Temans,
Dulu, baru beberapa minggu masuk satu milis, saya
membaca satu postingan yang ceritanya tentang Yasmina,
gadis Palestina yang hamil diperkosa kakak iparnya
saat dia membantu di rumah kakaknya.  Kehamilan itu
dianggap aib keluarga dan penyelesaiannya bukan
menghukum pemerkosa (si kakak ipar) tapi Yasmina yang
dibunuh oleh kakaknya. Membaca tulisan pak damhuri
Muhammad di bawah ini tentang novel Burned Alive ini
juga membuat saya bertanya-tanya, apakah agama
mengajarkan penyelesaian satu aib ini dengan membunuh
perempuan, tidak peduli apakah dia seorang korban atau
bukan?

salam
Aisha
------
Kekerasan Atas Nama Kehormatan 
Damhuri Muhammad

Perempuan hamil tua itu duduk dalam posisi membungkuk
sambil membilas tumpukan cucian. Sayup-sayup terdengar
pintu berderit. Saat menoleh ke belakang, lelaki
bertubuh besar sudah berdiri di hadapannya. Orang itu,
Hussein, suami kakak perempuannya, Noura. "Jadi,
perutmu sudah besar, ya?" tanya Hussein, beringas. 

Pucat pasi rona mukanya, ngeri membayangkan apa yang
bakal diperbuat lelaki itu. "Aku akan mengurusmu!"
ulang Hussein. Perempuan itu kembali menunduk,
membilas tumpukan pakaian kotor. Sejurus kemudian, ia
merasakan cairan dingin mengalir di kepalanya, menetes
ke pipi, leher, kuduk, bahu hingga pergelangan tangan.
Secepat kilat Hussein melemparkan korek api ke tubuh
perempuan yang baru saja tersiram bensin itu. Api
menyala, melalap tubuh itu. Terbirit-birit ia lari
dalam keadaan terpanggang, mengerang kesakitan,
berteriak minta tolong. 

Selesai sudah tugas Hussein "mengurus" Souad, adik
iparnya itu. Souad sedang sekarat, sebentar lagi bakal
mati. Souad harus dilenyapkan. Ia aib yang telah
merusak kehormatan keluarga. Hamil sebelum menikah. 

Maka, ia harus dirajam. Bukan dengan cara diarak
keliling kampung lalu dilempari batu sampai mati. Itu
sama saja dengan mempertontonkan aib di hadapan orang
banyak. Hukuman bagi perempuan itu adalah rajam
terselubung. Direncanakan ayah, ibu, saudara laki-laki
dan ipar-iparnya. Pembunuhan yang rapi, cepat, dan tak
berbekas. Tubuhnya disiram bensin, lalu disulut korek
api. Hussein terpilih sebagai eksekutornya. 

Inilah kesaksian tentang perempuan malang yang tinggal
di sebuah desa kecil kawasan Tepi Barat, Palestina.
Kisah nyata perihal kejahatan atas nama kehormatan. 

Dituturkan dengan cara amat rapi dan tertata oleh
seorang korban yang selamat, Souad, lewat novelnya
Burned Alive. Nestapa Firdausi sejak bersitumbuh jadi
gadis remaja hingga dijebloskan ke penjara perempuan
(Mesir) seperti dikisahkan Nawwal El-Saadawi
(Perempuan di Bawah Titik Nol) atau duka lara Mirfat
akibat tangan besi laki-laki seperti dituturkan Ihsan
Abdel Quddous (An Evening in Cairo) memang pedih,
tetapi petaka yang menimpa Souad jauh lebih pedih. 

Nasib dan peruntungannya nyaris sama dengan perempuan
muda asal Jawa Timur, pasien bedah plastik setelah
kulit mukanya meleleh dan hancur tak berbentuk akibat
siraman air keras. 

Souad memang selamat, tetapi 24 kali operasi kulit
yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Swiss tak
mampu mengembalikan tubuhnya utuh seperti semula.
Kulit wajahnya penuh luka bakar, kuping sebelah
kirinya tinggal separuh. Leher, kuduk, punggung, dan
kedua pergelangan tangannya membekaskan sisa kejahatan
yang sukar terlupakan. 

Setiap hari, Souad harus mengenakan baju leher
panjang, menutupi bekas-bekas luka panggang itu.
Terlahir sebagai perempuan adalah kutukan. Begitu
keyakinan yang kokoh dipegang gadis-gadis belia di
tanah kelahiran Souad. 

Seorang gadis mesti berjalan cepat, kepala menunduk
seperti menghitung jumlah langkah yang diayunkan. Tak
boleh tengadah, dilarang menoleh ke kiri, ke kanan.
Jangan coba-coba menantang sorot mata laki-laki karena
akan dituduh charmuta (perempuan jalang). Bila keluar
rumah, dilarang jalan sendiri, mesti ditemani ibu atau
saudara perempuan. 

Bila tak ada mereka, keluarlah dengan sekawanan domba
peliharaan sambil memikul seikat rumput atau
sekeranjang buah ara. Itu lebih aman sebab semua
perempuan harus bekerja, bahkan hanya perempuanlah
yang bekerja. Mencukur bulu domba, memerah susu
kambing, membuat keju, memetik buah tomat, dan panen
gandum. 

Anak laki-laki adalah raja. Saudara-saudara perempuan
harus melayani semua kebutuhannya. Mencuci pakaian,
menyediakan air panas sebelum mandi, menyuguhkan teh,
dan menyiapkan kuda sebelum ditunggangi. Assad,
satu-satunya saudara laki-laki Souad, bebas keluar
rumah. Bersekolah di kota. 

Perempuan dilarang bersekolah. Mereka hanya
menggembala domba, sesekali harus tidur di kandang
bila ada kambing melahirkan. Mesti ditunggu, sambil
tidur di tumpukan jerami. Tidur di kandang kambing,
tetapi tak lebih berharga dari kambing-kambing itu.
Binatang hasilkan susu, sementara anak-anak perempuan
hanya beban, aib keluarga yang harus segera
disingkirkan. 

Pernah Souad tak sengaja memetik tomat mengkal,
semestinya ia hanya memetik tomat-tomat matang saja.
Berkali-kali ikat pinggang ayah mendarat di
punggungnya. Souad merintih kesakitan, tetapi lelaki
itu makin kencang mencambuki tubuh gadis kecil itu
hingga punggungnya penuh luka memar, sukar ia tidur
telentang. 

Satu-satunya kebebasan yang dapat diimpikan Souad
adalah perkawinan. Pergi dari rumah, tinggal di rumah
suami dan tak pernah kembali. Meski di rumah baru itu
tiada jaminan tak akan ditampar dan dihajar suami.
Terbebas dari mulut harimau, masuk ke mulut singa. 

Jika seorang perempuan pulang ke rumah orangtua
(mengadu karena sering dipukuli suami), itu aib! Maka,
keluarga akan mengembalikannya ke rumah suami. Tak
apa-apa dihajar lagi, asal jangan pulang membawa aib.
Meski begitu, Souad tetap ingin menikah. 

Celakanya, saat laki-laki datang melamar, ia terhalang
sebab, Kainat, saudara perempuan yang lebih tua, belum
bersuami. Melangkahinya juga aib. Itu sebabnya Souad
nekat menjalin hubungan dengan Faiez, lelaki
idamannya. Sembunyi-sembunyi mereka bertemu di balik
rimbun ilalang saat Souad menggembala domba. Bercumbu,
bermesraan hingga datanglah petaka itu: Souad hamil.
Kesalahannya tak terampuni. Ayah, ibu, Assad, dan
Hussein menyusun siasat untuk segera melenyapkan
Souad. 

Berkat Jaqueline, Souad yang sekarat di sebuah rumah
sakit (Jerussalem) berhasil diselamatkan. Ia dan
Marwan (bayi yang lahir prematur) diboyong ke Swiss,
menjalani 24 kali operasi hingga dapat bertahan hidup.


Semula, kesaksian ini hanyalah cara Souad menjelaskan
status Marwan kepada Laetitia dan Nadia, dua putri
dari perkawinannya dengan Antonio. Hasilnya tak
sesederhana yang dibayangkan Souad. Burned Alive telah
diterjemahkan ke dalam 28 bahasa di 29 negara. 

Diam-diam Souad berharap buku ini tersebar sampai ke
desa kecil di Tepi Barat, Palestina. Ia ingin dunia
tahu, pembunuhan-pembunuhan atas nama kehormatan itu
masih terus berlangsung hingga kini.


                
__________________________________ 
Meet your soulmate!
Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather
http://asia.yahoo.com/meetic



Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke