Empat tahun yang lalu saya mulai bekerja sebagai seorang Visiting 
Research Associate di Kumamoto University, segera setelah 
menyelesaikan studi S3. Di tempat itu, sebagaimana umumnya di 
Jepang, diadakan pesta penyambutan untuk saya. Pesta itu disebut 
kangeikai.  Acara ini merupakan sebuah acara formal yang diagendakan 
secara rutin, dan diputuskan dalam rapat di majelis guru besar. 

         Saya ingat betul, acara itu diselenggarakan di sebuah 
restoran tradisional. Ada kejadian yang agak lucu. Karena kesalahan 
informasi, saya dikira vegetarian, sehingga panitia enggan mengajak 
saya ke restoran tradisional biasa, yang menunya biasanya dipenuhi 
oleh jenis-jenis masakan ikan. Karena saya dianggap vegetarian, saya 
dibawa ke restoran dengan tahu sebagai menu utama. Jadi, semua menu 
berbasis tahu. Sashimi tahu, sop tahu, tahu bakar, dan sebagainya. 

         Karena acara itu formal dan merupakan agenda jurusan, saya 
fikir biayanya akan ditanggung oleh jurusan juga. Ternyata tidak. 
Biaya yang dikeluarkan untuk pesta itu ditanggung oleh masing-masing 
peserta yang hadir, kecuali saya. Sebagai tamu yang diselamati saya 
dibebaskan dari kewajiban membayar iuran pesta, dan biaya untuk saya 
dipikul oleh semua hadirin.

          Begitulah. Dalam berbagai kesempatan selalu begitu. Dalam 
pertemuan rutin ilmuwan Jepang selalu ada acara makan-minum yang 
disebut konsinkai (pesta keakraban) dan peserta yang hadir diminta 
membayar. Bahkan dalam beberapa seminar yang saya ikuti, peserta 
diminta memberi sumbangan sukarela untuk mengganti biaya minuman 
ringan yang dihidangkan.

          Pengalaman saya bergaul di lingkungan budaya Jepang yang 
demikian itu membuat saya sedikit kaget ketika kembali ke Indonesia 
tahun lalu. Suatu ketika saya diminta memberi seminar di jurusan 
tempat saya bekerja, sebuah universitas di Kalimantan. Eh, begitu 
presentasi dan diskusi selesai, di luar sudah tersedia nasi kotak 
untuk peserta seminar. Tentu saja yang tidak ikut terlibat dalam 
seminarpun kecipratan nasi kotak juga.

          Begitulah. Ritual makan minum itu nyaris tak pernah absen 
dalam berbagai kegiatan. Seminar, rapat, lokakarya, pelatihan, apa 
saja, semua menyediakan makan. Proposal berbagai kegiatan selalu 
menyediakan alokasi dana untuk makan. 

           Seorang rekan bercerita bahwa ia banyak mendengar keluhan 
staf di fakultasnya tentang berbagai ketimpangan di situ. Kemudian 
ia menyarankan untuk membuat forum rutin antara dosen dengan 
pimpinan fakultas. Tujuannya melakukan dialog atas berbagai 
persoalan yang ada. Tapi yang diberi saran mengeluh bahwa hal itu 
sulit dilakukan karena minimnya dana. Bingunglah kawan saya itu, 
yang kebetulan juga baru selesai kuliah di Australia. Ternyata dalam 
fikiran yang diberi saran tadi, pertemuan semacam itu memerlukan 
konsumsi, dan itu butuh biaya.

         Konon penyediaan konsumsi itu penting, karena peserta 
biasanya enggan hadir kalau tidak ada konsumsi. Jadi sukses atau 
tidaknya acara, sangat tergantung pada ketersediaan konsumsi.

         Begitulah. Kita dengan enteng menghamburkan uang negara 
untuk mengisi perut kita. Dan bayangkan bahwa hal itu (mungkin) 
terjadi di seluruh instansi, di seluruh tingkat. Kalau dijumlah 
secara total saya kira nilai uang yang kita hamburkan untuk mengisi 
perut kita itu tidak kecil. 

          Ini baru perkara makan. Belum lagi bila berusan dengan hal 
lain. Bisa menyangkut transportasi, kendaraan dinas, listrik, air, 
dan seterusnya. Pendek kata, kita memperlakukan uang negara seperti 
uang tak bertuan, yang jumlahnya tak terbatas. Kata efisiensi 
sepertinya tak dikenal dalam kamus pengelolaan uang negara.

        Maka, kita sedang berlomba menggali liang kubur untuk kita 
sendiri.

 

Sendai, 19 September 2006

http://abdurakhman.com/joomblog/73.html





=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke