Pesantren, wajah puritan pondok ajengan
   
  BERMODAL komitmen menampung aspirasi penerapan syariat Islam, Wasidi 
Swastomo terpilih jadi Bupati Cianjur, Jawa Barat, lima tahun silam. 
Janji itu ia buktikan dengan membuat Gerakan Pembangunan Masyarakat 
Berakhlaqul Karimah. Disingkat Gerbang Marhamah.
   
  Setelah menjabat lima tahun, Wasidi mencalonkan kembali, lewat pilkada 
langsung, 30 Januari silam. Tapi, malang, ia kalah. Rabu pekan lalu, 
KPUD Cianjur mengumumkan, Wasidi hanya jadi runner-up, dengan 309.000 
suara. Kalah tipis oleh jagoan PKS-Demokrat, Tjetjep Muhtar, dengan 
311.000 suara.
   
  Apakah penduduk Cianjur tidak berselera lagi dengan syariat Islam? 
''Bukan!'' kata Zeni Akhmad, Ketua PKB Cianjur, pendukung Wasidi. 
''Berbagai survei membuktikan, 80% masyarakat Cianjur mendukung Gerbang 
Marhamah.'' Kekalahan Wasidi, menurut Zeni, justru karena dikembangkan opini 
bahwa Wasidi tidak setia lagi pada perjuangan Islam.
   
  Sekitar enam bulan lalu, berkembang tudingan: Bupati Wasidi mengizinkan 
pendirian bangunan baru di kawasan Gereja Lembah Karmel, Cianjur. ''Isu 
itu sangat sensitif bagi warga Cianjur,'' kata Zeni. Koordinator 
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat Cianjur, Dedy Suherly, mengungkapkan  
analisis serupa. Sentimen keislaman masih penting untuk memikat hati masyarakat 
Cianjur.
   
  Selain Cianjur, Tasikmalaya dan Garut juga dikenal kental religiusitas 
warganya. Ketiganya sama-sama jadi garda depan formalisasi syariat 
Islam di Jawa Barat. Ini tampak pada konstelasi politik lokal. Dua partai 
berbasis massa Islam menjadi fraksi terbesar. PPP meraup 12 kursi di 
Tasikmalaya. PKS meraih 14 kursi di Garut.
   
  Peta politik tiga daerah di Jawa Barat, yang mencerminkan kentalnya 
visi keagamaan warga, itu pararel dengan penelitian International Center 
for Islam and Pluralism (ICIP), Jakarta. Riset kualitatif ini dilakukan 
pada 20 pesantren di 10 kabupaten/kota se-Jawa Barat, September-Oktober 
2005. Mulai Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Cianjur, Sukabumi, 
Bogor, Majalengka, Kuningan, sampai Cirebon.
   
  Targetnya, menggali persepsi mereka terhadap pluralisme dan 
multikulturalisme. Kaukus pesantren yang diteliti ini tergabung dalam Badan 
Kerja  Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI). ''Ini organisasi pesantren 
yang tidak di bawah NU,'' kata KH Amien Noer, Ketua BKSPPI (berdiri sejak 
1972). Anggotanya memiliki ikatan emosional sebagai sesama bekas basis 
Masyumi.
   
  ''Secara umum, pesantren di Jawa Barat lebih puritan dibandingkan 
dengan pesantren-pesantren di Jawa Timur,'' kata Jajang Jahroni, peneliti 
ICIP. Hasil riset ini dilansir dalam lokakarya di Depok, selatan Jakarta, 
17 Januari silam.
   
  Soal penerapan syariat Islam, semua responden sepakat sebagai 
keharusan. Hanya berbeda dalam cara. Ada yang mengharuskan wadah negara Islam, 
ada yang tidak. Hasrat kuat penerapan syariat, seperti tampak di 
Cianjur, Tasikmalaya, dan Garut tadi, bermuara secara formal dalam peraturan 
daerah (perda).
   
  Ini berbeda dengan kantong-kantong santri di Jawa Timur. Seperti 
Jombang, Kediri, Tuban, dan kawasan ''tapal kuda''. Ekspresi keberagamaan di 
sana, betapapun kental, tidak mengemuka dalam perda. Begitu juga di 
Mataram dan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Meskipun didominasi peran para 
tuan guru, formalitas syariat bukan prioritas.
   
  Fenomena Jawa Barat lebih mirip wajah Sulawesi Selatan dan Nanggroe 
Aceh Darussalam. ''Kebetulan kawasan itu pernah menjadi basis Darul 
Islam,'' kata Jajang. Responden menandaskan, toleransi agama hanya terbatas
pada masalah sosial-politik. Tak ada toleransi dalam akidah. Karena itu, 
haram mengucapkan selamat Natal. Haram juga menghadiri ritual hari 
besar agama lain.
   
  ''Masing-masing saja memperingati hari besar agama, yang penting tidak 
saling mengganggu,'' kata KH Amien Noer. ''Kita jangan sampai 
mengorbankan akidah.'' Bagi KH Rais Ahmad, Wakil Ketua BKSPPI, haramnya ucapan 
selamat Natal tak penting dipersoalkan. ''Itu terlalu kecil dibandingkan 
dengan toleransi yang telah diberikan mayoritas pada minoritas berupa 
keamanan,'' katanya. Mereka setuju fatwa MUI bahwa Ahmadiyah sesat.
   
  Satu paket dengan pandangan ihwal toleransi, kalangan pesantren yang 
diteliti juga menolak pluralisme, liberalisme, dan sekularisme. Jaringan 
Islam Liberal (JIL) dan berbagai agenda wacananya mereka tentang. Sikap 
anti-JIL makin menguat setelah keluarnya fatwa MUI. ''Pesantren yang 
paling moderat sekalipun cenderung resisten pada JIL, apalagi kalau 
artikulasinya agak provokatif,'' ujar Jajang Jahroni.
   
  Namun Jajang menemukan pandangan lebih terbuka di kalangan ustad-ustad 
muda di pesantren. Mereka lebih mudah diajak berdialog dan bisa 
mengerti tema-tema Islam liberal, seperti pluralisme agama dan perkawinan 
antaragama. ''Tapi mereka bilang, itu bukan untuk konsumsi publik,'' papar 
dosen UIN Jakarta itu.
   
  ''Dari penelitian ini, saya makin yakin, pesantren itu tidak seragam, 
amat beragam,'' kata Bambang Pranowo, guru besar sosiologi agama UIN 
Jakarta. ''Pesantren di Jawa Barat, meski berkultur NU, orientasi 
politiknya cenderung seperti Masyumi.'' Berbeda dengan Jawa Timur yang 
tradisionalis ala NU.
   
  Bambang menilai, tantangan lokal masing-masing kawasan berpengaruh pada 
tampilan pesantren. Pesantren di Jawa Barat lebih dekat dengan agenda 
Masyumi, khususnya dalam menentang komunisme. Pesantren Jawa Timur lebih  
menekankan pendalaman agama karena berdekatan dengan sisa-sisa 
Hindu-Buddha. Sementara sebagian pesantren Jawa Tengah, terutama Muhammadiyah,  
menekankan dakwah mengimbangi Kristenisasi dan menentang bid'ah.
   
  Dalam hal wacana keagamaan, menurut Jajang Jahroni, pesantren di Jawa 
Timur lebih terbuka. ''Mereka sudah biasa membaca karya-karya Syatibi 
dan Nasr Hamid yang cenderung progresif,'' ujar Jajang. BKSPPI sendiri 
sempat mengalami pergeseran. Semula, oleh pendirinya, KH Sholeh Iskandar 
(Bogor), organisasi ini berorientasi menjadi basis pengembangan 
masyarakat. Mereka terbuka bekerja sama dengan mitra asing, termasuk Barat, 
untuk mengembangkan pesantren.
   
  Sepeninggal KH Sholeh, BKSPPI di bawah kepemimpinan KH Kholil Ridwan 
(1994-2002) dinilai makin konservatif. ''Juga makin politis, amat dekat 
dengan ICMI dan para jenderal hijau di TNI,'' papar Jajang, Mereka 
menutup kerja sama dengan mitra Barat. Maunya hanya dengan mitra Timur 
Tengah.
   
  KH Amien Noer menjelaskan, kesan pergeseran itu akibat cara menyikapi 
tantangan. ''Waktu belum banyak partai politik Islam, pada masa Orde 
Baru, BKSPPI lebih banyak masuk arena politik,'' katanya. ''Setelah 
reformasi, aspirasi politik umat Islam makin terbuka. Sekarang kami kembali 
membenahi pesantren.'' Meski anggota BKSPPI beragam, ada unsur NU, 
Persis, dan Masyumi, kerja samanya tetap terbangun. ''Yang penting, kita 
sesama Islam,'' kata KH Amien.
   
  Ia sedih ada sejumlah alumnus pesantren yang terseret ikut aksi bom 
bunuh diri. Dari tujuh pemuda yang pernah beraksi, tiga orang dari Jawa 
Barat (Heri Golun/Sukabumi, Salik Firdaus/Majalengka, dan Ayib 
Hidayat/Ciamis). ''Itu karena ketimpangan pendidikan dan frustrasi menghadapi 
persaingan hidup,'' ujar KH Amien. ''Maka, kami konsentrasi membekali 
santri dengan skill agar punya daya saing.''
   
  ''Lewat penelitian ini,'' kata Syafi'i Anwar, Direktur ICIP, ''Kami 
ingin mendapatkan data objektif untuk membantu BKSPPI, agar umat Islam 
lebih maju.'' Peneliti berkesimpulan, banyak pandangan yang kurang sejalan 
dengan agenda toleransi dan demokratisasi. Tapi tidak berarti kaum 
konservatif menang dan muslim moderat kalah. ''Karena dialog dua pandangan 
itu masih terus belangsung,'' kata Jajang.
   
  Asrori S. Karni
[Nasional, Gatra Nomor 14 Beredar Senin, 13 Februari 2006] 
http://www.gatra.com/artikel.php?id=92338

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke