http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=146979&c=111 Cukup Transfer Uang, Daging Qurban Berbentuk Kornet Sebuah langkah inovatif dilakukan oleh lembaga pengumpul zakat dan hewan qurban jelang Idul Adha. Salah satunya, Rumah Zakat dan PKPU Jateng. Seperti apa?
ISKANDAR, Semarang TAK bisa dipungkiri, pendistribusian daging qurban, seringkali belum merata di berbagai daerah. Distribusi di kota besar, seringkali sudah dianggap cukup, dibandingkan di daerah yang masih sangat kekurangan. Agar lebih merata, penyebaran berqurban, tak hanya di sekitar tempat tinggal pemberi qurban saja. Melainkan didistribusikan ke sejumlah pelosok wilayah Jateng yang belum pernah menikmati sekerat daging, bahkan daging qurban sekalipun. Padahal, merekalah yang sebenarnya berhak untuk diberi. Kini, lembaga pengumpul qurban pun punya kiat sendiri untuk mendistribusikan daging qurban. Salah satunya, PKPU Jateng. "Melalui program yang terkelola secara kelembagaan, akan mampu mengurangi kelebihan daging qurban yang menumpuk, sekaligus mendistribusikannya ke wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau serta jarang menikmati makan daging," kata Kepala Cabang PKPU Jateng, Nana Sudiana. Menurut Nana, daerah-daerah yang menjadi sasaran qurban adalah daerah kantong kemiskinan, kumuh, minus serta tempat-tempat yang jarang mendapatkan daging qurban. "Khusus di Kota Semarang, nanti kami akan berqurban di tempat yang memang merupakan kantong-kantong kemiskinan, kumuh serta minus. Salah satunya di permukiman di dekat TPS Jatibarang," katanya. Tahun lalu, lanjut Nana, program qurban PKPU, telah berhasil mendistribusikan hewan qurban ke sejumlah tempat di Jawa Tengah. Antara lain Semarang, Demak, Purwodadi, Kudus, Magelang, Wonogiri, Klaten, Kendal, Banjarnegara, Pekalongan, Brebes, dana Majenang. "Program qurban ini merupakan kerjasama PKPU dengan berbagai lembaga/institusi, perusahaan, BUMN, baik yang berada di Jateng maupun di Jakarta. Bahkan kami juga dapat amanah untuk mengelola qurban dari LSM internasional yang berasal dari Inggris, yakni Islamic Relief," kata Nana yang berkantor di Jalan Kelud Raya 22 Semarang. Langkah inovatif dan kreatif juga dilakukan Rumah Zakat yang berkantor di Jalan Lamper Tengah 427 Semarang. Lembaga amil zakat ini bahkan punya cara modern terkait daging qurban. Yakni, dengan mengoptimalkan daging qurban yang berlebihan di derah-daerah surplus untuk diawetkan, sesuai syariat, denga teknologi higienis, bebas penyakit, tahan lama, halal dan jariangan distribusi yang sudah menasional bahkan menginternasional. "Artinya, daging-daging qurban kita jadikan kornet, yang kita namakan superqurban. Langkah ini kami ambil untuk menjamin pendistribusian daging qurban sampai daerah-daerah pelosook yang lebih membutuhkan dengan daya tahan yang lebih lama," kata Kepala Cabang Rumah Zakat Semarang, Amalia Ustadz Muhammad. Ustadz Muhammad menjelaskan, mereka yang ingin berqurban cukup mentransfer uang seharga sapi maupun kambing qurban kepada lembaganya. Untuk kambing, Rumah Zakat menghargai senilai Rp 795.000/ekor. Sedangkan sapi Rp 7,5 juta/ekor. "Nah nantinya uang dari pengqurban akan kami belikan sapi dan kambing. Daging-daging qurban itulah yang akan dikornetkan." Untuk itu, kata dia, Rumah Zakat telah bekerjasama dengan peternak lokal di Probolinggo, Jawa Timur. Pun dengan perusahaan pengkornetannya. Sama-sama dilakukan di Probolinggo. "Jadi untuk 1 ekor kambing, bisa dikornetkan menjadi 20 kaleng/ekor, @200 gram. Sedangkan seekor sapi menjadi 400 kaleng kornet qurban @200 gram. Untuk qurban sapi bisa model patungan bersama tujuh orang," Kata Ustadz. Menurutnya, metode pengkornetan daging qurban punya manfaat yang jauh lebih optimal dan unggul. Yakni, sesuai syariah, hewan dipotong dalam kondisi sehat pada Idul Adha hingga hari tasyrik. "Juga dari segi kesehatan lebih terjamin, karena hewan qurban dikarantina dalam pengawasan dokter hewan. Lebih terjamin kesehatannya daripada beli di pinggir jalan." Ustadz Muhammad mengatakan, kornet qurban diproduksi oleh perusahaan yang telah berpengalaman dalam pengemasan produk ekspor, dengan standar MUI dan pengawasan Balai POM, termasuk di dalamnya terlabeli masa kedaluwarsa kornet. "Dengan sterilisasi kornet tahan sampai 3 tahun," katanya. Kornet-kornet qurban tersebut, lanjut Ustadz Muhammad, didistribusikan sepanjang tahun. Artinya, lanjut dia, tak habis dalam sekejap sepekan hari raya Qurban. "Program penyaluran lebih terarah dan terencana. Seperti di daerah-daerah kantong kemiskinan, wilayah bencana, dan sebagainya, bahkan pernah kami kirim ke luar negeri saat bencana gempa bumi di Kasmir Pakistan." Yang menarik, lanjut Ustadz Muhammad, mereka yang mengikuti superqurban berpeluang naik haji dan umroh. Peserta berpeluang untuk mendapatkannya sesudah dilakukan pemilihan secara acak di depan notaris. "Yang pasti, hadiah untuk memberangkatkan peserta superqurban yang beruntung, tak diambilkan dari dana qurban. Melainkan ada donator sendiri yang menyediakan," pungkasnya. (*)