Salam....Pak HM. Nur Abdurrahman...
  
  Kalo hal itu, lain urusan.
  
  Sama dengan akhir-akhir ini marak para kiayi bajakan, seperti Jefri buchory mantan morfinis yg namanya di kasih ''al''  biar seperti orang arab. Menjadi al-Buchory.
  
  Juga Iyan Gimnastiar, sarjana teknik yang namanya diganti menjadi Abdulloh Gimnastiar, bair serasi digandengkan dengan gelar kiai. Ia hanya modal kehalusan bicara.
  
  Juga arifin ilham....dan lain-lainya....
  
  Mereka itu semua, dengan mudahnya menempelkan gelar kiayi pada biografinya.Padahal, mereka semuanya, kalau disiruh baca kitab kuning, jelas kelabakan. Iya toh?
  
  Dimana mereka belajar mantiq, balaghoh, nahwu shorof dan sejenisnya?...Atau ushul Fiqh, mushtolahul hadits de el el......
  
  Memang, ada baiknya, mereka mengajak kebaikan, dari pada   mereka mengajak kemaksiatan.
  
  Jangan marah. Perlu diingat, kita disini bicara adalah konteks ilmiah.Bukan konteks dakwah...
  
  Bagaimana?
  
 

Donnie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  So what gitu looh...
sori satu barisan



===========
On 5/25/06, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Ini ana kirim yang Abah toles. Asal tahu saja Prof HM Quraisy Syihab, biasa
> pula dipanggil dengan KHM Quraisy Syihab, juga dengan Anrong Gurunta (Tuan
> Guru) HM Quraisy Syihab. Jadi Professor (pemikir) Kiyai (Kitab Kuning) dan
> Guru sekaligus.
> Tambahan:
> Lulusan Pesantren IMMIM bisa ke mana saja. Asal tahu saja ada Ustadz Senior
> yang mengajar di Pesantren IMMIM, yang lulusan Pesantren IMMIM yang
> statusnya PNS, dosen senior (S2 elektro-teknik) di Fakultas Teknik Jurusan
> Elektro Universitas Hasanuddin. Jangan main-main Ustadz kami itu penyandang
> sabuk-hitam Black Panther.
>
> Muammar Qaddhafi, yg pk e-mailnya Abah pd mlm/hr Jmt
>
> MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQQMQMQ
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 726 Hidangan di atas Meja
>
> Hari Pendidikan Nasional diisi oleh IMMIM dengan demontrasi di dalam ruang
> yang dibatasi dinding, yaitu kegiatan mujadalah (diskusi). Pada hari Selasa,
> 2 Mei 2006 yang lalu itu, di Aula Mini IMMIM Jalan Jenderal Sudirman oleh
> DPP IMMIM diselenggarakan diskusi bertemakan motto IMMIM: "Bersatu dalam
> 'Aqidah, Toleransi dalam Khilafiyah-Furu'iyah." Penceramah adalah Prof HM
> Quraisy Syihab, salah seorang di antara para pendiri Pesantren IMMIM
> Tamalanrea. Pak Quraisy kemukakan bagaimana cara memanej perbedaan pendapat
> dalam bingkai Khilafiyah-Furu'iyah, yang diibaratkan oleh Pak Quraisy
> sebagai Hidangan di Atas Meja.
>
> Terakhir saya bertemu dengan Pak Quraisy 18 tahun yang lalu, yaitu pada
> tahun 1988 di lapangan terbang Cengkareng Sukarno Hatta yang waktu itu
> bersama-sama dengan Allahu Yarham H.Ismail Hasan Metareum dan Dr 'Imaduddin
> Abd Rahim. Ada cirikhas Pak Quraisy dalam berceramah, maupun menulis buku,
> yaitu Pak Qurisy jarang mengemukakan pendapat beliau, melainkan pada umumnya
> Pak Quraisy mengemukakan beberapa pendapat beserta dengan alasannya
> masing-masing, jadi terserah kepada kita untuk memilih pendapat itu. Jadi
> betul-betul Pak Quraisy ibarat menyuguhkan hidangan di atas meja. Itulah
> tehnik (bukan teknik) memanej perbedaan pendapat. Selama hidangan itu ada di
> atas meja maka kita bebas (bukan liberal) memilih keinginan kita, dan tidak
> boleh kita paksakan kepada orang lain untuk memilih seperti yang kita pilih.
> Pokoknya kalau hidangan itu ada di atas meja maka itu semuanya benar. Antara
> lain Pak Quraisy mengemukakan dua contoh:
> Pertama, ayat:
> -- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S. ALBQRt, 2:228), dibaca:
> -- walmuthallaqa-tu yatarabbashna bianfusihinna tsala-tsata quru-in (s.
> albaqarah), artinya: -- Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan
> diri (menunggu) tiga kali quru'. Dalam hal ini ada dua pendapat, tiga kali
> haid atau tiga kali bersih dari haid.
> Kedua, instruksi RasuluLlah SAW:
> -- "Jangan shalat 'Ashar sebelum tiba di pemukiam Banu Quraizhah." Ada
> sekelompok sahabat yang shalat Ashar sebelum tiba karena memperhitungkan
> kalau akan shalat Ashar di tempat Banu Quraizhah, maka waktu shalat akan
> terliwat, sedangkan ada sekelompok yang betul-betul baru shalat waktu tiba
> di tempat yang dituju walaupun waktu Ashar sudah liwat. Dan itu kedua-duanya
> dibenarkan oleh RasuluLlah SAW.
>
> Elok kiranya saya kemukakan asbabul wurud instruksi tsb, yakni seperti
> berikut: Pernah Madinah dikepung pasukan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan
> Yahudi Banu Nadhir dari lembah Khaibar dengan kekuatan di antara 18.000
> hingga 20.000 orang. Ada bagian Kota Madinah yang terlindung oleh
> benteng-benteng Yahudi Banu Quraizhah dan pepohonan kurma. Akan tetapi ada
> pula bagian yang terbuka sama sekali. Atas saran Salman Al Farisi pada
> bagian terbuka itu dibuat lini pertahanan dengan menggali parit (khandaq).
> Itulah sebabnya perang melawan konfederasi Quraisy, Ghatafan dan Yahudi Banu
> Nadhir yang datang menyerbu Madinah itu disebut dalam sejarah dengan "Perang
> Khandaq". Ada pakta antara Kaum Muslimin dengan banu Quraizhah yang antara
> lain berbunyi: Jika ada musuh menyerang Madinah banu Quraizhah bersama-sama
> kaum Muslimin mempertahankan Madinah dan masing-masing mengeluarkan biaya
> untuk peperangan mempertahankan kota. Banu quraizhah membelot, bergabung
> dengan pasukan konfederasi, akan menyerang Madinah dari belakang lini.
> Pengepungan itu digagalkan Allah SWT pada malam sebelum hari H, yaitu:
> -- FARSLNA 'ALYHM RYhA WJNWDA LM TRWHA (S. ALAhZAB, 33:9), dibaca:
> -- fa arsalna- 'alayhim ri-haw wajunu-dal lam tarawha-, artinya:
> -- maka Kami kirim kepada mereka angin badai dan pasukan yang kamu tidak
> melihatnya.
> Angin yang sangat dingin bertiup dengan sengitnya, yang menyebabkan pasukan
> konfederasi malam itu juga semuanya mundur. Pasukan konfederasi bubar,
> Perang Khandaq berakhir. Namun bagi Banu Quraizhah belumlah selesai.
>
> -- Baru saja Rasululah akan menaruh senjata beliau di rumah, Jibril datang
> dan menunjuk ke arah Banu Quraizhah. [H.R. Bukhariy].
>
> Contoh shalat Ashar di atas itu, ialah tatkala RasuluLlah masih hidup, jadi
> mudah untuk merujuk kepada beliau. Karena sekarang ini kita sudah jauh dari
> zaman RasuluLlah SAW, lagi pula banyaknya isme-isme yang mempengaruhi ummat
> Islam, maka kita harus jeli melihat hidangan-hidangan yang seba-neka itu,
> mana yang ada terhidang berbingkai meja yang dimaksud Pak Quraisy.
>
> Dalam diskusi itu sebenarnya saya tidak bermaksud ikut bicara. Namun tatkala
> Pak Quraisy selesai menjawab tanggapan pada pukul 12.00, dan disambut oleh
> moderator Prof. H Ahmad Sewang memberikan kata akhir menutup acara diskusi,
> saya maju ke depan berbisik kepada keduanya Pak Quraisy dan Pak Ahmad untuk
> memberi saya 5 menit, berhubung tadi disepakati diskusi berakhir pukul
> 12.15. Pasalnya, ada pembicara mengemukakan Jaringan Ulil Absar yang dijawab
> Pak Quraisy hanya secara umum saja, tambahan pula mungkin banyak peserta
> diskusi yang belum pernah dengar nama jaringan yang seperti itu.
>
> Maka saya kemukakan bahwa yang dimaksud oleh pembicara tadi Jariangan Ulil
> Absar adalah yang menamakan diri Jaringan Islam Liberal (JIL). Saya tegaskan
> dalam pembicaraan saya itu, bahwa JIL itu hidangannya tidak ada dalam
> bingkai meja yang dimaksud Pak Quraisy. Adapun alasannya ialah JIL
> menganggap sekularisme, liberalisme dan pluralisme adalah kebenaran mutlak
> dan dijadikan paradigma untuk mengkritisi Al-Quran. Apa yang saya kemukakan
> itu dibenarkan oleh Pak Quraisy dengan menambahkan bahwa Ulil menganggap
> Al-Quran itu biasa-biasa saja, ya seperti buku sastra biasa saja. Itukan
> tidak benar, demikian Pak Quraisy, yang maksudnya terletak di luar bingkai
> meja tempat hidangan disajikan.
>
> Alhasil bebas memilih bukan secara liberal, melainkan bebas memilih di
> antara hidangan yang terhidang di atas meja, di mana hidangan di atasnya,
> itu semuanya benar: "Bersatu dalam 'Aqidah, Toleransi dalam
> Khilafiyah-Furu'iyah." WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 7 Mei 2006
>    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
>
>  MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQQMQMQ
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "Donnie" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Wednesday, May 10, 2006 11:28 AM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Quo Vadis Intelektualitas Kiai dan Pesantren?
>
>
> Agak bingung dengan tulisan ini.  Cukup jelas diskripsi tentang
> ulama/kyai sebagai produk dari pesantren tradisional, tetapi gak
> terlalu jelas apa yang dimaksud sebagai pemikir/ilmuwan.
> Kalau ilmuwan dianggap sebagai produk perguruan tinggi, tetapi mengapa
> mengkritik lulusan STAI dibilang miskin khasanah keilmuan??
>
> Tidak jelas juga wacana keislaman di tingkat praksis, kontemporer
> (dalam kehidupan sehari2 yang bicara ttg rokok, kesehatan, budaya
> korupsi, masalah pelacuran, demokrasi, kesantunan berlalu lintas,
> relasi laki2 perempuan dan konsekuensinya) atau ditingkat yang lebih
> tinggi?  yang membutuhkan kajian keilmuan yang "sekuler" dan butuh
> keahlian dan dedikasi keilmuan tersendiri ataukah wacana Islam yang
> klasik, yang sudah given, tidak berubah karena terframe oleh ruang,
> konteks dan waktu ? (yang membutuhkan ketrampilan khusus untuk
> memahami dan hanya dimiliki oleh orang dengan training tertentu).
>
> Moral yang saya tangkap sih sepertinya masih menganggap bahwa
> pentafsiran adalah domain kyai produk pesantren dan tetap mengharapkan
> bahwa Ulama/kyai atau produk pesantren haruslah tetap menjadi manusia
> setengah dewa, yang harus bisa menjadi ahli ilmu agama dan semua ilmu
> yang lain (sesuatu yang nyaris mustahil, mengingat perkembangan
> pengetahuan yang sangat terdivesifikasi dan terspesialisasi).
> Masih terperangkap mimpi kejayan Islam tentang Ibn Sina, Alkemi dll,
> yang memang memungkingkan menjadi manusia segala ilmu karena entitas
> ilmu yang memang tidak sekompleks sekarang.
> mkkk (mohon koreksi kalau keliru)
>
> regards,
> Donnie
>
>
>
>
>
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....



  SPONSORED LINKS
        Women   Different religions beliefs   Islam     Muslimah   Women in islam
   
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS

   
    Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
   
    To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
   
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

   
---------------------------------
 



           
---------------------------------
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Different religions beliefs Islam
Muslimah Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke