Tanggapan untuk Farid Gaban - Azahari dan Syariat Islam Rekan Farid Gaban (FG) begitu cepatnya menanggapi panjang lebar opini Goenawan Mohamad (GM) bertajuk "Azahari dan Indonesia". Giliran kini opininya ditanggapi para miliser lainnya. Sebagai catatan, FG mengawali karier jurnalistiknya di Majalah Tempo yang salah satu pendirinya adalah GM. Lalu FG pindah ke harian Republika, kerap menulis di rubrik Resonasi. Di kancah perpolitikan, ia awalnya pendukung setia PKS. Namun ia kecewa berat karena ternyata partai bernuansa Islam itu mendukung kenaikan harga BBM yang digulirkan pemerintahan SBY-JK. Ia tuding PKS telah memposisikan sebagai partai sekuler, tak beda dengan Golkar, Partai Demokrat dan lainnya. Sejak awal ia memang tak setuju dengan langkah buruk pemerintah yang kian menyengsarakan rakyat itu . Kala ramai pemasangan iklan Freedom Institute di Kompas yang mendukung kenaikan harga BBM, juga ia serang habis-habisan. GF kini mengelola kantor berita Pena Indonesia yang berkantor di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. FG juga mengelola sebuah milis yang diberi nama Jurnalisme. _______________________________________________________________ Noteokrasi e: [EMAIL PROTECTED] Farid Gaban yang kakaknya Waswin dan asal Longkrang, Wonosobo ini memang hebat. Saya kira dia lebih cocok menjadi wartawan investigasi (intelijen) karena dia punya rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap hal-hal yang telah diberitakan oleh media. Ketajaman naluri untuk melakukan tabayun ini merupakan produk belajar investigative journalism. Skeptisme yang diperolehnya dari belajar disana sangat kuat dan berakar terhadap setiap peristiwa atau kejadian sehingga dia tidak akan mudah percaya pada berita media. Namun di hatinya sendiri dia juga sudah (ada gejala untuk) berpihak pada apa yang ingin dia percayai sendiri. Misalnya, cara dia menyindir sekularisme adalah indikasi keyakinannya bahwa dia tidak suka dengan negara-negara sekuler yang selama ini terbukti telah menindas negara-negara lain (Afghanistan dan Irak). Latar belakangnya yang cukup relijius itu membuat dirinya cenderung berpihak pada penegakan SI (meskipun barangkali dia juga tidak akan senang jika dia benar-benar hidup di antara para pengidap penyakit ini). Namun demikian, investigasi dia merupakan sudut pandang yang perlu dipertimbangkan agar berita menjadi seimbang. Saya kok lebih suka mempercayai berita yang berasal dari polisi, meskipun keliru, karena secara ideologi saya menolak segala bentuk kekerasan oleh, dari dan untuk siapapun. _______________________________________________________________ Aris Solikhah e: [EMAIL PROTECTED] Mas Farid, Bolehkah saya bertanya? Benarkah bahwa aksi teror di Indonesia menurut Polisi/BIN, Goenawan Mohamad dikaitkan dengan upaya pendirian kekhilafahan di Asia Tenggara? Bolehkah saya tahu fakta yang menunjang statement ini? Maaf saya buram melihat aksi teroris ini. Sebagai orang awam saya melihat banyak yang aneh, membingungkan dan kemustahilan yang terjadi dalam berita-berita di mass media. Tapi saya gagal membuat jalinan semua itu seperti Mas. Emang siapa saya :-) Mas Farid, Dari pernyataan mas Farid, dibawah ini: "Sebaliknya, justru di era demokrasi sekarang, organisasi seperti Hizbut Tahrir lah yang menjadi ancaman politik/sosial serius tak hanya bagi non muslim, tapi juga politisi Islam seperti PAN, PKB, bahkan PKS (juga bagi kaum sekuler yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal)" Sungguh saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Ide-ide kekhilafahan telah ada di referensi buku-buku Hasan Al Bana, Sayyid Quth (yang oleh Yussuf Kalla minta di black list), Yusuf Qardhawi, Buya Hamka, Fiqh Islam M Sulaiman, buku-buku sejarah pendirian NU, Muhamadiyah dan Syarekat Dagang Islam (SI) serta Majalah Sabili. Ide-ide kekhilafahan sebenarnya sudah banyak dimiliki oleh ulama-ulama tempo dulu pendiri dari SI, NU, Masyumi dan Persis. Ide ini milik semua partai (lebih jelas milik semua umat Islam seharusnya). Ini diperkuat dengan sejarah bahwa sejak diselenggarakannya Konferensi Umat Islam Indonesia pertama tahun 1926, agenda utama adalah pembahasan mengenai runtuhnya khilafah di Turki Utsmaniyah. Umat Islam Indonesia merasa dirinya bagian integral dari seluruh umat Islam dunia berusaha membahas kemungkinan upaya pendiriannya lagi. Namun KUII ini dan KUII selanjutnya berusaha dibubarkan serta diintervensi pemerintah Soekarno. Buku karya Hasan Albana dan Sayyid merupakan buku yang sering menjadi acuan pembinaan PKS. Aktivis PKS sendiri mengakui meski tak terbuka bahwa tujuan nantinya adalah pendirian khilafah juga (ini hasil diskusi yang saya lakukan). Hanya metode yang ditempuh melalui intra parlementer. Jadi perbedaan metode saja. Adapun saat ini PKS mengalami pengembangan (perubahan), wallahu'alam, maka saya (jauh dari prasangka) yakin saat ini tentu PKS sedang menetapkan strateginya. Begitu pula PKB yang basisnya dari masa NU, memahami konsep imamah (khilafah) tentunya ini bisa ditelusuri melalui ulama sesepuhnya. Benarkah keberadaan khilafah akan mengancam orang non muslim? Maaf, bila tak keberatan mas Farid - saya yakin sudah membaca buku Sayyid Sabiq Fiqh sunah yang berjilid-jild (ini barus atu buku) - kembali membaca konsep bermuamalah dengan non muslim, memperlakukan mereka nantinya juga saat dalam khilafah. Sangat jauh dari sesuatu yang kita pahami sekarang ini, kedudukan warganegara non muslim dan muslim itu setara. Bahkan jauh lebih baik dari sekarang. Kalau sekarang kelihatan kacau, itu karena memang kebanyakan umat Islam tak memahami konsep ini. Sebagai seorang muslim saya meyakini ISlam sempurna mengatur segala aspek kehidupan, tentu saja hal yang demikian diatur juga dalam Islam. Beberapa buku lain sebagai referensi banyak sekali mengenai hal ini mas, ah... Mas Anda lebih paham mengenai hal ini. Saya hanya mengingatkan kembali, sekiranya lupa. Kalau mengancam JIL... ehm, gimana ya. JIL itu memaksakan pemahaman bahwa Islam harus dipisahkan dari Islam dan penerapannya, jadi tentu saja itu sudah diluar tabiatnya agama Islam sendiri. Wallahu'alam bishawab. Mohon pencerahan. _______________________________________________________________ Tanggapan dari FG untuk Aris Solikhah Tentang Motif Membunuh dan melukai ratusan orang serta merusakkan ekonomi dan jalinan sosial sebuah negeri bukanlah perbuatan iseng. Pastilah ada motifnya. Dalam pengertian aslinya, teror adalah "kekerasan bermotif politik". Jika pembunuhan dan ancaman tidak punya motif politik, kekerasan itu hanya bisa dikategorikan sebagai bentuk kriminalitas biasa. Membasmi kekerasan seperti itu tidak memerlukan "war on terror"--yang kini menjadi "newspeak" baru di media massa (Anda perlu membaca George Orwell dan Noam Chomsky untuk memahaminya). Dalam versi polisi/BIN/CIA/Pemerintah Amerika, aksi itu dilakukan oleh "Jemaah Islamiyah". Dan Jemaah Islamiyah, menurut mereka, tidak sedang iseng, melainkan punya motif politik. Apakah motifnya, menurut versi resmi? Menurut lembaga-lembaga resmi itu, motif "Jemaah Islamiyah" adalah untuk "mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara". Kita bisa membacanya di website Departemen Luar Negeri Amerika/Australia, di tulisan Goenawan Mohamad itu, dan di berita-berita AP, Reuters, serta koran-koran utama dunia. Dalam berbagai berita dan pernyataan resmi, motif itu kadang juga diperkuat oleh motif politik lain: "menghukum Amerika dan Australia untuk serangan mereka ke Afghanistan dan Irak". Jadi paling tidak ada dua motif, menurut versi resmi: 1. Mendirikan kekhalifahan Islam. 2. Membela Irak dan Afghanistan dari ancaman Amerika plus sekutunya. Saya meragukan dua klaim resmi atas motif itu. Bahkan klaim kedua yang kedengaran masuk akal, juga patut dicurigai. Jika Amerika yang jadi sasaran, kenapa korban utamanya justru orang Indonesia dan ekonomi/politik Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim? Dampak negatif dari teror bom tidak hanya dirasakan kaum Hindu Bali, melainkan seluruh rakyat Indonesia. Saya tidak tahu apakah orang pernah memikirkan hal-hal di bawah ini: - Bom > citra buruk Indonesia > iklim investasi dan bisnis turun > perusahaan bangkrut > PHK > pengangguran. - Bom > kecurigaan antar agama > konflik berdarah. - Bom > UU Anti-teror > razia di mana-mana > hilangnya privasi > pelanggaran HAM - Bom > maraknya bisnis sekuriti/keamanan swasta > aktifnya kembali komando teritorial > menguatnya hegemoni Amerika (Bahkan Amerika kini membiayai reformasi Mahkamah Agung--jantung sistem hukum kita. Amerika sudah membeli bahkan hal yang paling sensitif dari negeri ini). Korban dari aksi teror itu tidak hanya mereka yang tewas di Bali, tapi mencakup korban tak langsung yang sangat luas. Korban utama dari aksi teror itu adalah INDONESIA. Tentang Kekhalifahan Saya kira posisi Anda sudah jelas: bersimpati pada sistem kekhalifahan. Dan meski tidak punya simpati seperti Anda, saya menghormatinya. Menurut saya, asal bukan dengan cara teror, tidak ada yang keliru mendukung kekhalifahan, seperti tidak ada yang keliru mendukung sekularisme atau bahkan komunisme. Hizbut Tahrir adalah rival politik dari partai-partai sekuler (Golkar/PDI Perjuangan) dan partai-partai yang mengusung ideologi Islam atau semi Islam tapi bergabung dalam pemerintahan sekuler Susilo Bambang Yudhoyono. PPP, PBB dan PKS sudah mengatakan sendiri berbasis Islam, tapi bergabung dalam pemerintahan sekuler. Sementara, PAN dan PKB tidak, namun konstituennya jelas: Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. [Saya tidak akan memilih PKS pada pemilu lalu jika partai itu secara eksplisit dalam platformnya menyatakan ingin mendirikan Negara Islam]. Jaringan Islam Liberal bukan partai politik, tapi jelas mereka adalah gerakan politik untuk melawan ideologi kekhalifahan seperti yang diusung Hizbut Tahrir. Dalam posting yang lalu, saya mengatakan Hizbut Tahrir sangat potensial menjadi ancaman politik bagi sistem sekuler yang sekarang ada di Indonesia (termasuk PKS). Gaung panggilan kekhalifahan Hizbut Tahrir akan bertambah nyaring dan makin efektif bukan terutama oleh kekuatannya sendiri, melainkan oleh kegagalan pemerintahan sekuler (termasuk PKS) dalam mengurus soal ekonomi dan sosial negeri ini. Tidak setujukah Anda? _______________________________________________________________ Danny Lim e: [EMAIL PROTECTED] Bukan cuma di Asia Tenggara lho, di Eropa juga para teroris itu hendak mendirikan Kerajaan Islam Raya, alias negara yang hanya berdasarkan Sharia. Tapi jangan tanya link-nya ya, itu sudah lama saya dapat/dengar dari TV dan koran Belanda sini. Karena udah lama jadi ngga tahu lagi link-nya yang mana. Yang pasti ketika pembunuhan Theo van Gogh oleh muslim radikal Mohammed B. tahun lalu, setiap hari ada berita tentang Kerajaan Islam Raya itu di media Belanda. Metode muslim radikal itu secara garis besarnya begini: untuk membangun Kerajaan Islam Raya, mereka akan rusakkan dulu yang ada sekarang. Entah itu negara Belanda, Inggeris, Spanyol atau Indonesia, mereka hendak hancurkan dulu. Bom Bali "hanya" mempunyai daya rusak membunuh 202 orang, tapi kemunduran turisme di Bali dan lunturnya kepercayaan investor dunia terhadap Indonesia akibat pemboman itu mempunyai daya rusak yang barangkali 100 kali lebih dahsyat dari bomnya sendiri. Dus kita jangan memandang hanya bom-nya saja, tapi terlebih-lebih efeknya. Beruntung SBY tegar seperti gunung, terorisme disikat, korupsi pun dihantamnya, maka kini kepercayaan dunia terhadap Indonesia hidup lagi. Nah, bila negara Indonesia kembali berjaya, maka kans muslim radikal untuk mendirikan Kerajaan Islam Raya di Indonesia menjadi kecil. Jadi kita semua wajib menjaga keselamatan SBY, juga menjaga kekompakan penduduk Indonesia sendiri, dengan begitu secara tidak langsung kita telah menjaga keutuhan negara Indonesia. Ketika acara Halal Bi Halal di Wisma Duta Wassenaar, saya mengobrol dengan Anwar Ibrahim dari MUI. Pak Anwar bilang, agama Islam di Indonesia tidak asli lagi tapi sudah bercampur dengan tradisi Indonesia. Acara Halal Bi Halal misalnya, sudah terpengaruh tradisi Indonesia. Menurut Islam sejati, kesalahan bisa dimaafkan (dihalalkan) tapi tidak bisa dihapus, sedangkan menurut Halal Bi Halal gaya Indonesia, kesalahan bukan cuma dimaafkan tapi juga dihapus. Dus setelah Halal Bi Halal, maka semua kesalahan terhapus, mirip acara Pengakuan Dosa dalam agama Katolik. Kalau begitu orang Indonesia mesti bangga mempunyai ciri ke-Islam-an sendiri yang tidak didapati di negara muslim lainnya. Juga acara mudik dan ketupat ternyata hanya didapati di Indonesia lho. Nah pernyataan pak Anwar Ibrahim itu membuktikan bahwa "pemahaman Islam BISA ditangkap berbeda". Nah kalau berbedanya itu dalam bentuk ketupat, mudik dan Halal Bi Halal, itu memperkaya agama ya kagak ada orang yang protes donk yah, malah senang. Reportase lengkapnya Halal Bi Halal di Wisma Duta RI bulan lalu itu dapat anda baca di www.kincirangin.com menu Indonesia. Demikian sumbangan informasi dari saya. Salam hangat, Danny Lim, Nederland www.kincirangin.com _______________________________________________________________
Ungkapkan opini Anda di: http://mediacare.blogspot.com http://indonesiana.multiply.com --------------------------------- Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/