Pak Her, dulu kan ada diskusi intens di milis ini tentang 
keterpurukan masyarakat Muslim di Eropa, sedemikian rupa sehingga 
basis mereka ada di ghetto2. Saya melemparkan diskusi itu dengan 
memposting artikel ttg masyarakat Muslim di Eropa dari Jakarta 
Post.  Yang menanggapi di milis ini rata2 dari temen2 yang tinggal 
di Eropa, intinya menyetujui gambaran buram Muslim Eropa ini. Salah 
satu solusi adalah agar Pemerintah Eropa belajar banyak dari 
manajemen imigran di Amerika Serikat.

Saya sendiri taunya begitu dari diskusi di milis WM ini. 

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Begini Pak Her,
> 
> Pertama, disclaimer dulu: Saya tidak bilang mereka itu parasit.
> Itu kata-kata anda lho ;-)
>  
> Sebagian besar mereka bekerja, tapi pekerjaan itu tidak mencukupi 
> kebutuhan mereka, karena memang pekerjaan yang tidak menjamin 
> kehidupan bahkan jika dilakukan oleh orang asli. 
> 
> Akibatnya Negara menjamin kehidupan mereka dg. tunjangan2 sosial, 
> program-program spt. Bung DP bilang. Tapi IMHO, tidak cocok (100%) 
> untuk populasi imigran dengan tingkat pendidikan spt. itu. 
Akibatnya 
> ya jadi tetap jadi beban.
> 
> Kedua, 
> Saya kan bilang itu pengalaman pribadi.
> Bukan hanya jadi pengamat dari dekat(di luar negeri), 
> apalagi pengamat dari jauh(dari Indonesia) spt. Pak Her.
> 
> Interaksinya pun intens. Karena sahabat-sahabat (!!!) saya pun 
> mewakili banyak strata di kalangan komunitas muslim di sana. Ada 
yang 
> jadi loper koran di stasiun2 sampai yang jadi konglomerat Wartel. 
> Saya hanya bilang apa-apa yang saya lihat, saya rasakan dan 
sahabat-
> sahabat saya orang muslim di sana bilang dan rasakan. Jika Anda 
> pernah bergaul bermasyarakat di kalangan muslim Eropa, anda baru 
bisa 
> merasakan hal itu. 
> 
> Bisa saja pengamatan saya tidak mewakili. Silahkan saja anda 
menilai.
> Tapi apa sih tindakan yang produktif jika Anda mendengar pendapat 
> saya? 
> 
> 1. Menganggap pendapat saya tidak valid? Atas dasar apa bilang 
tidak 
> valid? Bahwa saya harus bergaul dengan SEMUA populasi sebelum 
> menyimpulkan? Lalu apa artinya common sense dan ilmu?
> 
> atau 
> 
> 2. Berangkat dari pendapat saya itu sebagai informasi yang ada 
untuk 
> bisa mencari solusi ke depan.
> 
> Semua terserah kita masing-masing.
> Mau maju atau tidak...
> 
> Salam
> Ary
> 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sriwening herpribadi 
> <herpribadi@> wrote:
> >
> > Dear akhi Ase....
> >    
> >   ===>Wrote : Ini pengalaman pribadi lho Pak, dan bukan sebagai 
> pengamat belaka.
> >    
> >   Her : Apakah pengalaman pribadi anda itu - saya yakin paling 
> banter hanya 0,01% anda berinteraksi dengan komunitas migran 
> tersebut - sudah bisa mewakili kondisi real mereka?
> >   Anggaplah dari 0,01% itu presepsi anda tentang mereka adalah 
> benar bahwa mereka itu kumpulan parasit dsbnya....tetapi bagaimana 
> dengan 99,99%nya? jadi menurut saya pernyataan anda 
bahwa "sebagian 
> besar betul seperti itu tapi tidak semua" tidak lebih dari sebuah 
> pengamatan belaka yang belum tentu benar mencerminkan kondisi real.
> >    
> >   Salam
> >   Her
> >   


Kirim email ke