manfaat bagi ummat Islam dan perkembangan Islam. Semua memiliki
visi yang saling melengkapi. Semua akan lebih bermanfaat jika mereka
melakukan dialog antar jama'ah (intra-community dialogue). Dialog ini
bahkan sangat berguna untuk mengatakan kepada Muslim sekular, bahwa
mereka telah jauh dari tradisi Islam.

Kelompok Salafi juga bermanfaat. Saya tidak punya persoalan apapun
dengan kelompok Salafi. Kadang kala kita tergelincir jauh dan lupa pada
teks, Salafi dengan disiplin kuat akan mengingatkan agar Anda kembali ke
jalur yang benar. Saya tidak akan pernah meremehkan mereka. 

Tadi Anda menyebut budaya penjajahan dan penjajahan budaya oleh Barat.
Apakah pendekatan Muslim Eropa yang Anda tawarkan sudah bisa
menjinakkannya?

Kita masih dalam proses. Berada di Eropa dan Amerika sebagai Muslim
berarti Anda berada di garis terdepan dalam perang melawan hawa nafsu.
Tantangannya adalah bagaimana mempromosikan kebudayaan dan peradaban
Islam. Kita belum sepenuhnya berhasil. Tidak semua yang berasal dari
Arab itu Islamic, sebaliknya, tidak semua yang berasal dari Barat itu
satanic. 

Ketika Anda mengkampanyekan kebebasan (freedom) itu nilai Islami, tapi
harus dibedakan antara freedom dan permisiveness (serba boleh). Kita
mencoba memasukkan kebebasan sebagai agenda Islam sekaligus melindungi
diri kita dari permisiveness. Rasionalitas itu Islami, tapi
rasionalisasi ekstrem tidak Islami.

Selama 50 tahun orang menyebut dirinya "Muslim di Eropa", saya
mengubahnya jadi "Muslim Eropa". Intinya, membangun diri kita sebagai
Muslim yang kuat sambil menyeleksi nilai-nilai mana saja dari Barat yang
memang sudah ada di dalam Islam sejak awal. Visi Islam yang kuat, itulah
yang kita butuhkan di Eropa.

Apakah Anda setuju pada pandangan bahwa akar filosofis Barat adalah
Yunani, Romawi, Yahudi, dan Kristen?

Saya tidak setuju. Saya mempelajari dan hidup diantara filsafat-filsafat
itu, dan saya berkesimpulan bahwa yang membentuk Barat adalah Yahudi,
Kristen, dan Islam. Di dalam pikiran orang Barat, mereka sadari atau
tidak, ada memori yang sangat terseleksi tentang filsafat Yunani yang
bertujuan menggusur pengaruh Islam. 

Anda harus faham, orang Barat tidak memperoleh filsafat Yunani secara
langsung. Apa yang mereka sebut filsafat Yunani (baik itu Socrates,
Aristoteles, Plato, dan lain-lain) sesungguhnya merupakan salinan dan
komentar dari para pemikir Islam seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Abu
Hamid Al-Ghazali dan lain-lain. Jadi filsafat Yunani yang dipelajari
Eropa sudah dipengaruhi perspektif para pemikir besar Islam. Tapi orang
Eropa tak mau menyebut nama-nama Islam itu.

Apa contohnya pengaruh memori terseleksi yang sekarang masih ada?

Misalnya tentang apa yang disebut sekularisme. Sebenarnya Barat
mengambil tradisi ini secara salah kaprah dari rasionalitas Islam.
Sebagaimana Anda ketahui, sampai abad pertengahan Barat dikendalikan
gereja yang tidak bisa menerima rasionalisme. Seorang pemikir Barat
bernama Alain de Libera mengatakan, ide sekularisasi antara wilayah
agama dan wilayah negara diambil dari Islam.

Di mana salah kaprahnya? Begini, di dalam Islam kita punya metodologi
ibadah dan muamalah. Sejak awal sudah ada pembedaan (distinction) antara
kedua wilayah ini, tetapi bukan pemisahan (divorce). Pembedaan ini
memberi inspirasi kepada Barat yang waktu itu didominasi kekuasaan
gereja yang irrasional. Maka dilahirkanlah apa yang kini disebut
sekularisasi yang memisahkan kehidupan agama dan negara. 

Apakah Anda seorang sekular?

Alhamdulillah, tentu saja bukan. Sebagai Muslim saya tidak punya masalah
untuk hidup di tengah masyarakat sekular, karena saya memiliki
prinsip-prinsip. Memang ada jarak antara prinsip dan model. Madinah itu
dirancang untuk tempat, waktu, dan orang-orang yang spesifik. Apa yang
menjadi tugas kita ialah membangun model sebaik mungkin dengan merujuk
pada prinsip-prinsip Islam. Di Asia kebutuhannya berbeda, di Afrika
juga, begitu pula di Eropa. Modelnya bisa berbeda-beda, tapi prinsipnya
pasti sama.

Di zaman Rasulullah ada kesamaan hak dan kewajiban diantara rakyat
Madinah, yang kini kita sebut kewarganegaraan yang setara (equal
citizenship). Prinsip inilah yang harus kita tawarkan. Kalau sebagian
orang hendak mendirikan negara Islam, ayo kita duduk bersama
membicarakan modelnya, tentu tidak semata-mata mengimitasi Madinah, kan?

Anda lahir dan dibesarkan di negeri tempat gerakan Zionisme dilahirkan.
Apakah Anda setuju pada pendirian negara Israel?

Pendirian Israel merupakan suatu kezhaliman. Sekarang kenyataannya sudah
ada bangsa Israel di Palestina, kita tidak bisa mengingkari. Apa yang
kita kehendaki sekarang. Saya menentang gagasan dua negara dalam satu
wilayah ini (Israel dan Palestina). Harus hanya ada satu negara bersama
(common state) yang mendudukkan Muslim, Yahudi, dan Kristen dalam
kesetaraan. 

Terus terang yang kita pertanyakan kadar keyahudian Israel. Sebuah
negara bersama bukanlah negara Yahudi. Israel menginginkan negara
Palestina kecil yang terpisah dan tidak memiliki kekuasaan apa-apa
kecuali terhadap warganya sendiri. Itu bukan negara namanya. Apa yang
saya maksud negara bersama, bukan negara Palestina "merdeka" seperti
dalam benak Ariel Sharon. Itu utopia.

Ketika gagasan ini saya katakan kepada orang-orang Yahudi Zionis, mereka
bilang, "Gagasan ini sepintas adil, tetapi sesungguhnya menghancurkan
pondasi utama Israel."

Negara bersama adalah negara Islam, sebagaimana Madinah. Negara seperti
inilah satu-satunya format yang bisa melindungi hak dan mendesakkan
kewajiban setiap orang secara setara, sebagaimana Madinah.

Jika pagi ini, Anda duduk di sini berhadapan empat mata dengan seorang
pemuda Palestina yang akan melakukan 'amaliyah istisyhadiyah (bom
syahid) nanti malam, apa yang akan Anda katakan kepadanya?

(Tariq terdiam beberapa saat) Ada tiga hal yang akan saya katakan kepada
pemuda ini. Pertama, Hasan Al-Banna pernah menceritakan, suatu kali ia
menghadiri sebuah pertemuan di mana orang-orang berteriak, "Allahu Akbar
wa lillaahilhamd! Kami ingin mati di jalan Allah." Beliau berkata, "Mati
di jalan Allah itu sangat sulit, tapi hidup di jalan Allah itu lebih
sulit lagi." 

Ini sebuah keputusan besar. Anda mungkin akan lebih bermanfaat bagi
rakyat Anda dengan membangun negeri ini daripada dengan kematian Anda.
Pikirkan dan luruskan benar-benar niat Anda.

Kedua, akan saya katakan, membunuh orang-orang yang tidak bersalah
bertentangan dengan Islam. Anak-anak Yahudi itu tidak bersalah. Jika
Anda tetap akan melakukan hal ini, berhati-hati dan tentukan sasaran
Anda secara tepat.

Ketiga, akan saya katakan, saya sangat menghormati Anda, karena dalam
keadaan yang sangat sulit, dengan penuh keikhlasan, Anda berusaha
menegakkan keadilan, Al-'Adl, yang merupakan salah satu asma Allah
ta'ala. 

Di Eropa, jika seorang Muslim ditanya mengenai (bom syahid) ini ada dua
kemungkinan, segera mengecam, atau merasa tidak enak, "eeehmm anu.. emm
begini..." 

Sebenarnya, segala hal di dunia ini bisa dijelaskan oleh Islam dengan
lugas. Tidak ada yang membantah, bahwa membunuh orang yang tidak
bersalah adalah melanggar Islam, per se condemnable. Tapi ada
orang-orang yang sedang menghadapi penyiksaan, penjara, penindasan,
dilupakan oleh seluruh negara Muslim, tidak ada pertolongan dari Barat,
rumah-rumah mereka dihancurkan setiap hari. Kalau sampai mereka
melakukan apa yang Anda disebut bom syahid itu menurut saya secara
kontekstual bisa difahami. Saya tidak bermaksud membolehkan pembunuhan
terhadap orang-orang tak bersalah, tapi kita harus bertanya, kenapa
mereka sampai harus melakukan perbuatan itu. Saya katakan kepada para
pemimpin Barat, Anda lah penyebabnya, Anda lah yang mendesak orang-orang
ini sehingga berpikir inilah satu-satunya cara membela diri, Anda lah
yang harus bertanggung jawab, bukan mereka.

Di Indonesia, ada orang-orang yang menyebut dirinya "Muslim modernis
atau neo-modernis" dan menyebarkan pemikiran bahwa menjadi modern
berarti menjadi sekular. Apakah Anda sependapat dengan hal ini?

Mereka berbicara sebagai Muslim di luar Islam, tidak sampai murtad, tapi
menganggap Quran sebagaimana buku-buku lainnya dan menafsirkannya tanpa
rasa apapun di hatinya. Saya menghormati orang-orang rasional tapi harap
berhati-hati, pembaharuan Islam harus lahir dari dalam logika dan
jantung hati Islam sendiri. 

Saya datang dari Barat dan saya tahu kelemahan sekularisme. Apa yang
terjadi di Barat bukan sekularisme, melainkan ketiadaan Islam (the
absence of Islam). Kita harus memandang Quran dan Sunnah sebagai dua
naskah sumber kebenaran dan membacanya memerlukan sains tersendiri. Ini
bukan pendapat pribadi, tetapi prinsip yang sangat mendasar.

Shalat itu wajib dilaksanakan. Kalau ada yang bilang tidak wajib
silakan, tapi jangan bilang pemikiran itu berasal dari Islam, katakan
itu pendapat pribadi Anda. Misalnya saya katakan, hijab itu perintah
Islam --isteri dan anak perempuan saya mengenakan hijab, tapi harus
dilaksanakan dengan kemerdekaan, tidak dipaksakan. Setiap wanita harus
memutuskan mau tidaknya dia berhijab, bukan orang lain. Ini merupakan
keputusan iman.

Di dalam Islam, ada pembedaan antara wilayah privat dan wilayah publik,
bukan pemisahan. Kalau yang Anda inginkan pemisahan, maka Anda mengikuti
Barat sebelum Anda mengikuti logika.

Jika memahami Islam tanpa memiliki ilmu-ilmu dasar (ushuli), mereka
berbicara sebagai orang di luar Islam. Mereka berbicara mengenai diri
sendiri dengan memakai mata orang lain.

Apakah belajar Islam di Barat selalu mengandung risiko disorientasi
seperti itu?

Ada dua trend orang Indonesia yang pergi belajar Islam ke Barat, yang
pulang menjadi anti-Islam atau justeru jadi sangat Islami. Jika kita
memegang prinsip-prinsip Islam, Anda tahu apa yang baik untuk Anda, dan
itulah sikap Anda karena Islam menyatu (integrating) dengan Anda. Saya
tidak merasa minoritas di Eropa. Ketika saya berbicara tentang keadilan,
kemerdekaan, kehormatan pribadi, saya berbicara bersama mayoritas orang.
Saya menjadi inklusif justeru saat saya memegang teguh prinsip-prinsip
Islam. 

Tentu Anda tidak berbicara untuk menyenangkan hati semua orang, bukan?

Tidak. Banyak juga orang yang menentang saya di Barat, bahkan dari
kalangan Muslim. Dengan kalangan non-Muslim kami berdialog secara
terbuka, tapi sebagian mereka juga mengatakan, orang ini berbahaya. Kata
mereka, yang lebih berbahaya di kalangan Muslim sebenarnya justeru yang
jenggotnya lebih pendek (tersenyum).

Baru-baru ini di sebuah koran terkemuka di Prancis bernama Liberation,
ada sebuah tajuk yang menyebut, "Apa yang disebarkan Tariq adalah
komunitarianisme (communitarianism). Anda salah, Tariq tidak
menginginkan integrasi Muslim ke dalam Republik ini, ia ingin integrasi
Republik ini ke dalam Islam." Saya tidak menanggapinya.

Tahukah Anda, sebagian orang dan organisasi co-sponsor yang mengundang
Anda ke sini merupakan simbol-simbol utama gerakan sekularisasi ummat
Islam di negeri ini?

Saya tidak tahu. Sudah lama saya ingin ke Indonesia sampai seseorang
menelepon dan menanyakan kemungkinan mengundang saya. Ini terjadi dua
tahun lalu, dan mulai direncanakan serius setahun lalu, saya dihubungkan
dengan Mizan. Pesan saya satu, tolong pertemukan saya dengan sebanyak
mungkin kelompok, dan sekarang saya bertemu banyak orang.

Buat saya itu tidak masalah, tapi tolong sampaikan pesan kepada Brothers
dan Sisters di sini, jangan melihat siapa yang mengundang saya, tapi
dengarkan apa yang saya katakan. Sebab boleh jadi orang-orang yang
mengundang saya menyediakan tempat agar saya mengatakan sesuatu yang
Islami, tapi kemudian ternyata yang keluar dari mulut saya justeru
bertentangan dengan tradisi Islam. Jangan menilai wacana dari siapa yang
mengundang saya. Saya sering diundang oleh mereka yang disebut kelompok
liberal dan mereka senang karena saya menyambut undangan mereka. Saya
menentang pengkotak-kotakan Muslim.

Saya pergi ke Maroko, mereka punya persoalan besar karena tidak ada
dialog terbuka antara kaum elit (yang berbahasa Prancis) dan kaum
tradisional (yang berbahasa Arab). Saya datang dan membicarakan
prinsip-prinsip logika dasar Islam, sekitar 900 sampai 1000 orang hadir,
tidak ada yang menentang apa yang saya sampaikan. Saya mempromosikan
dialog. Inilah maksud saya datang ke sini. Saya tidak tahu siapa
sebenarnya mereka, tapi saya ingin mereka semua datang dan dengarkan
saya, ayo kita bicara.

Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari Anda menjaga kekuatan iman dan
pikiran yang kritis secara bersamaan? 

Muraqabah, mendekatkan diri kepada Allah ta'ala. Membaca Quran setiap
hari adalah bagian dari disiplin kita pada jalan hidup kita. Muraqabah
membutuhkan pemahaman yang sangat luas mengenai ibadah, sampai apapun
yang Anda lakukan, semuanya mengingatkan Anda pada Allah.*


  ----- Original Message ----- 
  From: ayeye1 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, July 27, 2005 04:21
  Subject: [wanita-muslimah] 'We Muslims need to get out of our intellectual 
and social ghettos'


  Tariq Ramadan: 'We Muslims need to get out of our intellectual and
  social ghettos'

  *******

  But there is something more subtle. Too much of the internal
  conversation within the Muslim community at present nurtures a sense
  of guilt, inadequacy and alienation. "Young people are told:
  everything you do is wrong - you don't pray, you drink, you aren't
  modest, you don't behave. They are told that the only way to be a good
  Muslim is to live in an Islamic society. Since they can't do that,
  this magnifies their sense of inadequacy and creates an identity
  crisis. Such young people are easy prey for someone who comes along
  and says, 'there is a way to purify yourself'. Some of these figures
  even keep the young people drinking to increase their sense of guilt
  and make them easier to manipulate."

  ********

  http://news.independent.co.uk/people/profiles/article301486.ece


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke