Jeng Chae,
Bangsa arab sekarang tidak punya lagi punya martabak ... maksud saya 
MARTABAT.Pada abad ke III, IV, V  Mereka berjuang sangat keras, melawan 
dengan gigih kekuasaan Romawi barat dan menentang Romawi Timur (persia). 
Menyerang bangsa manapun yang mencoba menysuri jalur perdagangan. 
Prajurit2 arab khususnya kaum bedui, sangat lincah dan tahan 
berhari-hari hanya berbekal sedikit air ditengah gurun panas. Tak ada 
prajurit didunia ini yang mengalahkan ketangguhan milisi arab badui pada 
masa itu. Mereka sangat menyukai puisi dan memuja etika. Menganut ordo 
kesatriaan.

Kata MA'RUF sangat penting posisinya dalam basa arab, dan ma'ruf inilah 
yang hilang pada bangsa saudi arab wahabi; mereka mengumbar nafsunya dan 
bersembunyi dibalik FIQIH. Pernikahan ala puncak SYAH secara FIQIH tapi 
tidak memenuhi kema'rufan etika arab kuno :=)) Bangsa yang memegang 
ma'ruf inilah yang melahirkan Muhammad SAW. Bukan bangsa yang dipimpin 
oleh keluarga (ibnu) Saud, yang rela menjual diri kepada amerika demi 
ketentraman bangsanya dan mengorbankan bangsa arab lain (Irak, Suriah, 
dll). Sebagian besar milisi yang membantu Umar ibn Khattab mengalahkan 
Persia beragama Kristen Maronit tapi mereka memegang filsafat etika yang 
sama : Kema'rufan.

salam ma'ruf.


Chae wrote:
>
> Alhamdulillah sepakat ya pak Rye, saya mau tanya sama Pak Rye
> kira-kira menurut Pak Rye perkawinan yang dilakukan oleh kebanyakan
> wisatawan arab di puncak, bisa di sebut sebuah perkawinan yang syah??
>
> Mereka menikah dengan adanya mahar, saksi2, penghulu juga wali jadi
> secara ritual perkawinan bisa dikatakan sesuai seperti yang ketentuan
> yang disepakati. Hanya saja tujuan pernikahan mereka sama dengan Aa
> Gym yaitu menghindari zinah:))... nah kira-kira bagaimana???
>
> saya tunggu jawabanya Pak;)
>
>
>  

Kirim email ke