Mengembangkan Tafsir Sensitif Jender 

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/11/swara/2499131.htm
Kompas, 11 Mar 06

Farid Muttaqin

Tafsir ajaran agama sensitif jender merupakan keniscayaan dalam 
menegakkan keadilan jender. Ini terkait dengan kuatnya ajaran agama 
dijadikan sebagai legitimasi berbagai bentuk diskriminasi serta 
kekerasan terhadap perempuan. 

Tafsir bias jender sebagai gambaran dominasi pemikir patriarki telah 
banyak memarjinalkan dan menutup jalan tumbuhnya pemikir perempuan 
yang bisa terlibat dalam berbagai pergulatan pemikiran Islam. Hal ini 
menjadikan produk pemikiran bias jender semakin tak tertandingi.
Sayangnya, perubahan menuju berkembangnya tafsir sensitif jender 
tidak mudah. Produk tafsir bias jender telah menjadi realitas 
kebenaran yang dipercaya kesahihannya hampir oleh seluruh umat Islam. 
Mereka bahkan tidak memedulikan implikasi produk tafsir tersebut yang 
telah membuahkan kekerasan terhadap perempuan. Produk tafsir ini juga 
menjelmakan otoritas pemegang tafsir bias jender itu yang tidak boleh 
ditentang! Pengembangan tafsir sensitif jender dianggap sebagai upaya 
menentang kebenaran Islam yang bertahun-tahun mereka percayai 
sekaligus subversi terhadap pihak-pihakotoritatif yang bertahun-tahun 
jadi panutan.

Selain itu, selama ini usaha penafsiran masih dianggap sebagai 
pekerjaan eksklusif, hanya boleh dilakukan elite intelektual yang 
dianggap memiliki penguasaan atas berbagai bidang keilmuan agama, 
seperti ulumul quran, ulumul hadits, nahw, sharaf, balaghah, dan 
lainnya, yang hampir mustahil dipenuhi mereka yang marjinal dalam 
pergulatan pemikiran Islam, seperti kaum perempuan.

Menurut saya, ada dua hal penting yang bisa dilakukan untuk melampaui 
masalah di atas. Pertama, membangun pemahaman masyarakat Islam agar 
lebih sensitif terhadap persoalan perempuan sebagai upaya membangun 
penghargaan yang adil melalui prinsip antidiskriminasi.

Prinsip ini harus disosialisasikan melalui forum seperti bahtsul 
masail, pengajian, tablig, dan khotbah Jumat, yang otomatis menuntut 
kita memberi perhatian terhadap terbangunnya pandangan sensitif 
jender pada kelompok strategis dakwah Islam seperti kiai, ustadz, 
guru mengaji, mubalig, dan tokoh agama lainnya.
Kedua, mengubah pandangan bahwa penafsiran bukanlah upaya eksklusif 
yang hanya menjadi hak sekelumit elite intelektual Islam. Upaya 
penafsiran adalah hak semua umat beragama seiring dengan akal dan 
interaksi eksperimental baik secara sosial maupun spiritual mereka.
Setiap umat beragama berhak mempertanyakan, merasa tidak puas, dan 
menyusun pandangan baru atas suatu pandangan agama klasik sebagai 
jalan tafsir. Hal ini karena beragama adalah proses mencari kebenaran 
yang tidak boleh berhenti sampai pemeluk agama merasa puas lahir dan 
batin, rasional dan dogmatis (spiritual), lalu ikhlas dan sadar 
menerima ajaran agama dengan tetap berprinsip pada nilai dasar agama: 
keadilan, antikekerasan, dan kemanusiaan.

Dengan perspektif ini, kita bisa memberi peluang setara untuk 
melakukan kerja tafsir bagi perempuan yang tidak bisa mengakses 
sumber-sumber Islam yang dominan berbahasa Arab.

Untuk itu, kita perlu membangun metode tafsir sensitif jender yang 
sederhana yang bisa dipakai penganut agama yang tidak memiliki 
kelebihan dalam mengakses sumber ajaran dan pengetahuan Islam. Dengan 
cara ini, kita dapat menggugurkan pandangan eksklusif atas kerja 
penafsiran agama serta membangun dasar perspektif bagi tafsir yang 
sensitif jender. 

Untuk membangun tafsir secara sederhana itu dapat dengan memahami dan 
mengaplikasikan analisis jender pada tafsir itu, yaitu mampu 
membedakan antara seks dan jender. Seks adalah jenis kelamin, 
sedangkan jender adalah jenis kelamin berdasarkan konstruksi sosial 
budaya yang memiliki ciri berubah-ubah dan bisa menjadi sifat, peran, 
dan ciri siapa pun tanpa memandang jenis kelamin seksualnya.
Sebagai contoh, tafsir atas kepemimpinan (qiwamah) yang dalam tafsir 
bias jender diklaim hanya menjadi hak laki-laki. Jika qiwamah 
merupakan ciri lintas seksual, terbukti misalnya dalam sejarah 
terdapat pula pemimpin perempuan, maka jelas itu merupakan jender 
yang tidak tergantung pada jenis kelamin seksual. Oleh karena itu, 
tidaklah tepat memaknai kepemimpinan hanya sebagai hak eksklusif laki-
laki.

Penelusuran

Cara lain dengan penelusuran sejarah ayat/hadis dan 
mengontekstualisasikannya dengan realitas saat ini. Memahami sejarah 
teks memberi pemahaman mengenai maksud dan tujuan ayat tersebut yang 
tentu tidak ahistoris, tetapi sangat tergantung pada situasi 
tertentu. Karena tidak ahistoris, kita bisa merelevansikan maksud dan 
tujuan ayat tersebut dengan kehidupan saat ini.

Untuk mengatasi ketidakmampuan berbahasa Arab dan alat tafsir yang 
lain, bisa memanfaatkan terjemahan sebagai sumber dasar, meski banyak 
produk terjemahan Al Quran serta hadis yang bias jender. Analisis 
jender yang menjadi dasar perspektif akan membimbing kita untuk 
konsisten melakukan tafsir dengan perspektif jender.

Selain itu, juga sangat penting membangun tradisi di kalangan 
perempuan untuk aktif bertanya kepada kiai atau ustadz, misalnya 
meminta dibacakan suatu teks ayat atau pemikiran dalam kitab kuning 
untuk kemudian kita mencoba memahaminya sesuai dengan perspektif 
jender dan mengonstekskannya dengan situasi sosial-budaya kita. Kita 
sadar, kita tidak sedang mengubah ayat, hadis, atau kalimat apa pun 
dalam suatu kitab. Kita hanya sedang menghadirkan pemahaman baru yang 
lebih sensitif atas ayat, hadis, dan kalimat-kalimat dalam kitab itu.
Akhirnya, kita berharap pengembangan tafsir berperspektif jender ini 
tidak sekadar akan merevisi berbagai pandangan bias jender dalam 
tafsir klasik yang patriarki, tetapi memberikan kesempatan yang besar 
bagi perempuan untuk terlibat dalam pergulatan pemikiran Islam.

Farid Muttaqin Koordinator Program PUAN Amal Hayati Jakarta








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke