BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
173. Ibadah Haji, Napak Tilas Nabi Ibrahim AS

    Barangkali tulisan ini ada manfaatnya utamanya bagi Jama'ah Calon Haji
yang masih menunggu paspornya di asrama haji. Yaitu bacaan satu halaman
tentang pengertian dan pelaksanaan Ibadah Haji.

    Al Hajju sama artinya dengan Al Qasdu yang berarti pergi kepada
seseorang atau suatu tempat dengan maksud tertentu. Sedangkan pengertian
menurut Syari'at adalah seseorang pergi ke Tanah Haram (Makkah dan
sekitarnya: 'Arafah, Mina) pada waktu yang telah ditetapkan untuk
melaksanakan 'ibadah. Waktu tertentu yang dimaksud adalah: Asyhuru lHajji
Syawwa-lun wa DzulQa'dati wa 'Asyrun min DzulHijjati, bulan-bulan Haji:
Syawwal, DzulQa'dah dan 10 hari bulan DzulHijjah (R.B.). Rukun Haji yaitu:
Ihram, Wuquf di 'Arafah, Thawaf Ifadhah, Sa'i dan bercukur.

    Ihram adalah dalam keadaan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dikerjakan (termasuk berpakaian). Dalam keadaan Ihram tidak boleh berburu
binatang dan tidak boleh memetik tumbuh-tumbuhan. Larangan yang terakhir ini
adalah mu'jizat, karena mengandung pekabaran bahwa padang Arafah yang
gersang itu, kelak di kemudian hari akan menghijau oleh pepohonan, seperti
keadaannya dewasa ini.

    Wuquf di Arafah yakni berada di Arafah pada 9 DzulHijjah. Thawaf adalah
mengelilingi Ka'bah 7 kali, 3 putaran pertama dikerjakan dengan berlari-lari
kecil dan 4 putaran terakhir dikerjakan dengan berjalan biasa. Sa'i adalah
berjalan antara bukit kecil Safa dengan Marwah dan ada jarak tertentu
ditempuh dengan berlari-lari kecil. Jika Thawaf terputus karena masuk waktu
shalat wajib, maka sesudah shalat wajib dapat dilanjutkan dengan menambah
jumlah putaran. Lain halnya dengan Sa'i, jika terputus harus mengulangi dari
awal kembali, tidak boleh menambah.

    Wuquf di 'Arafah mengingatkan kita akan bertemunya Kakek dan Nenek kita
Adam dan Hawa setelah sekian lama berpisah. Keduanya bertemu kembali di
Jabal Rahmah sebuah bukit yang terletak di Padang 'Arafah.

    Thawaf 7 kali mengingatkan kita akan apa yang telah dilakukan oleh Nabi
Ibrahim AS dan Isma'il (belum menjadi Nabi). Pada waktu membangun kembali
Ka'bah keduanya berkeliling 7 kali barulah selesai membangun. Ka'bah disebut
pula Bayt al-'Atiyq (Rumah Antik), karena merupakan bangunan yang tertua di
dunia ini. Dibangun oleh Kakek dan Nenek kita Adam dan Hawa, namun telah
hilang tatkala banjir pada zamannya Nabi Nuh AS. Pada zaman Nabi Ibrahim AS
hanya tinggal bekasnya berupa dasar Ka'bah. Nabi Ibrahim AS dapat mengetahui
lokasinya atas petunjuk Malaikat Jibril AS, yaitu pada gundukan tanah yang
lebih tinggi dari sekitarnya.(*)

    Dalam bertawaf mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu
hitam (Hajar al-Aswad) RasuluLah bersabda: "Sesungguhnya yang kulakukan
(mencium Hajar al-Aswad) ini adalah apa yang pernah dilakukan oleh Ibrahim
dan anaknya, janganlah kalian menjadikannya sebagai kewajiban dalam berhaji
(HR Abu Dawud). Nama Hajar al-Aswad diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Memcium
Hajar al-Aswad dapat dilakukan secara lamngsung ataupun dari jauh secara
tidak kangsung, cukup dengan mencium jari-jari/telapak tangan kemudian
lengan dijulurkan dengan menghadapkan telapak tangan ke arah Hajar al-Aswad.
Mencium Hajar al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium
batu hitam itu karena sukacita. Nabi Ibrahim AS menciumi batu tersebut
dengan rasa suka dan gembira yang teramat sangat tatkala Ismail menceritakan
kepada Nabi Ibrahim AS mengenai pertemuannya dengan seorang lelaki tampan
dan gagah yang telah memberikan baru hitam itu kepadanya. "Tahukah engkau
anakku," kata Nabi Ibrahim AS, "siapakah lelaki tampan yang memberikan batu
ini kepadamu?, itulah Malaikat Jibril AS yang menjelma menyerupai manusia
biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait al-Atiq yang
dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Sitti Hawa," menjelaskan
Nabi Ibrahim AS lebih lanjut.(*)

    Sa'i dari Safa ke Marwah 7 kali pulang balik mengingatkan kita akan
Ibunda Hajar berlari-lari antara bukit Safa dan Marwah untuk mencari air dan
melihat/mencari barangkali ada kafilah yang lalu. Ibunda Hajar tidak
mendapatkan air di antara kedua bukit itu juga tidak melihat kafilah,
melainkan air itu didapatkan keluar dari dalam tanah dekat tumit Isma'il
yang masih bayi. Itulah air zam-zam yang kaya akan ion-ion mineral itu.

    Al 'Umratu berasal dari 'AMaRa yang berarti seseorang pergi mengunjungi
suatu tempat. Pengertiannya menurut Syari'at berkunjung ke Makkah pada
setiap waktu dan pada bulan Haji merupakan salah satu rangkaian ibadah Haji.
Rukun 'Umrah ialah Ihram, Thawaf 'Umrah, Sa'i dan bercukur.

Bercukur/memotong rambut adalah simbol bayi yang baru lahir di aqiqahkan,
karena orang yang sudah melakukan ibadah hajinya sama dengan bayi yang baru
lahir, bersih dari dosa.

    Aplikasi rangkaian Haji dengan 'Umrah ada tiga: Haji dahulu baru 'Umrah
(Ifrad), 'Umrah dahulu baru Haji (Tammatu') dan Haji dan 'Umrah dilakukan
sekaligus (Qiran). Kedua aplikasi yang terakhir kena dam (denda).

    Pelaksanaan ibadah Haji dimulai pada Yawmu lTarwiyah yaitu pada 8
DzulHijjah. Disebut demikian karena pada hari itu RasuluLlah SAW dalam
perjalanan beliau ke Arafah melepaskan dahaga (Tarwiyah) di Mina. Azh Zhahra
wa l'Ashra Yawma tTarwiyati biMinay, shalat Zhuhur dan 'Asar pada hari
Tarwiyah di Mina (R.B.). Sebelum Hari Tarwiyah yang mengambil Haji Tamattu'
dan Qiran harus lebih dahulu membayar harga kambing 2 ekor di bank di
Makkah. Seekor untuk dam dan seekor untuk hewan qurban. Yang akan mengambil
Haji Ifrad hanya membayar harga seekor kambing untuk hewan qurban.

    Menyembelih hewan qurban mengingatkan kita akan peristiwa Isma'il yang
tidak jadi diqurbankan, melainkan diganti dengan dengan domba, suatu hal
yang ditekankan oleh Allah SWT bahwa manusia dan kemanusiaan tidak boleh
dikurbankan untuk tujuan apapun juga.

    Pada 9 DzulHijjah, yang disebut Yawmu l'Arafah, jama'ah Wuquf di
'Arafah, itulah inti ibadah Haji. Di 'Arafah jama'ah menjama' shalat Zhuhur
dan 'Asar, mendengarkan Khuthbah dan membaca do'a. Yajma'uwna bayna zhZhuhri
wa l'Ashari fiy Sunnah, menjama' shalat Zhuhur dan 'Asar menurut Sunnah
(R.B.).

    Kemudian jama'ah meninggalkan 'Arafah menuju Mina, singgah mabit
(bermalam, prakteknya menunggu hingga liwat tengah malam) di Muzdalifah. Di
sini shalat Magrib dijama' dengan 'Isya. Jama'a Nabiyyu Sh.'A.W. bayna
lMaghribi wa l'Isya-i, Nabi SAW menjama' shalat Magrib dan 'Isya (R.B.).
Malam itu sejak matahari terbenam, masuklah 10 DzulHijjah.

    Sesudah memungut batu kerikil jama'ah meneruskan perjalanan ke Mina
untuk melontar Jumrah 'Aqabah. Sesudah bercukur maka sudah dihalalkan
(tahallul) melakukan perbuatan yang dilarang selama dalam keadaan ihram,
kecuali bercampur suami isteri. Tahallul yang masih dilarang bercampur itu
disebut tahallul awwal.

    Adapun Jama'ah yang keadaan fisiknya masih segar sesudah melontar Jumrah
Aqabah dapat ke Makkah untuk Thawaf Ifadhah, Sa'i, dan bercukur kalau belum
sempat bercukur di Mina. Setelah itu sudah dibolehkan bercampur, keadaan ini
disebut tahallul tsani. Bagi yang masih sempat dapat melaksanakan shalat
sunnat 'Iyd al-Adhha. Sesudah itu harus tiba kembali di Mina sebelum
matahari terbenam.

    Pada hari-hari 11, 12, 13 DzulHijjah, yang  disebut Ayya-mu lTasyriq,
hari-hari Tasyriq, jama'ah bermalam dan melempar Jumrah Ula, Wustha dan
Aqabah di Mina. Jama'ah yang mengambil nafar awwal (rombongan pertama),
yaitu yang melempar jumrah hanya dua hari tasyriq (11 dan 12), melontarkan
49 biji kerikil dengan perincian 7 lontaran pada Jumrah Aqabah pada 10
DzulHijjah,
ditambah 3 x 7 = 21 lontaran pada Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada 11
DzulHijjah, ditambah 3 x 7 = 21 pada 12 DzulHijjah. Bagi jama'ah yang
mengambil nafar tsani, yaitu yang melempar jumrah pada tiga hari tasyriq
(11, 12, 13) maka lontarannya ditambah lagi 3 x 7 = 21, sehingga seluruhnya
70 biji kerikil yang dilontarkan.

    Selama di Mina pada hari-hari Tasyriq dikumandangkan oleh para jama'ah
kalimah-kalimah takbir, tahmid dan tahlil. Ini adalah napak tilas ucapan
Jibril AS, Nabi Ibrahim AS dan Ismail. Kalimah takbir Allahu Akbar dari
Jibril AS, disambut dengan kalimah tahlil dan takbir Laa Ila-ha IllaLla-hu
waLla-hu Akbar oleh Nabi Ibrahim AS dan disambut oleh Isma'il dengan ucapan
kalimah takbir dan tahmid Allahu Akbar wa LiLla-hi lHamnd.

    Melontar 3 jumrah (Ula, Wustha, dan Aqabah) sebagai simbol melempar
syaithan mengingatkan kita akan peristiwa dilontarnya syaithan yang mencoba
mempengaruhi Nabi Ibrahim AS, Ismail dan Sitti Hajar, agar Nabi Ibrahim AS
mengurungkan niatnya untuk menyembelih puteranya, yaitu Isma'il yang sudah
menjelang remaja.

    Setelah selesai melempar jumrah di Mina, lalu kembali lagi ke Makkah
untuk melakukan upacara perpisahan dengan Tanah Suci yang merupakan upacara
penutup rangkaian Ibadah Haji yaitu melakukan Thawaf Wada.

    Berniat Ihram dari Miqat, bermalam di Muzdalifah, bermalam dan melempar
jumrah di Mina, dan Thawaf Wada adalah wajib. setingkat di bawah rukun.
Kalau rukun tidak dikerjakan ibadahnya tidak sah, sedangkan kalau yang wajib
tidak dikerjakan, ibadah haji tetap sah apabila membayar dam.

    Adapun hal-hal yang teperinci seperti bacaan niat, talbiyah, doa pada
waktu Wuquf, Thawaf, Sa'i dan melempar jumrah, perincian 'amalan 'ibadah
sunnat seperti Thawaf Qudum, Shalat sunnat, perincian bayaran dam dan
lain-lain dapat dibaca dalam buku Manasik Haji. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 April 1995
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
--------------------------------
(*)
Hajar al-Aswad (batu hitam) dijumpai oleh Ismail (belum jadi Nabi) tatkala
dia diperintahkan oleh ayahadanya, Nabi Ibrahim AS untuk mencari bahan
binaan (batu) ketika baginda berdua di dalam proses membangun Ka'bah
(BaituLlah). BaituLlah disebut juga Bait al-Atiq (Rumah Antik), karena
bangunan tersebut dibangun oleh kakek dan nenek manusia, yaitu Nabi Adam AS
dan Sitti Hawa. Nabi Ibrahim AS diberitahu oleh Jibril tempat bekas
Baitulatiq, yaitu gundukan tanah yang lebih tinggi dari tanah sekelilingnya.

Tatkala pembinaan BaituLlah itu selesai, Nabi Ibrahim AS lalu memerintahkan
anakanda baginda,  Ismail: "Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan
aku letakkan sebagai penanda bagi manusia". (Jadi berbeda dengan kebiasaan
kita sekarang dilazimkan "perletakan batu pertama", maka Nabi Ibrahim AS
melakukan "perletakan batu terakhir"). Maka Ismailpun pergi mencari batu
tersebut seperti yang diminta oleh Nabi Ibrahim AS. Ketika Ismail sedang
duduk beristirahat melepaskan penat lelahnya, tiba-tiba sahaja dihadapannya
berdiri seorang lelaki yang begitu tampan dan gagah, sambil membawa sebuah
batu yang berwarna hitam dan berkilat. Sambil tersenyum ramah, lelaki
tersebut menyerahkan batu hitam tersebut kepada Ismail dan menyuruhnya
segera pergi kepada ayahandanya. Berangkatlah Ismail membawa batu hitam
tersebut dan setibanya di hadapan Nabi Ibrahim AS, diserahkannyalah batu
hitam tersebut kepada Nabi Ibrahim AS.  Melihat bentuk batu dan warna batu
itu, Nabi Ibrahim AS menatap wajah Ismail seraya bertanya: "Dari mana kau
dapatkan batu ini?" Maka Ismailpun menceritakan segalanya kepada Nabi
Ibrahim AS mengenai pertemuannya dengan seorang lelaki tampan dan gagah yang
telah menolongnya.

Mendengar penjelasan putera kesayangannya itu, Nabi Ibrahim AS dengan serta
merta menciumi batu tersebut dengan rasa suka dan gembira yang teramat
sangat. Menyaksikan tingkah laku ayahandanya yang agak ganjil itu, Ismailpun
menjadi heran.  Melihat perubahan pada wajah putera kesayangannya yang
keheranan, maka dipanggilnyalah Ismail duduk dekat dirinya.  Lalu Nabi
Ibrahim AS berkata: "Tahukah engkau anakku, siapakah lelaki tampan yang
memberikan batu ini kepadamu?," sambil menunjuk ke arah batu hitam yang
telah diletakkan oleh Nabi Ibrahim AS di atas tanah.  Ismail menggelengkan
kepalanya.  "Lelaki tampan itu tadi adalah Malaikat Jibril AS yang menjelma
menyerupai manusia biasa, dan batu ini adalah sisa yang tertinggal dari Bait
al-Atiq yang dibangun oleh kakek dan nenek kita Nabi Adam AS dan Sitti
Hawa," menjelaskan Nabi Ibrahim AS.

Sejak itulah dan sampai sekarang ini, setiap orang yang bertawaf
mengelilingi BaituLLah, disunatkan pula mencium batu hitam (Hajar al-Aswad)
dan nama Hajar al-Aswad pun, diberikan oleh Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS
bersama Ismail 7 kali berkeliling dalam membangun itu, dan tawaf 7 kali
berkeliling BaituLlah merupakan napak tilas mereka berdua. Mencium Hajar
al-Aswad itu juga berupa napak tilas Nabi Ibrahim AS mencium batu hitam itu
karena sukacita. Di samping itu untuk menguji keimanan ummat Islam tatkala
mencium Hajar al-Aswad, yaitu meniatkan dalam hati bahwa batu hitam itu
tidak ada apa-apanya, batu itu tidaklah sakral. Haji Eros Jarot sutradara
film Cut Nyak Dien menyatakan bahwa ia tidak berani mencium Hajar al-Aswad,
ia cukup dengan mencium tangannya lalu menempelkannya ke Hajar al-Aswad,
katanya ia kuatir tatkala mencium batu itu lalu timbul pikirannya yang
lain-lain.

Hajar al-Aswad adalah istimewa, karena tidak pernah disembah sebagai berhala
oleh orang Arab jahiliyah yang penyembah berhala, yang telah menyimpang dari
ajaran Nabi Ismail AS, dari beragama Tawhidi . Juga Hajar al-Aswad tidak
pernah dijadikan wasilah (medium, perantara) dalam menyembah Allah oleh
orang Arab jahiliyah. Hajar al-Aswad tidak pernah dijadikan pernik lambang
keagamaan (Bandingkan misalnya dengan salib yang dijadikan pernik lambang
keagamaan, bahkan dijadikan kalung segala). Tidak pernah imitasi Hajar
al-Aswad dijadikan perhiasan dijadikan kalung. Bahwa nama Allah telah
dikenal oleh orang Arab jahiliyah, buktinya nama ayahanda Nabi Muhammad SAW
adalah AbduLlah, artinya Hamba Allah. Mengenal nama Allah itu merupakan
ajaran yang masih tersisa dari Nabi Ismail AS, termasuk tawaf menapak tilas
pembangunan BaituLlah 7 kali berkeliling dari Nabi Ibrahim AS dan Ismail
seperti telah disebutkan di atas itu. Namun napak tilas itu telah
diselewengkan orang Arab Jahiliyah kerena mereka melakukannya dengan
telanjang bulat.




----- Original Message ----- 
From: "IrwanK juga" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, November 25, 2006 23:01
Subject: [wanita-muslimah] Re: Bupati Mau Bongkar Borobudur Untuk Bangun
Mesjid Akbar !!!


> Quote:
> "..
> Emangnya yang disembah oleh si haji Singgih Sanyoto itu apa kalau bukan
> berhala.
> Dia mungkin tidak tahu bahwa yang dikerudungi kain di Mekkah itu hanya
> sebongkah
> batu meteor saja!
> .."
>
> Di milis lain (proletar?) pernah baca ada yang menyebutkan bahwa yang
> bersemayam di Ka'bah
> adalah Iblis/Lucifer.. :-( Lupa persisnya, mungkin ada yang bisa bantu
> nyari/googling?
> Salah satu argumen-nya adalah soal Hajar Aswad adalah batu meteor yang
> kabarnya berasal
> dari Neraka.. Gimana ya merespon tulisan kaya' gitu.. masalahnya hal itu
> kelihatannya mulai
> banyak berkembang di berbagai milis.. atau saya aja yang ketinggalan
kabar..
> kalau ternyata
> sudah ada yang menyanggah kabar tersebut..
>
> CMIIW..
>
> Wassalam,
>
> Irwan.K

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

Kirim email ke