cerpen yg bagus dari arsip WM beberapa tahun yg lalu...

salam,
kinantaka
==============



Mawar Senja Gugur Kelopaknya

oleh: Ema Kaysi


Selembar surat bersampul biru muda jatuh di pangkuan Nur. Saat itu senja
merona bersemburat cahaya jingga di ufuk barat. Sekelompok burung pipit
terbang melintasi anjungan. Angin semilir meniup kelopak flamboyan,
mahkotanya berhamburan mencium bumi.


Dulu, Nur paling benci bila dikatakan bagai flamboyan. Pohon yang tinggi
tegar berbunga kecil yang mudah gugur, ibarat gadis angkuh yang mudah patah
hati.


"Hush, tidak boleh mencela makhluk Tuhan." Si Mas bilang, "Mungkin kamu
memandangnya dari sudut yang berbeda. Bagi saya, flamboyan itu memberi
kesejukan. Coba kalau seisi taman dipenuhi mawar. Bagaimana kita bisa duduk
sambil berteduh seperti hari ini."


Ah si Mas bisa saja. Biasanya Nur mendebat dengan berbagai argumen. Tapi
ujungnya sama saja, si mas akan bilang "Saya kan tidak bilang kalau kamu
seperti flamboyan." Biasanya lagi, Nur masih memprotes juga. "Jadi maumu
apa?" tanya si Mas akhirnya. "Mawar" jawab Nur. Si Mas akan tertawa. "Mau
ngomong mawar kok muter-muter soal flamboyan."


Tapi kali ini Nur tidak berminat untuk bercanda tentang flamboyan dan mawar.
Selembar surat bersampul biru mengusik perhatiannya. Sudah belasan kali
surat itu ia baca. Masih saja Nur tertegun mengikuti baris demi baris
kalimat yang ditulisnya. Ada nafas berat yang dirasakannya dalam isi suratitu.


"Ibarat hari, saya ini sudah hampir senja dik Nur. Bukan saya tidak rela
dengan takdir yang Maha Kuasa, namun saya pun sebenarnya ingin menemukan
kesempurnaan dien ini dengan menjalankan yang separuhnya lagi. Apalagi sejak
bapak dan ibu berpulang, saya tidak lagi mempunyai keluarga tempat kembali.
Tiada tempat berbagi, terasa hidup ini seperti luka yang menganga."


Angan Nur melayang membayangkan sosok Kak Nurul di pedalaman, dalam
kesendirian, bergulat dengan geliat masyarakat Bangkalan selama sepuluh
tahun terakhir ini.


Kak Nurul yang dulu bagai sekuntum mawar merekah, lembut dan harum. Indah
tanpa cela. Wanginya tertiup angin hingga ke pelosok kampus dan bilik-bilik
masjid. Nur tahu banyak pria yang memandangnya di kejauhan, mengaguminya
dalam diam.


Bukan sekali dua Nur terheran-heran mengapa para brothers itu tidak ada yang
mau menikahinya. Apa salahnya menikahi wanita yang begitu "sempurna".
Ataukah mereka hanya berani mengaguminya dari jauh namun takut untuk
memetiknya. Takut tertusuk durikah?


Apakah kepintarannya yang menjadi penghalang, konon kaum pria takut menikahi
wanita yang lebih cerdas dari dirinya. Ataukah kecantikannya yang
dikhawatiri mendatangkan cemburu. Atau karena pribadi agungnya yang membuat
para brothers merasa ciut di hadapannya.


Mungkinkah seluruh kelebihan yang bersatu dalam sosok wanita ini membuat
para aktivis da'wah pun takut, takut dengan kesempurnaannya.


"Barangkali belum jodohnya, Dik. Insya Allah kalau sudah saatnya ada juga
brother yang mau meminangnya." Begitu selalu jawaban mas Fatih, suami Nur.
Namun saat yang dinantikan itu belum juga kunjung tiba. Hingga kak Nurul
mendapat tawaran untuk membantu masyarakat Bangkalan, sepuluh tahun yang
lalu. Iapun pergi meninggalkan kampus tempatnya mengajar. Sejak itulah
mereka terpisahkan.


Nur memandangi wajah mas Fatih. Di bawah cahaya senja yang merona, ...ah
makin tampan saja ia dengan garis ketuaan yang mulai menggurat di wajahnya.


"Bagaimana mas ?" tanya Nur untuk ketiga kalinya. Wajah yang teduh itu tak
bergeming."

"Kau serius agaknya, dik" jawabnya.

"Benar. Saya sudah lama memikirkannya" sahut Nur.

"Tapi saya bukan orang yang tepat untuk itu. Saya tidak cukup adil untuk
itu."

"Tak ada yang bisa bersikap adil kalau soal perasaan" Nur memotong.

"Secara materi, kau sendiri dan anak-anak pun lebih banyak menahan diri
bukan?" si Mas balik bertanya.
"Saya insya Allah bisa membantumu. Saya bisa mengajar atau kembali seperti
dulu." Jawab Nur.

Melihat Nur bersikukuh, mas Fatih melembut, "bagaimana kalau kita istikharah
dulu." Diusapnya kain yang menutup rambut indah milik Nur.


Hari-hari pun berlalu dalam kepatuhan mengikuti hokum alam. Malam siang
datang silih berganti. Makhluk Allah menapaki hidupnya di bawah naungan
sunatuLlah. Susah-senang hilang timbul bak gelombang laut, dating bergulung
lalu pecah di pantai.


Satu musim lewatlah sudah. Di sebuah dini hari yang bening, Nur berjalan
mengendap ke ruang kerja mas Fatih. Lampunya menyala. Berarti semalaman mas
Fatih tidak tidur. Lamat-lamat terdengar suara lirih mas Fatih membaca al
Qur'an. Nur beranjak mendekat, namun malang kakinya tersandung kabel lampu.
Ugh ! Ia jatuh terpelanting.


Mas Fatih menghentikan bacaannya. "Kamu nggak apa-apa dik ?" tanya mas
Fatih, cemas menghampiri Nur. Yang dihampiri tersenyum menahan malu dan
nyeri.


"Makanya jangan suka mengintip." Mas Fatih menggodanya, seraya menggosok
kaki Nur yang memar. Pipi Nur bersemu dadu saat mas Fatih membantunya duduk
di kursi kayu.


Menarik nafas sebentar, lalu Nur membuka percakapan.

"Kopornya sudah saya siapkan, Mas. Jangan lupa sampaikan salam saya buat kak
Nurul."


Mas Fatih terdiam. Nur memandangi wajah yang senantiasa nampak ikhlas ini.
Mas Fatih tersenyum
lembut.

"Dik, semoga pengorbananmu yang mulia ini membawamu ke tempat terbaik di
sisi-Nya. Tolong doakan agar mas mampu berbuat adil terhadapmu dan
anak-anak."


Mata Nur membasah. "Terhadap kak Nurul juga...," ujarnya. "Saya rela,mas,
janganlah khawatir. Saya tahu tidak semua wanita beruntung seperti saya,
hidup di sisi orang sebaikmu." Nur berhenti sejenak sebelum melanjutkan
ucapannya, "Membagi kemurahan Allah tidak akan mengurangi rahmat-Nya."


Hari itu mas Fatih akan berangkat menuju Bangkalan. Dengan air mata
menggenang, diciumnya kedua anaknya.


"Ayah akan kembali dalam seminggu. Jaga Bunda baik-baik." pesan mas Fatih
kepada kedua balitanya yang masih terlena dibuai mimpi. Nur memberi isyarat
dengan tangannya.


"Jangan janjikan mereka dengan sesuatu yang sulit bagimu untuk memenuhinya."
ujarnya setengah berbisik.

"Saya akan memenuhinya, insya Allah" mas Fatih berbalik, menggenggam tangan
Nur. Nur berjalan mengantarnya hingga pagar rumah.


"Jaga diri baik-baik ya dik," pesan mas Fatih.

"Mas juga." Jawab Nur. Tersenyum dengan sepenuh kerelaan hatinya.


Angin pagi memainkan pucuk-pucuk pinus, melambaikan salam perpisahan untuk
gelap malam. Mentari menyeruak, mengirim kehangatan di pagi yang beku. Nur
membuka hari baru dengan hati ringan. Segumpal rasa cemas dihalaunya dengan
kepasrahan. Kedua buah hatinya menjadi penghibur saat sunyi terasa
menggigit. Celoteh mereka saat bermain mengusir galau yang kadang menyelinap
di relung hati kecilnya. Dan lagi, merawat kedua bocah ciliknya sudah cukup
menyibukkannya. Anak adalah hiburan, ia adalah cahaya mata. Nur bersyukur
atas karunia yang tidak setiap perempuan merasakannya. Lalu hari pun terasa
beranjak dalam tempo cepat,
tiba-tiba sore sudah menjelanga. Malam kembali dating menggantikan siang.
Gelap menyelimuti bumi saat hamba Tuhan melepas penatnya.


Dan Nur kembali termenung ketika anak-anak mulai terlelap.


Semoga segala sesuatunya berjalan lancar, Nur membatin. Tidak mudah
berhadapan dengan kondisi masyarakat yang belum siap menerima poligami.
Anggapan sebagai langkah tercela dan penghalalan bagi kaum pria yang
mengumbar nafsu sudah kadung meresap dalam pikiran masyarakat. Bukan salah
mereka. Kenyataannya lelaki yang beristeri lebih dari satu adalah kebanyakan
mereka yang kurang bertanggung jawab, kalau bukan para pejabat yang
menyeleweng.


Akibatnya banyak isteri yang tersia-sia, menderita di bawah tanggung jawab
seorang lelaki.


Jadilah hukum Allah yang satu ini dianggap tidak relevan dan melukai kaum
wanita. Benarkah begitu?
Lalu berapa banyak wanita malang yang tersaruk-saruk mencari pendamping
sementara ratio laki-laki makin mengecil saja.


Apa yang akan terjadi bila solusi menjadi sebuah mimpi buruk di benak kaum
hawa. Kak Nurul hanyalah sebuah contoh dari ribuan kasus serupa. Dan Nur
merasa itu berada di dalam jangkauannya. Nur teringat pertama kali bertemu
kak Nurul. Perkenalan itu bermula setelah kuliah PAI yang menghebohkan di
semester pertama.


Nur sendiri sudah mendengar banyak tentang kak Nurul, assisten Farmakologi
yang jelita, mantan mahasiswi teladan yang agamis dan segudang predikat top
lainnya. Sementara Nur baru nongol di Universitas.

Ketika itu dalam sebuah kelas PAI, Pak RN (semoga Allah merahmati beliau),
menguraikan tentang
dasar-dasar syariat Islam. Dalam satu kesempatan diskusi terlontarlah
pertanyaan tentang poligami. Dengan sigap Nur mengacungkan jari memberikan
suara persetujuan. Suasana mendadak hening. Karena Nur duduk paling depan,
ia belum sadar apa yang terjadi. Waktu Ia rasakan kesenyapan ini lain dari
biasanya, mulailah Nur mengintip kiri-kanan dan belakang.


Sadarlah Nur kalau dari enam puluh mahasiswa yang mengikuti kuliah PAI ini
dialah satu-satunya yang menyetujui poligami.


Aduh mak, grogi bercampur bingung ketika itu, namun Nur tetap berusaha
tegar.


Buntut dari peristiwa tersebut mudah ditebak, Nur pun jadi bulan-bulanan
kawan-kawan. Di antara para cowok mulai menggoda kalau-kalau Nur mau jadi
isteri keduanya. Yang mahasiswi tidak kalah sewotnya, dikatakan bahwa ia
heartless, tidak punya perasaan, ngomong begitu karena belum kawin, coba
kalau sudah menikah, dan masih banyak lagi bantahan mereka.


Nur sendiri berusaha untuk tetap bersikap tenang, ia katakan kalaupun mereka
tidak setuju, itu tidak akan menghapus ta'addud sebagai bagian dari syariat
Islam.


Peristiwa heboh itu rupanya membawa berkah tersendiri. Karuan saja kak Nurul
mendatangi Nur.


"Rupanya kita punya nama panggilan yang sama ya dik," sapanya ketika memulai
perkenalan.


