SBY dan kaum nasionalis: Mana yang benar, Kompas atau Republika? Saya postingkan artikel dari KOMPAS edisi (25/3/06) saat SBY berpidato di pembukaan Kongres Alumni GMNI. Yang aneh, kutipan pidato Presiden tersebut sungguh beda antara KOMPAS dan REPUBLIKA. Berikut kutipan di KOMPAS: "Jangan cepat-cepat mengimpor budaya negara lain, seperti Amerika dan lain-lain. Budaya kita sudah sangat luar biasa......." REPUBLIKA memajangnya di halaman depan dengan tajuk "Presiden: Jangan impor budaya lain", sedangkan KOMPAS di halaman dalam. KOMPAS memajang foto SBY sedang bercengkerama dengan Taufik Kiemas, REPUBLIKA tanpa foto. Saya nilai REPUBLIKA tak memenuhi unsur WHERE karena sama sekali tak disebut ucapan SBY itu pada acara apa dan dimana tergelar. Rasanya aneh kalau pembaca disuruh menebak-nebak sendiri. Berikut kutipan dari REPUBLIKA: "Janganlah cepat-cepat mengimpor budaya lain, budaya Eropa, budaya Timur Tengah, budaya Amerika dan lainnya. Saya kira budaya Indonesia ini sudah sangat luar biasa........"
Mana sesungguhnya kutipan yang benar, KOMPAS atau REPUBLIKA? Saya pribadi lebih suka kutipan dari REPUBLIKA karena lebih lengkap dan rasanya adil karena menyebut budaya Timur Tengah segala. Maknanya, SBY ingin menohok kian maraknya budaya Timur Tengah di negeri ini, termasuk apa yang terkandung dalam RUU Porno dan Perda-Perda unik yang muncul di berbagai daerah. Dari segi jurnalisme - andai apa yang dikutip REPUBLIKA itu benar adanya - apakah bijak memotong pidato seorang tokoh sehingga maknanya bisa berkurang jauh dari isi yang sesungguhnya disampaikan? Andai kutipan KOMPAS yang benar, apa maksud REPUBLIKA menambah-nambahi? Buat rekan-rekan wartawan yang meliput acara tersebut, mohon masukannya. Salam, Radityo Djadjoeri ________________________________________________________________________ Presiden: Bersatulah Kaum Nasionalis http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0603/25/utama/2538086.htm Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan syukur atas tampil kembalinya kaum nasionalis. Ia meminta kaum nasionalis bersatu menyelamatkan bangsa, dengan Pancasila dan rasa kebangsaan yang tinggi, menuju masa depan Indonesia yang lebih baik. "Hari ini kita membangun tonggak sejarah baru. Alhamdulillah kaum nasionalis sudah mulai tampil kembali untuk menyelamatkan bangsa kita. Mari dengan Pancasila dan rasa kebangsaan yang tinggi kita bangun negara kita menuju masa depan yang lebih baik. Selamat berjuang. Merdeka!" ujar Presiden menutup sambutan pembukaan Kongres Persatuan dan Kesatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Jakarta, Jumat (24/3). Presiden mengakhiri sambutan dengan pekik "merdeka" seperti ketika mengawali sambutannya. Dalam pembukaan kongres itu hadir sejumlah tokoh politik dan nasional, seperti Taufik Kiemas—suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri—yang berkali-kali dipeluk hangat Presiden Yudhoyono, Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno, Theo L Sambuaga, dan Suko Sudarso. Dalam kesempatan itu Siswono Yudo Husodo tampil menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Revitalisasi Pancasila dan Kemandirian Bangsa". Selain menanggapi sejumlah isu aktual nasional, Presiden dalam sambutannya juga menekankan empat konsensus dasar yang dibangun para pendiri bangsa, yang menurut Yudhoyono tidak boleh tercabut sampai kapan pun. Empat konsensus dasar itu adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. "Indonesia akan rontok kalau empat konsensus dasar ini tercabut. Saya kira kaum nasionalis tidak boleh dan tidak akan membiarkan negaranya rontok. Karena itu, konsensus dasar tersebut harus dipertahankan. Itu adalah amanah para pendiri bangsa," ujarnya disambut tepuk tangan. Terkait dengan globalisasi yang tak terhindarkan, yang menantang tiga kemandirian bangsa seperti dikemukakan Bung Karno dalam Trisakti: di bidang politik, ekonomi, dan budaya, Presiden mengatakan, dengan jati diri dan semangat kebangsaan, Indonesia berupaya mengatasi semua tantangan itu demi kemandirian dan kemajuan bangsa. Mengenai kemandirian budaya yang mengemuka dalam debat tafsiran pornografi di masyarakat, Presiden meminta semua pihak berpikir jernih dan logis dalam membuat rumusan. "Jangan perang tanding hanya karena interpretasi. Ini bangsa kita sendiri, negara kita sendiri, masyarakat kita sendiri. Jangan cepat- cepat mengimpor budaya negara lain, seperti Amerika dan lain-lain. Budaya kita sudah sangat luar biasa," ujarnya. (INU) --------------------------------- Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/