hehe...mba Chae, mungkin itu bedanya mitos patriarchaat dan 
matriarchaat, maskulin feminin. mungkin ini namanya gender 
complimentary yah.

menarik, aku nggak pernah denger adat akikah menanam sebatang pohon, 
ini jelas lambang feminin (pohon tumbuh), bandingkan dengan lambang 
maskulin (kurban, kehidupan itu dimulai dengan kurban, ditebangnya 
pohon, dipotongnya binatang, dibunuhnya manusia). agama2 samawi dan 
semit kental dengan simbol jenis kurban begini, sedangkan adat asli 
aceh matriarchaat. jadi inget cerita habil qabil, kurban mana yang 
diterima tuhan dalam cerita itu, aku lupa. kalo nggak salah kurban 
binatang, bukan hasil bumi yah? mungkin ini melambangkan mulainya 
milenium maskulin/patriarki?

btw, mitos yang lagi kujual namanya pohon persahabatan.  artinya, 
kalau kita membangun rumah/gedung dan memakai kayu sekian banyak, 
maka paling sedikit sebanyak itulah kita menanam pohon, yang juga 
melambangkan persahabatan. maksudnya apapun yang kita bangun, harus 
dialokasikan juga biaya untuk pemeliharaan lingkungan.

lo kok jadi jualan mitos. hehehe..

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Itu mitos yang bagus juga Mba Mia buat disosialisasikan
> "dihidupkan"..:) enggak perlu kuatir masalah comberan, di surga
> comberanya wangi kasturi dan dialiri susu yang menyehatkan dan 
segar
> rasanya...
> 
> Saya juga ingin menghidupkan mitos tentang "ekahan" atau
> aqikah...dimana domba diganti dengan penanaman pohon setiap 
kelahiran
> anak dan katanya Mba Lestari (yang di aceh, kalau ndak 
salah;)..memang
> sudah ada budaya yang demikian..
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
> >
> > Di lingkungan tetangga, aku lagi menumbuhkan mitos baru..wahai 
> > tetanggaku yang beriman, sesungguhnya membangun parit (bukan 
mesjid 
> > baru!) di lingkungan pahalanya adalah parit di sorga....
> > 
> > (cuman pada nggak percaya, masak ada comberan di sorga....:-(
> > 
> > salam :-)
> > Mia   
> > 


Kirim email ke