Nur hanya terdiam. Dalam hati, malu rasanya membandingkan diri nya dengan
wanita dewasa di depan nya ini. Namun kemudian terjadilah apa yang telah
terjadi. Nur dan kak Nurul menjadi sepasang sahabat yang akrab. Usia
bukanlah hambatan, diskusi demi diskusi tetap hidup dengan jalinan
persaudaraan yang penuh makna. Di bawah pancaran cahaya fajar maupun di
keremangan sinar bulan dalam tetesan air wudlu dan lantunan ayat-ayat suci,
Nur merasa hidup ini begitu berarti.


Menjelang pernikahan Nur dengan mas Fatih, Nur memberanikan diri bertanya
"Mengapa kak Nurul belum menikah. Bukankah usia kak Nurul lebih dari
cukup?", hari itu bertepatan dengan tiga puluh tahun usia kak Nurul.


"Jangan tanya saya, dik Nur. Siapa yang tidak ingin membangun surga di
istana kecilnya"

Dan kisah malang itu sungguh terjadi. Satu demi satu brothers mundur teratur
lantaran silau berhadapan dengan kak Nurul. Padahal, kurang bagaimana
tawadlunya kak Nurul. Sementara itu usia kak Nurul terus beranjak, para
kader muda lebih suka memilih bunga yang bisa dipetik pagi hari. Kini, siapa
yang masih teringat mawar indah di senja hari. Usia kak Nurul mulai melewati
empat puluh tahun. Di Bangkalan sana, ia membaktikan ilmu dan tenaganya
untuk masyarakat papa. Sendiri tanpa sesiapa. Salahkah Nur bila ingin
membagi kebahagiaannya dengan kak Nurul? Dan mas Fatih .ah andai ada seribu
mas Fatih di dunia ini.


"... Maukah kak Nurul menjadi kakak Nur di dunia dan akhirat?" itu adalah
pertanyaan Nur di suratnya
beberapa bulan yang lalu ketika mas Fatih akhirnya menyerah pada perjuangan
Nur. Lama tak berbalas, hingga akhirnya jawaban didapat juga dari surat kak
Nurul bulan lalu.


"...bagaimanakah mungkin saya menolak permintaan dari seorang adik yang
berhati mulia Sebenarnya ada yang tidak dik Nur ketahui setelah beberapa
waktu berselang ini, namun saya sepenuhnya tawakal..."


Surat terakhir kak Nurul itu ditangkapnya sebagai persetujuan. Maka
berangkatlah mas Fatih pagi itu menuju Bangkalan.


****

Subuh baru saja usai. Nur bersegera melipat rukuhnya ketika bel pintu
berdentang, tergopoh ia berjalan ke arah pintu. Tiba-tiba di dadanya
berdebur gelombang. Seperti saat mula pertama ia bertemu mas Fatih di rumah
cinta mereka. Hari ini tepat seminggu mas Fatih berangkat. Iakah yang datang
memenuhi janjinya kepada buah hati mereka? Tiba-tiba mata Nur basah. Inikah
yang namanya haru? Ataukah cinta yang tumbuh di puncak kerelaan ? Pintu
terkuak. Benar. Dia mas Fatih. Tapi mengapa ia nampak tidak biasa. Ataukah
Nur yang tiba-tiba jadi perasa. Seakan wajah mas Fatih berselimut duka. Nur
ingin merangkulnya, namun terasa tangannya tertahan. Mas Fatih mengucapkan
salam dengan perlahan. Nur membalasnya tak kalah pelan.


"Mas datang untuk saya atau anak-anak ?" Nur mencoba menggoda, mencairkan
kebekuan.


"Untuk kita" jawab mas Fatih. Tersenyum, namun berat terasa di dada Nur. Mas
Fatih menggandeng tangan Nur.

"Boleh masuk, dik?" kali ini ia yang menggoda. Nur mencolek pinggang mas
Fatih, ditariknya masuk ke dalam rumah. Nur tidak berani membuka pertanyaan
tentang kak Nurul.


"Saya akan ceritakan setelah mandi dan shalat subuh." Mas Fatih seakan
mengetahui isi hati Nur.
Nur hanya mengangguk sebelum beranjak ke dapur meraih secangkir teh manis
buat mas Fatih.


***

"Ketika saya tiba di ujung desa." Mas Fatih memulai ceritanya. "Ratusan
penduduk berbondong-bondong ke arah tempat tinggal kak Nurul. Saya tidak
menduga kalau mereka menyambut saya, saya merasa tidak pantas mendapat
sambutan semeriah itu. Namun hati saya bertanya-tanya apa mungkin kak Nurul
telah menceritakan rencana pernikahannya kepada masyarakat di sana ...?" mas
Fatih berhenti sejenak. Nur menahan nafas.


"Saat saya tiba di rumah kak Nurul yang sederhana, barulah saya menyadari
wajah-wajah yang hadir
menampakkan kedukaan. Sayapun bertanya apakah bisa bertemu dengan kak Nurul.
Sebagian yang hadir nampak marah, salah seorang menarik kerah baju saya
sambil mengepalkan tinju, untunglah dilerai oleh seorang bapak yang arif
yang ternyata adalah pak lurah. Ia bertanya siapa saya dan ada perlu apa
dengan kak Nurul. Saya katakan bahwa saya datang dari jauh untuk menikah
dengannya. Saya calon pengantinnya. Saat itu terdengar tangis keras beberapa
ibu. Pak lurah merangkul saya dan tak hentinya menggoyang bahu saya sampai
akhirnya saya ditariknya ke dalam rumah. Di tengah ruangan saya dapati
sebuah keranda."


Nur tak tahan mendengar cerita mas Fatih. "Keranda siapa? Dimana kak Nurul
waktu itu ?" pertanyaan Nur memburu. Mas Fatih menggenggam tangan Nur.

"Kak Nurul berada di dalam keranda itu, dik ."

"Inna liLlahi wa inna ilaihi rajiun" Jantung Nur serasa terhenti sesaat.


Nur tersentak. Batin Nur terguncang hebat. Lalu Nur tersedu. Mas Fatih
mengusap kepalanya dengan air mata menitik.


"Sabarlah dik sabar"

"Apa yang telah terjadi ?" tanya Nur disela isaknya.

"Ada yang tidak kita ketahui tentang kak Nurul." Mas Fatih menjelaskan.



Tiba-tiba Nur teringat isi surat terakhir kak Nurul....

"Sebenarnya ada yang tidak dik Nur ketahui setelah beberapa waktu berselang
ini. Namun saya sepenuhnya tawakal..."

Nur teringat kalimat yang ditulis kak Nurul itu. Ia terkesiap.

"Apa yang tidak kita ketahui mas ?" tanyanya.


Mas Fatih menunduk. Jemarinya menghapus ujung sajadah yang terlipat.
"Seorang perawat di puskesmas bercerita kepada pak lurah kalau kak Nurul
sudah lama mengidap kanker stadium akhir, Nur, sudah metastase kemana-mana."


"Ya Allah Saya tidak pernah tahu " suara Nur bergetar.

"Tidak ada yang tahu, Nur, hingga menjelang kepergiannya kecuali perawat
yang membantu kak Nur di klinik. Saya ikut mengantar dan menguburkan jenazah
kak Nurul. Selepas itu saya menyelesaikan beberapa urusan kak Nurul di sana.


Saya juga pergi ke Surabaya ke tempat dokter yang mendiagnosis kak Nur
dengan kanker payudara sejak lima tahun yang lalu." Lunglai terasa tubuh
Nur.


"Kita terlambat, mas. Saya telah melalaikannya " Nur seakan menyesali diri.


Mas Fatih membelai kepala Nur dengan lembut.

"Tidak, sayang. Allah lah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Insya Allah niat kita telah dicatat di buku-Nya." Ujar mas Fatih. "Semoga
Allah membalas amal shalih kak Nurul dengan sebaik-baiknya. Masyarakat
Bangkalan mencintai kak Nurul karena keikhlasannya membantu mereka." Mas
Fatih berhenti sejenak. Dirogohnya secarik kertas dari kantung tas
pinggangnya.


"Ini ada surat dari mbak Ririn, perawat itu."

Nur membuka surat yang diberikan mas Fatih, "Salam hormat untuk keluarga Bu
Nurul. Ia adalah jiwa yang berbahagia."


Air mata Nur berhamburan. Ia kehilangan mawar senja yang hampir dipetiknya
di pekarangan cinta mereka sang Pencipta telah menyuntingnya di taman surga
abadi.


...Mawar senja gugur kelopaknya wangi tersisa di pagi bening. Sesosok cinta
menebar air surga kembali ke bumi, menuju Dia yang abadi.


Dalam duka, hati Nur penuh doa. Semoga tempatmu terbaik di sisi-Nya, oh kak
Nurul.


Satu hal ia tahu pasti, beribu kak Nurul di bumi ini, namun hanya ada satu
mas Fatih.



On 8/29/06, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 279. Polygami
>
>    Dalam  kasus  tertentu polygami merupakan  satu-satunya  cara untuk
> menyelesaikan masalah sosial. Pernyataan saya ini  bukanlah suatu
> hipotesa
> yang  kebenarannya  harus   diyakinkan   dengan pembuktian  penelitian,
> melainkan berlandaskan atas  sikap  orang beriman, karena polygami sebagai
> cara untuk menyelesaikan masalah sosial  itu  bersumber  dari ayat
> Qawliyah.
> Dalam  Si  Doel  Anak Sekolahan   Selayang  Pandang  (Seri  277)  saya
> kemukakan   isu polygami,  tepatnya  bigami, oleh karena  polygami  adalah
> satu-satunya  penyelesaian yang adil dari cinta segitiga Jenab,  Doel,
> Sarah.  Dalam cerita cinta segitiga yang pernah saya  baca  semua
> pengarang
> mengorbankan salah satunya. Barangkali ada  di  antara
> pengarang  itu  dalam
> hati kecilnya ingin  mengemukakan  polygami sebagai jalan penyelesaian,
> akan
> tetapi tidak jadi  dilakukannya, oleh   karena   segan  mengemukakan
> polygami   secara   terbuka. Mengemukakan  isu polygami secara terbuka
> memang  riskan,  karena peka  sehingga mengundang damparatan kaum hawa,
> tidak  terkecuali dari isteri sendiri.
>
>    Dalam keluarga yang tenteram dan sejuk (sakinah) antara suami dengan
> isteri  terjalin rasa sayang (mawaddah)  dan  cinta-kasih (rahmah)
> timbal-balik,  sedangkan  dalam  hal  yang   kasuistik, keluarga  sakinah
> dapat pula tercipta dengan rumus: mawaddah  dan rahmah berbagi dalam diri
> dua, tiga, ataupun empat isteri.  Dalam cinta  segitiga Jenab, Doel,
> Sarah,
> Si Doel menyayangi Jenab  dan mencintai  Sarah.  Melalui  poroses  konflik
> akhirnya   terjalin persahabatan  yang  ikhlas  antara  Sarah  dengan
> Jenab,  karena masing-masing   saling  menerima  dan  memahami  bahwa
> keduanya mencintai  Doel.  Ini dapat dilihat dalam  akhir  episode  ketiga
> Sarah  dan  Jenab berbimbing tangan dengan mesra  seusai  melepas Doel  di
> lapangan terbang. Kita tunggulah  nanti  dalam  episode keempat apakah
> Jenab
> yang akan dikorbankan ataukah cinta segitiga itu diselesaikan dengan
> bigami.
>
>    Walaupun persahabatan yang terjalin antara Jenab dengan Sarah dalam
> cinta  segi  tiga itu hanya  sebuah  cerita,  namun  dalam kenyataannya
> ada
> yang sungguh-sungguh terjadi bahwa isteri-isteri yang  dimadu  itu  hidup
> rukun. Tidak  percuma  Dewan  Perwakilan Rakyat  dan  Pemerintah  yang
> membuat  Undang-Undang  Perkawinan memasukkan materi polygami yang
> mempersyaratkan suami yang  ingin berpolygami harus atas persetujuan
> isterinya. Buat apa dimasukkan dalam  undang-undang  mengenai persyaratan
> itu  apabila  anggota Dewan   dan  Pemerintah  itu  mempunyai  keyakinan
> bahwa   dalam kenyataannya tidak ada isteri yang bersedia bertanda tangan.
>
>    Polygami menurut ajaran Al Quran bukanlah suatu pintu gerbang yang
> dilalui oleh umum, melainkan hanya berupa pintu khusus untuk hal-hal  yang
> kasuistik. Sebab turunnya ayat menyangkut  polygami berlatar  belakang
> kasus
> yang khusus, yaitu adanya sejumlah  anak yatim  beribukan  janda akibat
> peperangan.  Polygami  memberikan jalan keluar bagi permasalahan
> membesarkan, memelihara,  mendidik anak-anak yatim. Firman Allah:
>
>    -- Wa in Khiftum Alla- Tuqshituw fiy lYatamay faNkihuw Ma-  Tha-ba
> laKum
> min nNisa-i Matsnay wa tsulatsa wa Ruba'a, fa in Khiftum
> Alla-  Ta'diluw  fa
> Wa-hidatan aw Ma- Malakat Ayma-nukum  (S.  An Nisa-', 3).
>    -- Jika kamu khawatir tidak dapat berlaku jujur terhadap anak-anak
> yatim,  maka nikahilah perempuan-perempuan  yang  baik bagimu,  berdua,
> bertiga, atau berempat, apabila engkau  khawatir tidak  dapat  berlaku
> adil, maka nikahilah  seorang  saja,  atau nikahilah apa yang dapat kamu
> kuasai dengan tangan kananmu (4:3).
>
>    Adopsi (mengangkat anak) tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Apabila
> dikhawatirkan  tidak  berlaku  jujur,  maksudnya  jangan sampai termakan
> akan harta anak yatim yang akan diasuh, sedangkan dilarang  mengadopsi
> anak,  maka jalan  yang  lebih  baik  yaitu menikahi  ibu  mereka
> janda-janda perang itu.  Artinya  anak-anak
> yatim  itu  menjadilah  seperti
> anak  yang  bersangkutan,  karena anak-anak yatim itu adalah anak-anak
> dari
> isterinya sendiri.
>
>    Polygami  sebagai  pintu  khusus  yang  kasuistik   mempunyai
> persyaratan  berlaku  adil  seperti bunyi  ayat  (4:3).  Dapatkah seorang
> suami berlaku adil bagi isteri-isterinya?  Dalam  kasus-kasus tertentu
> mengapa tidak, yaitu sang suami berbagi rata  rasa mawaddah  wa rahmah.
> Apa
> tolok ukurnya suami telah berlaku  adil? Kalau  di  antara isteri-isteri
> itu
> hidup  rukun  secara  ikhlas, itulah  tolok  ukurnya.  Persyaratan
> persetujuan  isteri   dalam Undang-Undang  Perkawinan  pada hakekatnya
> merupakan  penafsiran kontextual dari ayat (4:3).
>
>    Di  samping mengemukakan polygami sebagai jalan keluar  untuk kasus
> yang khas, ayat (4:3) mengemukakan pula salah satu  metode untuk
> menghilangkan perbudakan secara mulus, yaitu menikahi hamba sahaya
> perempuan
> (yang dikuasai dengan tangan kanan). Dengan cara ini perbudakan dihentikan
> dengan jalan memotong garis keturunan budak-budak perempuan. Keturunan
> dari
> hasil  perkawinan itu bukanlah budak lagi. Menurut Sunnah RasuluLlah SAW,
> beliau menikahi budak dengan memerdekakannya sebagai mahar, yaitu
> Syafiyyah
> binti Huyay(*) dan Mariyah Al Qibthiyyah(**).
>
>    Dahulu pada zaman  budak-budak masih banyak, membebaskan budak secara
> massal menimbulkan   keonaran. Bagaimana Spartacus dengan pasukan
> gladiatornya menjarah kota-kota. Mengapa sampai  demikian,  oleh karena
> para  gladiator itu tidak mempunyai  keterampilan  selain berkelahi.
> Budak-budak Negro yang dibebaskan dan membebaskan diri secara  massal
> setelah Civil War di Amerika  membentuk  kelompok-kelompok penjarah yang
> membalas dendam atas mantan  tuan-tuannya. Perbudakan dari dahulu  sampai
> sekarang tidak pernah terhapuskan secara tuntas. Di Makassar  ini
> saja  ada
> perbudakan  di Jalan  Nusantara,  yang  dikenal  dalam istilah Al Quran
> dengan Raqabah, yaitu perempuan-perempuan  belia yang diperjual belikan
> untuk kepentingan bisnis jasa sex.
>
>    Akhirnya  dipersilakan  membaca kelong (pantun  Makassar)  di bawah
> ini:
>
>    Ruai bungung mattinri,
>    Sillembang-lembang je'ne'na.
>    Kereang minjo,
>    Nipira'nyu' namate'ne.
>
>    Dua sumur berdampingan,
>    setara air keduanya.
>    Mana gerangan menyejukkan,
>    dipakai membasuh muka
>
>    Allesai pattinriang,
>    Keboka le'leng pa'jaya.
>    Kere nialle,
>    kere niboli' salasa.
>
>    Coba dibanding-banding,
>    yang putih yang hitam manis.
>    Mana dipilih,
>    Mana ditinggal pedih.
>
>    Kebimbangan  untuk  memilih salah satu di  antara  dua  calon isteri
> yang seimbang terpecahkan dengan melihat  hasil  teknolgi permulaan abad
> ke-20, seperti dinyatakan oleh kelong yang berikut ini:
>
>    Iyaminjo alle rapang,
>    rimminrona masinaya.
>    Se'reji jarung,
>    naruwa bannang panjai'
>
>    Ambillah itu ibarat,
>    mesin jahit yang berputar.
>    Jarum sebatang,
>    mengayom dua benang.
>
>    WaLlahu A'lamu bi shShawab.
>
> *** Makassar, 29 Juni 1997
>    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> ------------------------
> (*)
> Shafiyyah binti Huyay adalah bangsawan Yahudi dari Bani Nadhir. Ayahnya
> yaitu Huyay bin Akhthab adalah salah seorang yang sangat aktif menghasut
> qabilah-qabilah Arab, sehingga terbentuk pasukan konfederasi yang
> berkekuatan antara 18.000 hingga 20.000 orang. Pasukan konfederasi
> tersebut
> yang mengepung Madinah itu dikenal dalam sejarah dengan Perang Khandaq
> (parit). Huyay ditunjuk oleh pasukan konfederasi Arab untuk mendatangi
> benteng Yahudi di lini belakang untuk menghasut Banu Quraizhah pemilik
> bnteng tersebut supaya berkhianat. Atas hasutan itu Banu Quraizhah
> bersedia
> menyerang Madinah dari belakang dan mengkhianati Piagam Madinah, di mana
> dalam piagam tersebut termaktub perjanjian (pakta) di antara beberapa
> qabilah di Madinah. Di antaranya pakta antara Kaum Muslimin dengan banu
> Quraizhah yang antara lain berbunyi: Jika ada musuh menyerang Madinah banu
> Quraizhah bersama-sama kaum Muslimin mempertahankan Madinah.
> Shafiyyah adalah janda dari Kinanah bin Rabi' bin Abul Haqiq, pemilik
> benteng Al Qamush, yaitu benteng terbesar di Khaibar. Kinanah terbunuh
> setelah benteng itu ditaklukkan pasukan Muslim di bawah pimpinan Ali bin
> Abi
> Thalib. Shaifyyah ditawan, statusnya menjadi budak. Dahulu belum dikenal
> kamp konsentrasi tawanan perang. Mereka itu diserahkan kepada para anggota
> pasukan pemenang sebagai budak.
>
> (**)
> Mariyah binti Syam'um Al Qibthiyyah pada masa remajanya berdiam di istana
> Muqawqis 'Azhim al Qibth (raja orang-orang Qibthi di Mesir). Mariyah
> dilahirkan di dataran tinggi Mesir di desa Hifin dekat kota Anshuna yang
> terletak di pinggir sebelah Timur S. Nil. Mariyah bersama Sirin sudah ada
> di
> istana tatkala Hathib bin Abi Balta'ah, utusan dari Nabi Muhammad SAW yang
> menyampaikan surat ajakan Nabi SAW kepada Muqawqis untuk memeluk Islam.
> Hathib pulang meninggalkan Mesir dengan membawa serta Mariyah dan Sirin
> sebagai "hadiah" untuk mempererat hubungan diplomatik antara Madinah
> dengan
> Mesir. Mariyah melahirkan anak laki-laki diberi bernama Ibrahim oleh Nabi
> SAW. Sayang sekali Ibrahim meninggal dunia dalam umur satu setengah tahun.
> Rombongan yang mengantar jenazah Ibrahim ke pekuburan Baqi', tatkala
> mereka
> kembali ke rumahnya masing-masing, kota Madinah menjadi gelap karena
> gerhana
> matahari total. Penduduk Madinah mengatakan bahwa gerhana itu karena
> wafatnya Ibrahim. Ucapan penduduk Madinah tersebut sampai ke telinga
> RasuluLlah SAW, lalu beliau bersabda kepada penduduk Madinah:
> "Sesungguhnya
> matahari dan bulan adalah dua ayat kekuasaan Allah. Keduanya mengalami
> gerhana bukan karena mautnya seseorang, atau karena lahirnya seseorang."
>
> ----- Original Message -----
> From: <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Sent: Tuesday, August 29, 2006 13:00
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Psikologi Poligami
>
>
> > Poligami memang ada di zaman nabi. Tetapi apa sebetulnya ajaran Islam di
> > dalam poligami itu? Apakah poligaminya yang merupakan ajaran Islam?
> > Ataukah cara berpoligaminya yang merupakan ajaran Islam?
> >
> > Poligami di zaman nabi sebetulnya sudah ada sebelum Islam lahir.
> Poligami
> > merupakan produk budaya berkeluarga di zaman nabi. Poligami saat itu
> > diterima dengan baik oleh anggota masyarakat, baik laki-laki maupun
> > wanita. Ada fungsi penting tertentu dari keberadaan poligami di
> masyarakat
> > di zaman nabi. Poligami seperti suatu kebutuhan di masyarakat itu. Dan
> > secara psikologis, kaum pria dan kaum wanitanya siap dan menerima
> > poligami.
> >
> > Nabi mengatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.
> > Artinya keberadaannya itu adalah untuk memperbaiki semua tradisi yang
> > sedang berlaku di masyarakatnya, termasuk poligami. Membawa nilai-nilai
> > yang baik, membawa perubahan, mengkaitkannya dengan tujuan kebahagiaan
> > ukhrowi. Maka kalau kita perhatikan, ketentuan yang nabi bawa untuk
> > poligami saat itu terasa membatasi dan memberikan aturan yang ketat.
> Yang
> > sebelumnya kondisi berpoligami sangat longgar dan tanpa aturan. Islam
> > membatasi poligami hanya sampai 4 di mana sebelumnya bisa lebih dari 4.
> > Islam mewajibkan kepada suami berusaha untuk berlaku adil dan tidak
> > condong pada seorang istri dan mentelantarkan yang lain. Jika tidak
> > sanggup, ya monogami saja. Ini adalah batasan dan aturan berpoligami
> yang
> > ketat. Tradisi poligami di masyarakat nabi diberi nilai agar menjadi
> baik.
> > Batasan 4 mungkin itu merupakan penilaian bahwa lebih dari 4 seorang
> suami
> > tidak akan mampu menjalani pernikahan poligaminya dengan baik. Akan
> > cenderung kacau, tidak termanage, tidak mampu berlaku adil, dan
> cenderung
> > akan berantakan. WalLaahu a'lam. Tetapi Islam datang memperbaiki,
> > memperbaharui, memberikan nilai yang baik dalam pelaksanaan poligami
> yang
> > saat itu sudah menjadi tradisi dan diterima dengan baik oleh masyarakat.
> >
> > Pada hari ini poligami sudah bukan menjadi tradisi lagi di masyarakat,
> > bahkan masyarakat muslim. Di zaman kakek-nenek kita, poligami mungkin
> > masih menjadi hal yang lumrah, bahkan Kartini merupakan istri kedua dari
> > suami wanita lain. Sekalipun dia sangat benci pada poligami. Karena hari
> > ini poligami bukan lagi menjadi tradisi, resistensi masyarakat bahkan
> kaum
> > wanitanya menjadi tinggi terhadap poligami ini. Di zaman nabi
> sesungguhnya
> > terdapat pembatasan dari kehidupan poligam dengan pembatasan istri
> sampai
> > 4. Terjadi semacam reduksi jumlah istri. Dan mungkin setelah itu sangat
> > sulit untuk menjadi lebih banyak lagi dari 4. Hari ini jumlah istri
> sudah
> > menjadi 1, dan sepertinya menjadi sangat sulit untuk menjadi lebih
> banyak
> > lagi dari 1. Resistensi masyarakat dan wanita adalah pergeseran jumlah
> > istri menjadi lebih banyak, bukan menjadi lebih sedikit. Hari ini
> mungkin
> > kita tidak bisa lagi melihat sisi kebaikan poligami yang mungkin dulu
> > manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat di mana poligami sudah menjadi
> > tradisi. Dan karena resistensi masyarakat dan wanita hari inilah, maka
> > kaum suami yang hendak berpoligami sebaiknya menanyakan hal ini ke
> > istrinya dan meminta izinnya. Karena resistensi itu akan menimbulkan
> beban
> > sosial dan beban psikologis bagi si istri yang dimadu (poligami).
> Jiwanya
> > bisa tidak siap untuk menjalani poligami. Akan ada tekanan sosial dari
> > lingkungan dan keluarga besarnya. Sehingga untuk apa seorang suami
> membina
> > keluarga baru tetapi dengan menghancurkan keluarga lamanya? Atau untuk
> apa
> > ia berbahagia dengan istri barunya di atas penderitaan istri lama dan
> > anak-anaknya? Jika demikian, dia rasanya justru telah merusak nilai
> Islam
> > yang dulu diturunkan untuk menjadikan kehidupan poligami dan pernikahan
> > itu menjadi bahagia. Jika tidak sanggup berbuat adil, jika hanya
> > mengakibatkan penderitaan istri pertama dan anak-anaknya, jika hanya
> akan
> > menghancurkan pernikahan pertamanya, maka lebih baik monogami saja.
> > Poligami bukanlah ajaran Islam yang diturunkan untuk menghancurkan
> > pernikahan sebelumnya. Tidak pernah dimaksudkan demikian.
> >
> > Salam,
> >
> >
> >
> > "agussyafii" <[EMAIL PROTECTED]>
> > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > 08/29/2006 10:45 AM
> > Please respond to
> > wanita-muslimah@yahoogroups.com
> >
> >
> > To
> > wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > cc
> >
> > Subject
> > [wanita-muslimah] Psikologi Poligami
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Psikologi Poligami
> > Poligami sesungguhnya merupakan fitrah hidup, artinya dibenci dan
> > dimusuhi seperti apapun praktek poligami selalu ada. Pada
> > masayarakat Barat yang melarang poligami secara hokum, maka
> > prakteknya banyak suami punya wanita selingkuhan. Jika ada kelompok
> > wanita yang memiliki seterotip kepada laki-laki dengan mengatakan
> > dasar laki-laki nggak boleh lihat jidat licin, maka perlu diketahui
> > bahwa semua isteri muda adalah perempuan juga. Artinya pada sebagian
> > perempuan, poligami merupakan jalan keluar, apaboleh buat menjadi
> > isteri kedua daripada tidak.Dalam hidup tidak semua yang kita terima
> > itu yang kita inginkan. Inginnya menjadi isteri satu-satunya, eh
> > malah jadi isteri ketiga.
> >
> > Agama Islam menempatkan poligami sebagai pintu darurat, bukan pintu
> > yang selalu terbuka, maknanya ada memang lelaki tertentu yang
> > memiliki potensi lebih, yang tidak cukup dengan satu isteri, atau
> > ada kasus, yang mengantar poligami menjadi solusi, misalnya
> > isterinya mandul. Islam menyalurkan fitrah manusia dengan aturan dan
> > etika. Etika bagi laki-laki yang apa boleh buat menjalani poligami,
> > ia harus berlaku adil terhadap isteri-isterinya meski adil itu
> > sangat berat. Ada orang yang berpoligami secara jujur dan terbuka,
> > ada yang sembunyi-sembunyi, ada yang berpoligami sekedar menuruti
> > syahwat seksual tanpa tanggungjawab.
> >
> > Berikut ini kasus rumah tangga yang menjurus pada poligami, tetapi
> > akhirnya si lekaki mengurungkan niatnya karena sadar akan
> > tanggungjawab. Waktu itu saya sebagai konselor keluarga, dan dia
> > datang kepada saya sebagai klient. Kasus ini saya rekam dan saya
> > muat di buku saya Konseling Agama Teori dan Kasus. Silahkan dibaca:
> > Seorang pegawai perusahaan swasta bermaksud poligami. Ia seorang
> > sarjana ekonomi yang baru akrab dengan agama setelah bergaul dengan
> > rekan sekerja yang kebanyakan taat beragama dan
> > agak "fundamentalis". Lingkungan pergaulannya adalah masyarakat
> > professional, tetapi mereka mempunyai corak keberagamaan yang cukup
> > kental, dengan menonjolkan simbol-simbol tertentu, seperti salat
> > awal waktu, memelihara jenggot dan juga poligami. Di lingkungan grup
> > pengajiannya, poligami dipandang sebagai sunah Nabi yang dianjurkan,
> > sehingga dia dengan semangat mengikuti sunnah Nabi juga bermaksud
> > nikah lagi. Isterinya berasal dari lingkungan masyarakat pesantren,
> > yang juga taat beragama, tetapi simbol-simbol keberagamaannya
> > berbeda dengan lingkungan pengajian suaminya. Isterinya lebih respek
> > kepada kyai di pesantrennya dibanding guru ngaji suaminya yang
> > Insinyur.
> >
> > Dalam hal rencana nikah lagi, terjadi peselisihan hebat antara suami
> > isteri itu, dan menariknya masing-masing berdalil dengan agama.
> > Suami menganggap rencana nikah lagi itu sebagai perwujudan dari
> > mengikuti sunnah Rasul, sementara isteri memandangnya sebagai akal
> > bulus, yakni menjadikan agama sebagai kedok untuk mencari kepuasan
> > syahwat. Karena keduanya memang orang yang patuh kepada agama, maka
> > pertentangan pendapat suami isteri itu disepakati untuk mencari
> > pembenarannya. Suami memanggil guru ngajinya untuk menasehati
> > isterinya agar patuh kepada suami, sementara isterinya mengajak
> > suaminya silaturrahmi kepada gurunya di pesantren, sekaligus untuk
> > meminta nasehatnya tentang rencana nikah lagi itu. Sang isteri pergi
> > dengan semangat karena yakin pasti pak kyai, gurunya di pesantren
> > itu pasti ada di pihaknya, dan sang suami juga semangat, karena
> > yakin bahwa pak kyai itu lebih mengerti tentang keharusan mengikuti
> > sunnah Rasul, apa lagi pak kyai juga berpoligami.
> >
> > Anatomi masalah
> > Sebenarnya, sang isteri tidak bersedia dimadu, lebih didorong oleh
> > perasaanya sebagai wanita. Ia tidak begitu antipati terhadap
> > poligami, karena ia sendiri adalah puteri dari isteri muda seorang
> > kyai, dan ia merasa OK-OK saja berhubungan dengan saudara-saudara
> > tiri dan bahkan ibu tirinya. Akan tetapi dalam hal rencana nikah
> > lagi suaminya, disamping secara naluriah ia tidak bisa menerima, ia
> > juga tidak percaya terhadap otoritas guru ngaji suaminya yang selalu
> > menekankan kewajiban seorang isteri harus patuh kepada suami. Di
> > mata sang isteri guru suaminya itu bukan orang 'alim, sebagaimana
> > juga suaminya, meskipun mereka itu sarjana dan professional, tetapi
> > bukan dalam bidang agama.
> >
> > Sementara itu, sang suami yang baru kenal agama setelah berada di
> > lingkungan kerja baru itu merasa bahwa poligami itu mengandung nilai
> > keutamaan agama. Ia bermaksud nikah lagi dengan semangat ibadah, dan
> > sudah barang tentu ada juga motif kepada pengalaman baru hubungan
> > seksual, tetapi ia sama sekali tidak mau terima jika dituduh
> > isterinya bahwa rencana nikah lagi itu hanya akal bulus saja untuk
> > mencari kepuasan seksual. Ia bahkan tidak pacaran dengan calon
> > isteri keduanya itu, karena calon isterinya itu adalah orang yang
> > dikenalkan oleh guru ngajinya. Oleh karena itu ia tanpa ragu
> > sedikitpun untuk memenuhi permintaan isterinya silaturrahmi kepada
> > pak kyai di pesantren.
> >
> > Pasangan suami isteri itu kemudian mendatangi penulis, dan meminta
> > penulis untuk mengantar mendampingi mereka ke desa di mana kyai itu
> > memimpin pesantrennya. Solusi yang ditawarkan. Ketika tiba menghadap
> > pak kyai, setelah basa-basi seperlunya, mereka mengemukakan
> > masalahnya. Suami mengetengahkan maksudnya dan mohon nasehatnya, dan
> > isteri mengemukakan keberatan dan mohon bantuan agar menasehati
> > suaminya.
> >
> > Pak kyai yang 'alim ini nampaknya sangat bijak dalam menasehati
> > mereka berdua. Pak kyai bilang, poligami itukan ajaran Islam, ada
> > dalam al Qur'an lagi. Ayahmu kan juga isterinya dua, kata pak kyai
> > kepada tamu wanitanya, nah, seorang muslim jika memang mampu, agama
> > sudah barang tentu membolehkan, asal jujur. Maka nasehatku kepada
> > anda, coba kau tanyakan kepada hati nuranimu, istafti qalbak. Nanti
> > jika nuranimu, bukan syahwatmu sudah menjawab, ya itu artinya
> > nasehat agama. Mendengar nasehat pak kyai itu, sang suami berseri-
> > seri wajahnya, sementara isterinya diam agak masam muka.
> > Tetapi menjelang tamunya pamitan, pak kyai berkata: Memang ada tiga
> > orang yang bisa berpoligami. Mendengar kata-kata pak kyai itu, baik
> > sang suami maupun sang isteri nampak sangat antausias ingin
> > mendengar lanjutannya.
> >
> > Pertama, penguasa, penguasa politik atau penguasa harta, atau
> > penguasa apa saja, karena kekuasaannya, maka ia bisa mengelola dan
> > mengatur isteri-isterinya.
> > Kedua, Orang berilmu, termasuk Ulama, karena ilmu yang dalam maka ia
> > mampu mengatasi problem yang timbul dari kehidupan berpoligami. Yang
> > ketiga, Orang mbelosondo atau orang ngawur, dan dengan ngawurnya ia
> > bisa saja mempunyai isteri dua, tiga atau empat sekalian.
> >
> > Sekarang tanyakan kepada hati nuranimu, sampeyan termasuk yang mana.
> > Nasehat pak kyai yang cespleng itu nampaknya benar-benar mengena.
> > Sepanjang pulang ke rumah dan bahkan sampai berhari-hari di rumah,
> > laki-laki itu merenung bekerja keras bertanya kepada hati nuraninya,
> > apakah ia termasuk orang pertama, kedua atau ketiga. Pada akhirnya
> > ia tidak berani meneruskan rencananya, karena secara sadar nuraninya
> > mengatakan bahwa ia tidak termasuk nomor satu dan bukan pula nomor
> > dua. Untuk menjadi nomor tiga, ahhh...... no way katanya.
> >
> > Wassalam,
> > agussyafii
> > http://mubarok-institute.blogspot.com
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > =======================
> > Milis Wanita Muslimah
> > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> >
> > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
> ....
> >
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
> >
> > =======================
> > Milis Wanita Muslimah
> > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> >
> > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
> ....
> > Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>
> __________________________________________________
> Apakah Anda Yahoo!?
> Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap
> spam
> http://id.mail.yahoo.com
>
>
> =======================
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke