Minggu pagi saya disuguhi berita tentang pupuk ajaib water
stimulating feed (WSF) beserta tanggapan terhadapnya oleh seorang guru
besar IPB. Informasi semi-ilmiah semacam ini sudah sangat sering
diberitakan di koran. Banyak penemuan yang dianggap spektakuler,
berkelas penerima nobel. Tapi kemudian berita tentang itu menghilang
dengan sendirinya.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu diberitakan temuan seorang montir
tentang pasta yang bisa meningkatkan antaran listrik sebuah pengantar.
Dengan memoleskan pasta itu ke kabel, katanya, terlihat bahwa lampu
yang dihubungkan dengan kabel itu menyala lebih terang. Konon temuan
ini sudah dipresentasikan dan diuji di ITB, bahkan sudah diperkenalkan
ke Jepang. Setelah itu, tak ada kabar lagi mengenai temuan ini.
Banyak lagi contoh lain. Ada yang mengklaim telah menemukan alat
pembuat/penghapus hujan, atau bahkan alat peramal/pencegah gempa!
Boleh jadi temuan itu menghilang karena penemunya, yang bukan ilmuwan,
kesulitan untuk melakukan pembuktian-pembuktian ilmiah. Dengan berbaik
sangka kita bisa mengangap bahwa hal itu tidak bisa mereka lakukan
karena mereka tidak mampu menyajikan temuan mereka dalam kerangka
metode ilmiah standar. Tapi saya melihat masalahnya lebih dari sekedar
itu.
Meski tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, sesuatu yang secara empiris
berguna, akan dipakai orang. Contohnya adalah metode pengobatan Cina,
seperti akupuntur. Nah, menghilangnya gpenemuan-penemuanh tadi bagi
saya hanya bermakna satu: HOAX.
Lalu, kadang ada juga penemuan yang dianggap spektakuler oleh peneliti
profesional dari perguruan tinggi atau lembaga penelitian. Ketika
diberitakan, penemuan itu diklaim akan berguna untuk ini dan itu.
Kenyataannya, lagi-lagi, tidak ada tindak lanjut untuk memanfaatkan
penemuan itu. Mengapa?
Peneliti professional, yang lebih pintar berdalih (hehe), mungkin akan
mengatakan bahwa usaha untuk meneliti lebih lanjut agar penemuannya
bisa diterapkan secara massal, terbentur pada masalah kekurangan dana.
Tapi boleh jadi ini adalah cara lain untuk mengatakan bahwa temuan itu
tak layak untuk dimassalkan.
Sampai pada level tertentu hal ini tidak perlu dipersoalkan. Dunia
sains memang lebih rumit dari yang dikenal orang awam. Sebuah temuan,
bagi ilmuwan, tidak selalu harus bisa dimanfaatkan secara massal. Tapi
bagi orang awam, termasuk para penyeleksi proposal penelitian, sebuah
penelitian harus memberi manfaat kepada publik. Karenanya, peneliti
umumnya pandai gberbohongh tentang manfaat penelitiannya.
Beberapa profesor Jepang yang saya kenal sering berkelakar soal ini
dalam berbagai diskusi. Mereka, dalam berbagai kesempatan di depan
publik, sering menyajikan manfaat penelitian mereka. Namun di antara
sesama ilmuwan mereka berterus terang manfaat itu sebenarnya tidak
ada, atau masih sangat jauh untuk direalisasikan. Mereka meneliti
semata-mata karena dari sudut pandang sains hal itu menarik.
Tapi tak jarang ada orang (saya nggak tega menyebutnya
peneliti/intelektual, meski secara formal mereka memang peneliti) yang
kebablasan dalam berbohong. Temuan-temuan, yang dia tahu mesti diuji
lebih lanjut, sudah disajikan kepada khalayak ramai seolah sudah siap
dimanfaatkan. Tujuannya, barangkali, untuk mengejar popularitas, dan
mungkin juga, uang.
Satu hal yang sekarang cukup mengusik saya dalah kecenderungan
intelektual kita untuk menggunakan koran sebagai media untuk
menyajikan ide-ide ilmiah. Ini terutama dilakukan oleh ilmuwan sosial.
Kritik Kalla terhadap LIPI beberapa waktu lalu sedikit banyak ada
benarnya. Melihat banyaknya tulisan mereka di koran, saya tertarik
untuk melacak apakah mereka juga produktif nulis di jurnal ilmiah
(internasional). Hasil pelacakan saya di Google Scholar menunjukkan
bahwa mereka jarang/tidak pernah menulis. Nama-nama besar seperti
Nurcholis Madjid atau Syafii Maarif juga tidak. 
Jadi, kalau para intelektual resmi saja lebih suka cuap-cuap di koran
ketimbang di media ilmiah, jangan heran kalau ada orang awam yang
ikut-ikutan.

Sendai, 10 September 2006
http://abdurakhman.com/joomblog/3.html






=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke